-
Agatha tahu, Agatha paham, kalau selama ini hidupnya adalah percuma. Dia bahkan tak punya tujuan khusus dalam hidup semunya. Gadis itu masih berada dalam kelas, dia tak ingin pulang kerumah, dia malas ribut dengan Alana dan Irene.
Agatha memejamkan matanya sesaat, merasakan angin sore yang berhembus kencang membelai lembut wajahnya. Dia membuka matanya dan menatap warna oranye kemerah-merahan di langit, sebentar lagi gelap akan menyapa.
Agatha meraih ranselnya, bergegas pergi dari kelas. Di koridor depan, dia bertemu pak Maman penjaga sekolah yang memandangnya binggung dengan kunci-kunci ditangannya, sepertinya dia akan mengunci semua kelas, beruntung Agatha cepat.
Langkah Agatha kian melambat saat dia keluar dari pekarangan sekolah. Gadis itu melangkah di trotoar jalan dengan pikiran kosong, dia mengengam erat kedua tali tas ransel hitamnya.
Saat sampai didepan sebuah caffe berdesain american clasik, sebuah lagu dari Maroon-memories terputar membuat Agatha mengingat semua hal yang dilakukannya belakang ini.
Here's to the ones that we got
Cheers to the wish you were here, but you're not
'Cause the drinks bring back all the memories
Of everything we've been through
Toast to the ones here today
Toast to the ones that we lost on the way
'Cause the drinks bring back all the memories
And the memories bring back, memories bring back youThere's a time that I remember, when I did not know no pain
When I believed in forever, and everything would stay the same
Now my heart feel like December when somebody say your name
'Cause I can't reach out to call you, but I know I will one day, yeahEverybody hurts sometimes
Everybody hurts someday, aye aye
But everything gon' be alright
Go and raise a glass and say, ayeHanya berdiam seperti orang bodoh di trotoar sambil mendengarkan lagu tersebut. Agatha tahu, lagu itu selalu membawa pikirannya pada Bara. Tapi, Agatha mengeleng kencang, karena hari ini, Agatha sudah berusaha melupakan Bara. Dia ingin berhenti menjadi gadis bodoh yang mengejar-ngejar hati lelaki yang tak menyukainya. Kehadiran Aletta juga membuat keyakinan Agatha semakin kuat.
Agatha melanjutkan perjalanannya walaupun sebenarnya dia sangat ingin singgah ke caffe itu, namun dia tak mempunyai uang. Agatha menghembuskan nafas panjang. Gadis itu mempercepat langkahnya menuju rumah walaupun itu harus memakan waktu lumayan lama mengingat jarak antara sekolah dan rumahnya lumayan jauh.
Agatha memainkan tali tasnya, pikirannya berkecamuk menanti hari besok. Gadis itu membuka tasnya dan terkejut mendapati uang disana. Ada sebuah note juga yang terselip.
Papa yang taruh, Agatha belakangan ini lupa ambil, jajan, kan? Papa masih peduli sama Agatha, kalau Agatha lupa Agatha tetap putri kecil papa.
Senyuman Agatha merekah, bagaimanapun papa selalu mengerti dirinya. Gadis itu tersenyum semakin lebar. Ternyata, papa masih peduli padanya walaupun mungkin tak sepeduli pada Alana namun itu sudah mampu membuat senyuman Agatha bahagia. Gadis itu menahan sebuah taksi dan masuk kedalamnya, tak mengetahui bahwa sedari tadi dari dalam caffe tersebut ada Bara yang memandangnya dengan tatapan berbeda.
***
Iya tahu, pendek banget, wkwkwk. But nikmati aja guys, kalau bisa aku double update. Jangan lupa vote dan coment!!
Salam sayang,
kharlynUlle
14 Februari 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent [SUDAH DITERBITKAN]
Teen FictionSebab, sejauh apapun Agatha berusaha mendapatkan hati Bara semuanya akan tetap sama; percuma. Untuk apa melakukan hal yang sia-sia, kan? Sama saja seperti hidupnya yang palsu. [CERITA TELAH DITERBITKAN] #04 on fiksiremaja [17 Februari 2020] #05 on...