Chapter 20: Before-After UAS

20.7K 1.9K 16
                                    

H-1 sebelum PAS dilaksanakan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

H-1 sebelum PAS dilaksanakan. Seperti biasa, Arka dan teman-temannya akan belajar bersama di rumah Galuh. Sebagian anak kelas MIPA 2 pasti ikut bergabung dengan kelas MIPA 1. Mereka belajar karena ada Galuh sebagai mentor. Terkadang, Arka juga menjadi mentor—khusus ilmu matematika.

Putra, ketua kelas Naura itu juga sering mengajar pelajaran Fisika. Jika ditanya mengenai Newton, Vektor, Gaya, atau apapun yang menyangkut Fisika, laki-laki itu akan dengan cepat menjawab. Oleh sebab itu, akhir-akhir ini, Arka sering bertanya kepada Putra untuk lebih memahami materi.

Tak hanya dengan Putra, Arka juga sering bertanya tentang materi biologi kepada Sisil, gadis MIPA 1 yang bercita-cita ingin menjadi seorang dokter. Dia ratunya menghafal. Nama-nama latin yang terkadang susah untuk diingat pun ia hafal.

Taruhan yang dibuat bersama Galuh waktu itu, berhasil membuat Arka rajin belajar. Sebisa mungkin, Arka mempelajari dan memahami seluruh mata pelajaran untuk bisa menyaingi sahabatnya dan masuk ke peringkat 10 besar.

Awalnya, Arka memang sedikit tidak yakin. Bagi Galuh, tantangan itu jelas sangat mudah, tapi untuk dirinya yang berada di posisi tengah kemungkinan untuk berhasil hanya 20%. Sisanya, Arka menebak dirinya tak akan berpindah posisi. Berubah pun mungkin hanya dua atau tiga langkah. Namun, Arka mencoba untuk optimis.

Arka duduk di bawah sofa. Laki-laki itu tengah menyalin materi biologi milik Sisil. Ia hanya bertanya sedikit karena tanpa dijelaskan lebih detail, Arka cukup paham karena Sisil meringkas dengan baik.

Galuh yang duduk bersila di atas sofa melirik Arka. Laki-laki itu sedikit membungkukkan badannya, menilik Arka yang tampak konsentrasi menyalin catatan Sisil. Ia menyeringai lalu berkata, "Awas, hati-hati. Bisa meledak tuh otak." Galuh terkekeh.

Arka melirik Galuh sebal. "Apaan... Bilang aja, lo mulai takut liat gue rajin kek gini."

Galuh mencebikkan bibirnya. "PD amat, Mas"

Arka mengibaskan tangannya. "Ah, udah sana lo jauh-jauh. Ganggu!"

Naura dan Lala yang baru saja pergi mencari jajan, masuk ke dalam rumah. Anak-anak langsung semangat melihat ada jajanan lagi yang datang.

"Thank you, Ra! Tau aja kita kekurangan makanan," ucap Doni sembari mengambil kantong plastik di tangan Naura.

Galuh yang mendengar itu pun melempar pulpennya hingga mengenai kepala Doni. Membuat Doni mengaduh dan anak-anak lain tertawa.

"Perut karet emang lo. Udah gue kasih jajanan banyak banget gini, masih juga dibilang kurang."

Doni hanya terkekeh dan kembali duduk bersama Edgar, Reza, Agil, Udin, dan yang lainnya.

"Putra! Ajarin Fisika, dong!" ucap Lala kepada Putra yang duduk di karpet.

"Ya udah, sini. Enggak usah teriak-teriak," ucap Putra

Mantan Rasa Pacar [END]Where stories live. Discover now