01. Abhi..?

764 37 10
                                    


Kavya memandangi tangannya yang berhiaskan mehndi. Sebentar lagi mehndi itu akan mengering, tapi tidak dengan air mata Kavya yang seakan tidak bisa mengering. Rasa sakit di hatinya masih terus terasa bahkan hingga sekarang. Dan sepertinya tidak akan pernah menghilang, semakin hari semakin terasa sakit saja.

#flash_back_on

Kavya berlari-lari menghampiri kekasihnya, Abhi, di sebuah taman. Hari ini Abhi ingin membicarakan sesuatu yang penting dengannya.

Sesungguhnya Kavya sedikit takut, takut Abhi tahu dari orang lain tentang rencana ayahnya yang ingin menikahkannya dengan anak sahabat ayahnya. Kavya sudah berusaha menolak sebisanya, tapi ayahnya tetap kukuh ingin menikahkan Kavya dengan pria itu.

Kavya memang mengenal putra sahabat ayahnya, tapi bagaimanapun juga ia tidak mencintai pria itu. Lalu Abhi, cintanya, bagaimana dengan Abhi? Sungguh, bahkan Kavya tidak tahu caranya mengatakan hal itu pada Abhi. Jadi Kavya berencana setelah ayahnya luluh dengan bujukannya, ia baru akan memberitahu Abhi.

Menurut Kavya itulah jalan terbaik, dan semoga saja Abhi tidak tahu dari orang lain tentang perjodohan Kavya, atau Abhi akan ... entahlah. Membayangkannya saja Kavya tidak bisa.

"Abhi," panggil Kavya ketika melihat Abhi yang sudah lebih dulu sampai.

"Kau datang?" Abhi bangkit dari kursi taman dan menghampiri Kavya dengan senyuman aneh.

"Selamat, Nona Kavya Sharma, selamat untuk pernikahanmu, selamat, ya." Abhi memaksa menyalami tangan Kavya dengan senyuman perpaduan antara marah, kesal, kecewa, semua bercampur jadi satu, dan berwujud senyuman aneh itu.

"Apa maksudmu, Abhi? Aku tidak mengerti?" tanya Kavya takut-takut.

"Kau tidak mengerti? Ya Tuhan, Kavya .... Sudah cukup semua ini! Cukup, Kavya, ampuni aku, cukup sudah semuanya!" Abhi memohon di depan Kavya dengan wajahnya yang menahan emosi dan air mata.

"Abhi, kau---"

"Kau apa? Hm, kau apa? Kau sudah tahu rencana pernikahanku dengan Veer Malhotra, Abhi? Kau sudah tahu? Kau sudah tahu, Abhi?!" teriak Abhi dengan frustrasi dan menjambak rambutnya sendiri.

"Diam-diam kau akan menikah, Kavya? Dan kau tidak memberitahuku? Hebat sekali kau, kekasih macam apa kau ini, Kavya? Katakan! Katakan kepalsuan cintamu selama ini? Kau tidak mencintaiku kan, Kavya, iya, kan? Lalu kenapa tidak kau katakan saja, kenapa kau harus berbohong dan menikah tiba-tiba begini,  Kavya?! Kenapa?!" Air mata Abhi sudah tumpah membanjiri wajah tampannya. Tidak peduli jika dirinya adalah seorang pria.

"Abhi, Abhi kau salah paham. Bukan begitu, aku ... aku ...."

"Aku apa?! Aku apa, Kavya, aku apa?! Kau ingin membuatku patah hati, kau ingin membuatku gila, kau ingin membuatku mati perlahan, iya, kan?!" Abhi rubuh, terisak di kursi taman.

"Abhi, aku bisa jelaskan. Bukan begitu, Abhi, itu tidak benar. Aku sangat mencintaimu, sangat sangat, Abhi, aku sangat mencintaimu." Kavya memegang pundak Abhi, dan Abhi menepisnya kasar.

"Jika benar kau mencintaiku, lalu kenapa kau akan menikah dengan Veer Malhotra?" Abhi memandang langit dengan tatapan kosong, dan air matanya yang sudah berhenti mengalir.

"Ayahku menjodohkanku dengan Veer, aku menolak, dan ayah terus memaksa," kata Kavya yang pandangannya terus menunduk.

"Seharusnya, Kavya, kau beri tahu aku sejak awal, dan akan kuusahakan agar ayahmu setuju dengan hubungan kita. Atau setidaknya tidak langsung menjodohkanmu begitu saja. Sekarang, bagaimana dengan cinta kita, Kavya? Bagaimana?"

"Maafkan aku Abhi, maaf, maaf ..." Kavya terduduk di tanah dan menangis pilu di sana, sementara Abhi masih diam di tempatnya.

"Maafmu tidak berguna sekarang, Kavya, tidak ada gunanya! Undangan sudah disebar, dan cepat atau lambat, pernikahanmu pasti akan terjadi. Mungkin Tuhan tidak berniat menyatukan kita Kavya, kita memang saling cinta, tapi takdir berkata lain. Menikah dan berbahagialah, Kavya, aku akan sangat bahagia saat melihatmu bahagia juga." Abhi mendekati Kavya, dan membantunya berdiri.

"Atas kehendak Tuhan, hubungan kita berakhir, tapi Tuhan masih memberikan hubungan lainnya pada kita. Persahabatan. Walau cinta kita berakhir, kita masih bisa jadi sahabat. Jadi, maukah kau jadi sahabatku?" Kavya menyambut uluran tangan Abhi dan mengangguk cepat tanpa bisa berkata-kata lagi.

Sedetik kemudian sepasang kekasih ditentang takdir yang kini berubah gelar jadi sahabat itu berpelukan. Abhi mencium kening Kavya, lalu beranjak meninggalkan gadis itu di taman.

Abhi dan Kavya memang saling mencintai, dan sudah menjalin hubungan selama setahun terakhir ini, namun sama-sama belum memberitahu keluarga masing-masing. Dan andai sekarang mereka beri tahu keluarga masing-masing, sudah pasti akan ditolak.

Rencananya, mereka baru akan memberitahu di saat yang tepat nanti, namun takdir berkata lain. Sekarang biarlah, biarlah takdir melakukan tugasnya.

#flash_back_off

Kavya semakin terisak, bahkan ia menghilangkan sisa mehndi di tangannya tidak dengan air—tapi air mata. Besok hari itu tiba, hari di mana Kavya ingin lari sejauh mungkin, hari yang akan merubah statusnya dari seorang gadis biasa jadi seorang istri. Kavya tidak kuat, Kavya tidak bisa memerima semua ini. Dan kabur, itu juga tidak mungkin ia lakukan mengingat semua sudah terlanjur terjadi. Bahkan memikirkannya saja ia tidak bisa.

Yang harus Kavya lakukan saat ini adalah sabar. Kavya butuh kesabaran dan kekuatan untuk menjalani hidupnya kedepannya.

*****

Publish: 10 Maret 2020
Revisi: 6 Februari 2021
Revisi kedua: 18 September 2022

Lots of love,

Author.

MUSHKIL PYAAR (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang