prolog

1.4K 61 17
                                    

"kak bian ngapain?"

"Kak bian udah makan? Makan bareng zea yok, zea laper"

"Tadi dari rumah zea belum sempat makan."

"Kak bian"

"Kak"

"Yaudah deh, kalau kak bian ngga mau nemanin zea makan, kalau gitu kita main aja."

"Bisa diam ngga  sih zea! aku lagi sibuk ngerjain tugas, lihat ngga?"

Gadis kecil yang tadi nampak ceria dan semangat langsung cemberut mendengar ucapan bian, yang nyatanya memang sedang belajar.

"Maaf kak, zea kan dirumah bosan, lagian kak bian kemaren bilang mau nemanin zea main, kakak lupa?" Kata gadis itu memegang lengan bian yang sedang memegang pulpen.

"Iya, aku lupa! Sana pulang." usir anak laki-laki yang berumur 9 tahun itu.

"Zea ngga mau pulang! zea mau main sama kak bian," ujar gadis itu tak mau kalah.

Bian menaruh pulpen dan menutup bukunya dengan keras, setelah itu ia menatap zea dengan pandangan tak suka. Zea sudah sering mendapat pandangan seperti ini, tapi mau gimana lagi ia senang di dekat bian.

"Kak bian udah selesaikan belajarnya?"

Anak laki-laki itu hanya diam.

" Kak, zea ingin main petak umpet yang kayak kemaren zea main sama kak Nathan."

"Yaudah main lagi sama Nathan!"

" Ayo lah kak, zea pengennya main sama kak bian."

"Nggak"

"Ayoklah kak main sama zea"

"Ngerti ngga sih, aku bilang nggak!" Bentakan keras dari anak laki-laki yang berumur satu tahun lebih tua darinya, langsung mengundang bulir bening dari mata yang mengiba itu.

Ia bukan anak yang bisa dibentak atau di kasarin, ia memang gadis kecil yang tumbuh dari kasih sayang orang tuanya yang selalu memanjakannya, dia gampang menangis jika ada orang yang membentaknya, ya wajar dia hanya anak satu-satunya keluarga Kusuma, Zeana Ananta Kusuma.

Tangan kecil yang tadi memegang erat lengan anak laki-laki yang bernama bian itu, perlahan mulai mengendur dan berusaha melepaskan pegangannya.

Hiks..hiks...hikss

Suara tangis itu akhirnya sampai terdengar oleh telinga bian ia juga menatap gadis kecil yang kini tengah meringkuk di depannya sambil menyembunyikan wajahnya.

"Dasar cengeng! Kalau main sana sama Nathan, aku nggak mau di ganggu, apalagi sama kamu zea," ucapnya datar tak peduli pada gadis kecil itu yang menambah suara tangisannya, ia pun pergi meninggalkan kamarnya.

ANOTHER SIDEWhere stories live. Discover now