-
"Agatha!" panggil Aletta saat Agatha berniat pergi dari bangkunya kala bel berbunyi.
"Iya?" jawab Agatha sambil menoleh sekilas padanya dan kembali pada figuran Bara yang sudah menghilang dari balik pintu kelas.
Aletta mengernyit melihat Agatha yang terus memandang bayangan Bara. "Temenin aku ke kantin, boleh?"
"Jangan sama gue deh," tolak Agatha cepat. "Gue ini pembawa masalah kalau sama gue lo pasti sial. Gue juga saranin lo pindah tempat duduk aja, gue terlalu pop ice untuk lo yang starbucks!"
Aletta mengernyit. "Why?" gadis itu menatap Agatha lagi dengan iris hijau cantiknya. "Kamu baik, aku suka temenan sama kamu, kok."
Agatha tersentak dengan balasan Aletta dia memandang gadis itu dan merasa sedikit bersalah kala tahu tadi sempat mengusirnya. "Maaf," Agatha meringis. "Yaudah ayo ke kantin gue anterin," lanjut Agatha.
Aletta mengangguk dan bangkit dari duduknya. Dia mengandeng lengan Agatha. "Ayo kita ke kantin."
"Kita jemput Xella dulu," kata Agatha, keduanya menuju kelas sebelah dan berjalan ke tempat Xela duduk yang sedang sibuk dengan ponselnya.
"Xella?" Xella tersentak dia mengangkat wajahnya dan memandang Agatha, pandangannya pindah ke arah Aletta dan saat itu juga pandangannya berubah sinis. Agatha mengernyit tak paham.
"Mau ke kantin?"
"Gak," tolak Xella jutek.
"Kenapa lo?" tanya Agatha tak mengerti. "Lo lagi marahan sama Kak Gevan?"
"Engggak Agathaaa! Gue cuma lagi nggak laper aja, lo kalau mau ke kantin, sana pergi aja!"
"Lo aneh deh," kata Agatha. "Nih kenalan sama Aletta dulu," lanjut Agatha.
Xela buru-buru menempelkan ponselnya ke telinga. "Hah? Sekarang gue otw deh." kemudian gadis itu berlalu dari kelas, satu hal yang Agatha tak tahu; tak ada yang menelpon Xela.
"Xela, kenapa sih, aneh," cibir Agatha dia menoleh pada Aletta yang berdiri mematung. "Kita kekantin aja sekarang, Let." sepanjang perjalanan menuju kantin hanya sepi dan canggung. Agatha menoleh pada Aletta yang nampak begitu berbeda. Ada sesuatu yang mengganjal pikirannya dan Agatha tahu itu kala melihat wajahnya yang bimbang.
"Lo punya masalah?" tanya Agatha ketika keduanya sampai di kantin. Kehadiran Aletta langsung menjadi pusat perhatian karena kecantikannya. Beberapa senior laki-laki bahkan langsung mendekatinya walaupun gadis itu sudah memasang wajah risih.
"No wa aja deh," lanjut kakak kelas yang sedang menghisap sepuntung rokok tanpa takut itu dia mengedip sekali pada Aletta.
"Nggak ada," balas Aletta jutek.
"Username Ig aja," katanya lagi.
"Nggak ada," jawab Aletta lagi membuat lelaki itu tersentak dan mengeleng sekilas.
"Id line deh, nggak mungkin nggak ada, kan? Kalau nggak ada berarti lo tipu gue."
"Nggak ada! Please, menyingkir kita mau makan," kata Aletta nampak sangat jengah.
Agatha meloloskan nafas panjang. "Kak, lo bisa nyingkir nggak? Kalau nggak mau nggak usah dipaksa."
"Diem lo Agatha! Gue nggak lagi ngomong sama lo, mending lo ngaca deh lo juga sering maksa Bara buat suka sama lo."
"Apaan sih!" kata Agatha nampak tersinggung. "Tapi nggak gini juga caranya. Aletta nampak nggak suka, Kak."
"Emang Bara suka sama lo?"
"Kenapa bawa-bawa Bara sih!?"
"Makanya jangan ikut campur! Kek parasit aja lo. Mending lo urus diri lo aja sebelum kesabaran gue habis!"
"Dih, dikira gue takut apa?" kekeh Agatha merasa lucu sendiri.
Otak Aletta mencerna sejenak.
Semoga bukan Bara gue yang Agatha suka.
"Nama lo Aletta, kan?" lanjut kakak kelas itu tak kapok sambil memandang Aletta lagi.
Tiba-tiba seorang cowok datang menghampiri mereka. "Pergi lo," suruhnya dan kakak kelas itu terciduk sebentar sebelum memukul bahu Gevan sok asik dan berlalu dengan agak tak rela.
"Letta," panggil Gevan membuat Aletta memandangnya. Agatha bahkan masih tak mengerti dengan semaunya. Beberapa detik kemudian Agatha mengeleng saat akhirnya tahu semuanya; gadis manis didepannya adalah orang yang namanya pernah Bara dan Gevan sebut di arena balap, dia gadis yang punya masa lalu bersama Bara dan juga Gevan. Dia gadis yang membuat Bara Agatha gagal move on. Dan cuma dia gadis yang ada dihati Bara setahu Agatha. Dan, mungkin ... Gevan juga.
"Lo kembali?" Gevan tertawa sekilas. "Kenapa, Let? Karena Bara?"
Aletta diam. "Gevan..."
"Ya?" Gevan beralih dan memandang Agatha sejenak. "Gue rindu lo Tha, pulang bareng gue, ya?" namun Gevan salah, salah besar saat dia malah mengait lengan Aletta dan membawa gadis itu pergi. Agatha paham, paham sekali Gevan melakukan itu untuk melindungi Aletta karena jika Aletta bersamanya maka tak ada yang berani mendekati gadis itu. Namun, lantas Agatha memang hanya seperti itu? Agatha merasa seperti menjadi singahan sementara. Baik Bara maupun Gevan menyakitinya tanpa kedua lelaki itu sadari.
***
Agatha :") keep strong my baby gurl.
Jangan lupa untuk vote dan coment ya!
Love u,
kharlynUlle.
10 Februari 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [SUDAH DITERBITKAN]
Teen FictionSebab, sejauh apapun Agatha berusaha mendapatkan hati Bara semuanya akan tetap sama; percuma. Untuk apa melakukan hal yang sia-sia, kan? Sama saja seperti hidupnya yang palsu. [CERITA TELAH DITERBITKAN] #04 on fiksiremaja [17 Februari 2020] #05 on...