(57) The First Night

2.6K 387 156
                                    

"Manda, gimana masih pusing?" sambut sang suami saat melihat Amanda mengerjapkan kedua mata. Ia duduk di tepian ranjang sedari tadi menunggu Amanda siuman.

Perempuan yang masih mengenakan gaun putih, kebingungan saat melihat sekitarnya. "Saya mau ke kamar saya dulu." Kemudian, memaksa bangun, hasilnya ia tidak sekuat itu. Kembali ia berbaring lagi di ranjang berukuran king size ini.

"Kamu mau kembali ke kamarmu dulu? Enggak sekarang, Manda. Kamu di sini dulu!" tegas Edgar.

Tak lama, Bik Sima datang dengan membawa nampan berisi jus, air mineral, dan semangkuk bubur ayam. Diletakkannya nampan itu di meja tepi ranjang, lalu tersenyum melihat Amanda yang telah siuman. "Dimakan ya, Manda. Biar nggak lemes lagi."

Mereka kembali berdua berada di kamar, sepeninggal Bik Sima tadi. Terasa lapar di perut hingga menimbulkan bunyi berisik yang tertangkap di telinga sang suami. 

"Laper, ya, ayo makan. Sini aku bantu duduk," tawar Edgar dengan nada yang diusahakan selembut mungkin, tapi sayangnya langsung mendapat penolakan dari sang istri. Melihat dahi Amanda berkerut-kerut sambil mata terpejam saat memaksa bangun ke posisi duduk, lelaki itu terpaksa membiarkan sang istri melakukan apa maunya. Ia hanya membantu menata bantal agar nyaman untuk bersandar. 

Lagi-lagi Amanda menolak segala bantuan yang ia tawarkan, sehingga membuat suaminya hanya duduk di tepian ranjang. Melihat tangan gemetaran sang istri saat mengambil segelas jus dan meneguknya dengan pelan. Dan, kini Amanda sedang memangku semangkuk bubur dan memakannya pelan-pelan hingga tersisa hampir separuhnya. Mengabaikan seseorang yang sedari tadi hanya mengawasinya. Menganggap lelaki itu seperti tidak ada.

"Permisi, Mas, bisa agak minggir, saya mau turun," pinta Amanda setelah selesai makan dan minum. Tenaganya sudah kembali perlahan-lahan. Setidaknya ia punya tenaga untuk kembali ke kamarnya.

"Mau ke mana?" tanya Edgar kesal.

"Ke kamar saya lalu ke dapur untuk mencuci piring."

"Biar nanti Bik Sima yang cuci piringnya. Kamar kamu di sini selama ayah masih di rumah ini. Satu lagi, kamu nggak perlu mencuci piring dan masak lagi. Karena kamu istriku, ngerti?!" tegas sang suami dengan tatapan tajam. Kekesalan lelaki itu tampak sekali di mata elangnya. Lantas membuat Amanda mulai takut hingga menundukkan kepala. 

🌻🌻🌻

Malam ini seharusnya adalah malam pertama untuk pasangan yang baru sah menjadi suami istri tadi pagi di taman belakang. Amanda tidur sambil memunggungi sang suami yang tidur di sisi satunya. Ia tak tahu jarak yang dibuatnya apa sudah cukup aman agar lelaki itu tidak menjangkaunya dengan mudah. 

Hingga pukul 23.00, Amanda tidak berhasil membawa dirinya ke alam mimpi meskipun sudah memejamkan mata. Tiba-tiba ia sungguh menginginkan makan sesuatu. Mencoba menahan keinginan itu tapi tak berhasil juga. Semakin membuat dirinya tersiksa jika tidak menelan makanan itu.

Pelan, ia bangkit dari ranjang. Memberanikan diri menoleh ke arah sang suami, yang ternyata sudah tidur. Bersyukur jika ternyata jarak mereka tidak begitu dekat di ranjang. Kesempatan untuknya agar bisa segera menuju dapur, memasak makanan yang sungguh ia inginkan.

Senyumnya merekah saat kembali ke dapur lagi. Namun, ia kaget saat berada di sana sudah ada ayah mertuanya sedang membuat secangkir espresso dengan mesin kopi. Teringat lagi dengan kejadian tadi pagi, membuatnya begidik saat bertemu lagi dengan Adrian Pangestu.

"Manda, mau bikin apa malam-malam begini?" tanya Adrian juga kaget saat melihat Amanda yang bergeming di ujung dapur seusai meracik espresso-nya. 

Amanda sedikit terkejut dengan nada suara ayah mertua yang jauh berbeda saat beradu mulut dengan anak bungsunya tadi pagi. Kali ini pria paruh baya itu berbicara ramah dengannya.

After Years GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang