02| Hope

136K 8.2K 145
                                    

-

Walaupun Bus datang begitu cepat setalah Agatha sampai di halte tak mencegah bahwa dia tak terlambat. Gerbang sekolah tetap sudah ditutup saat gadis itu sampai didepannya.

“Bapak bukain dong! Kasihan tadi Agatha masih nolongin kucing nyebrang!”

Pak Bambang dari pos satpam memainkan kumisnya sambil menatap Agatha yang memegang erat besi pagar dengan payung birunya, tampilannya bahkan acak-acakan. Hujan semakin deras membaut Pak Bambang tak tega walaupun alasan yang dia berikan terkesan konyol.

“Dorong aja neng, kebetulan belum bapak kunci.” Agatha tersenyum mendengarnya dia mendorong pagar itu yang ternyata bener.

“Makasih Pak!” teriak Agatha kemudian gadis itu berlari cepat menuju kelasnya dengan satu tali sepatu yang terlepas, Pak Bambang bahkan merasa ngilu sendiri kalau saja dia terjatuh.

”Tunggu!” Agatha berteriak nyaring saat Bara ingin menutup pintu kelas mereka. Gerakan tangan Bara terhenti, dia memandang Agatha yang tali sepatu sebelahnya lepas, kaos kaki sebelah lebih tinggi, rambutnya yang diikat ekor kuda sudah terbongkar sebagian, seragamnya basah dan wajahnya ngos-ngosan dengan tangan memegang payung biru yang masih terbuka. Namun dibalik itu semua, senyum lebarnya tetap ada.

“Agatha masuk dulu baru Bara boleh nutup pintunya, oke?” Agatha ngacir masuk tanpa menunggu Bara membalas ucapannya, karena dia tahu Bara tidak akan membalasnya.

“Agatha?” kaget Mrs Wendy—guru bahasa Inggris yang sedang mengajar, dia memperhatikan detail penampilan Agatha dan sedikit tersenyum. “Mrs, kasih kamu waktu buat rapihin diri di toilet.”

“Huh, sengaja cari perhatian banget sih,” dumel Nesa dengan sangat jelas. Ketiga temennya yang duduk mengitarinya bahkan tertawa sinis menanggapinya.

Agatha hanya diam tak berniat membalas. Dia tahu, semenjak kejadiannya dengan Nesa di tribun basket itu akan membuat Nesa semakin membencinya.

“Agatha permisi Bu,” ucap Agatha dia menuju mejanya cepat dan langsung menyimpan ransel dan payung birunya di kolong meja kemudian berlalu keluar kelas. Namun, tanpa dia ketahui bahwa sedari tadi gerak-geriknya setia diperhatikan oleh Bara.

Agatha keluar dari kelasnya dan saat itu juga senyumannya luntur. Dia capek, berpura-pura bahagia, namun hanya itu satu-satunya cara agar orang-orang tak tahu kehidupannya yang sesungguhnya. Senyuman itu hanyalah topeng untuk menutup kesedihan.

Air mata mengucur dari matanya dan saat itu Agatha paham bahwa dia harus cepat-cepat ke toilet. Gadis itu masuk kedalam salah satu bilik toilet dan menumpahkan tangisannya disana. Tangisnya memilu, Agatha berusaha membekap mulutnya namun tak bisa. Gadis itu terduduk lemas dilantai kamar mandi. Dia capek, capek sekali namun tak tahu karena apa.

Agatha menghapus air matanya kasar saat merasa bahwa dia sudah terlalu lama disini. Gadis itu keluar dari bilik kamar mandi dan menuju ke kaca panjang didekat westafel. Dia membuka westafel dan membasuh wajahnya, mencoba menghilangkan air matanya namun matanya tetap memerah.

Seorang gadis melangkah masuk kedalam kamar mandi, Agatha dapat melihatnya dengan jelas di kaca. Gadis itu berjalan menuju kesampingkannya, menyalakan westafel yang satu dan mencuci tangannya. Matanya memandang kearah kaca dan terkejut kalah melihat bayangan Agatha dikaca menatapnya.

Are u okay?” ucapnya membuat Agatha terkejut dan kembali membilas wajahnya.

Im fine,” jawab Agatha kemudian.

“Tapi, wajah lo menunjukkan kalau lo lagi nggak baik-baik aja. Lo habis nangis, kan?” tudingnya kini menatap Agatha sepenuhnya.

Agatha tersenyum lebar, memamerkan gigi-giginya yang bersejajar rapi. “Gue baik, kan?”

Dia tertawa kencang membuat Agatha sedikit tersentak. “Oke-oke, lo baik sekarang,” gadis itu beralih mematikan westafelnya.

Dia menyodorkan tangannya kehadapan Agatha. “Gue Xela, murid baru kelas XI IPA 2. Lo?”

Agatha menerima uluran tangannya sambil tersenyum, ini kali pertama ada seorang gadis yang mengajaknya berkenalan. “Gue Agatha. Kelas XI IPA 1.”

Xela mengangguk. “Berarti kelas kita sampingan, dong?”

Agatha tersenyum sambil mengangguk membenarkan. Xela tersenyum membalas. Kesan pertama yang dia dapat dari Agatha ... selain cantik, gadis itu juga murah senyum. Pasti hidupnya menyenangkan.

***

Akhirnya bisa update lagi. Walaupun awalan, udah aku ketik lanjutanya tapi ke delete sendiri. Sabar aku ketik ulang lagi hmmm.

Salam sayang,

kharlynUlle.

07 Januari 2020.

Iridescent [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang