November Stories #RAWSFestival2019

25 Nov : Hal yang Harus Dibanggakan

Ada sepasang sahabat. Sahabat yang usianya terpaut jauh. Namun, meski begitu, hubungan mereka lebih bisa dikatakan seperti kakak dan adik.

Seperti biasa, mereka menghabiskan waktu akhir minggu di sebuah kafe langganan.

"Kak Liz, mau curhat." Widya memutar-mutar cangkir kopinya.

"Apa, Wid?" tanya Liz yang memeriksa notifikasi ponselnya.

"Aku, kan, udah lulus SMA. Kemarin baru aja dapat kerja di Indomart ...."

"Terus?"

"Ayahku dipecat dari kerjaannya beberapa bulan lalu. Otomatis hanya aku yang bisa cari uang di rumah."

Liz tersenyum. Memahami apa yang berusaha Widya ungkapkan. Ia kembali meletakkan ponselnya di atas meja.

"Aku ... takut, Kak Liz. Kecewa juga sama Ayah yang gak bisa kerja lagi. Ibu dan Ayah tiba-tiba sangat mengharapkan aku untuk cari uang. Aku gak suka. Apa aku salah merasa seperti ini?"

Liz mengusap punggung tangan Widya. Berusaha memberi ketenangan. "Gak pa-pa kamu gak suka keadaanmu saat ini. Hanya saja, ada beberapa hal yang harus kamu pahami."

"Apa itu, Kak?"

"Widya itu anak yang hebat. Masih sangat muda, tapi sudah diberi kepercayaan sama Tuhan untuk menyokong keluarga."

Widya memajukan bibir bawahnya satu senti. Liz tergelak melihatnya.

"Kamu harus bangga kepada dirimu sendiri. Kamu yang masih sangat muda sudah mendapat peran yang keren. Coba lihat aku. Aku sudah 25 tahun, masih kekanakan. Kerja cuma nyari duit jajan sendiri. Belum bisa bantu apa-apa untuk keluarga. Menyedihkan, bukan?" tutur Liz tampak mengasihani diri sendiri.

Ada kehangatan yang menyusup dalam hati Widya.

"Aku iri dengan Widya. Kamu lebih muda dari aku, tapi aku kalah jauh dari kamu."

"Dan aku iri sama Kak Liz yang bisa bersikap bijaksana."

Liz tertawa lagi. "Jangan menilai aku terlalu tinggi, Wid. Aku tidak sebaik yang kamu tahu."

"Tetap saja, cuma Kak Liz yang bisa bikin mood-ku bagus lagi setelah curhat."

Wajah Widya berseri-seri cerah. Entah ke mana awan mendung yang menutupi senyumnya.