45| I Lost You

109K 7.2K 2.4K
                                    

-

Langit mengelap, namun Bara tetap duduk berdiam diteras rumah Lino dengan dua kaleng soda yang sudah tandas, seragam sekolah masih melekat ditubuhnya menandakan bahwa dia belum pulang kerumah sama sekali.

"Singkatnya ... lo muak pulang kerumah sekarang karena ada bokap lo disana?"

Bara tak menjawab. Dia memandang langit yang nampak gelap dan bergumam menjawab setalah itu.

"Apartemen lo kan ada, Bar?"

Bara menoleh pada Lino. "Mama pasti bakalan cari gue kesana. Gue muak harus liat muka orang itu."

Lino menepuk bahu Bara. "Dia bokap lo, Bar. Lo harus tahu. Nyokap lo aja selalu nerima keberadaan bokap lo padahal selalu disakitin-"

Bara memotongnya. "Gue nggak minta lo ceramahin gue."

Lino mengangguk. "Oke."

Bara mengeluarkan ponselnya dari saku celananya karena benda pipih itu berbunyi. Raut wajahnya berubah, lebih tegang dari sebelumnya, alisnya bertaut dan dan dia mengeram sesaat.

"Fuck!" Bara mengumpat sambil melempar ponselnya keatas meja. Lino tebak, dia pasti mendapat pesan dari mamanya agar segera pulang.

"Fucek dong Bar, biar lebih keren!" kata Lino kemudian dia berpikir sejenak. "Fucek Riski," lanjut Lino lagi sambil tertawa. Padahal tak ada yang lucu.

Bara menghembuskan nafas panjang, tidak memperdulikan ucapan Lino yang selalu ngawur. Lelaki itu meraih ponselnya dan memasukan ke saku celananya kemudian mengambil jeket dan kunci motornya membuat Lino mengernyit.

"Bokap lo masih ada dirumah kalau lo pulang sekarang, Bar!" ucap Lino memperingati. Barang kali Bara lupa.

Bara berjalan menuju motornya. "Gue mau jemput Agatha."

"Hah?" Lino mengernyit samar. "Agatha? Jemput kemana? Sekolah? Udah malem! Jelasin dulu woy, gue nggak paham!"

Bara naik ke atas motornya. "Dia ditahan sama Reno." kemudian Bara naik ke atas motornya dan berlalu meninggalkan Lino yang mengumpat karena semakin penesaran.

***

Bara memberhentikan motornya didepan sebuah gudang tak terpakai, sesuai instruksi Reno dipesan yang lelaki itu kirimkan. Bara mengadakan kepalanya, melihat sekeliling, gelap, tak ada pencahayaan sama sekali disana. Bara melangkahkan kakinya masuk, sedikit berjaga-jaga, dia tahu Reno tak mungkin sendiri sekarang. Namun, Bara tak takut sama sekali.

Bara mendorong pintu usang dan melangkah masuk kedalam gelapnya ruangan. Suara erangan Agatha terdengar, nafas Bara memburu. Lelaki itu mempercepat langkahnya.

"AGATHA?" Bara berteriak dan detik itu erangan Agatha terhenti. Yang terdengar hanya suara benda-benda asing bergesekan. Samar-samar suara bisik-bisik terdengar.

"Bara udah dateng, Ren."

"Bagus, bawa nih cewek ke kamar belakang aja!"

"Sip!"

Bara mendecak, dia tahu itu suara Reno, lelaki itu merogoh saku celana abu-abunya, mengeluarkan benda pipih itu dan menyalahkan fitur senter. Bara membawa cahaya memasuki gudang itu lebih jauh, lelaki itu sampai didepan sebuah pintu kayu. Bara menendangnya kencang sampai terbuka, didalamnya kosong.

Bara berteriak. "RENO LO DIMANA BANGSAT!"

suara tawa terdengar dari belakang. Bara berbalik dan menatap Reno yang sedang tertawa memandangnya.

Nafas Bara menderu, lelaki itu menjatuhkan ponselnya, berlari dan mencengkram erat leher Reno. Membuat Reno berontak dan melepaskan diri.

"Dimana Agatha, tolol!" teriak Bara.

Iridescent [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang