Bagian 22 : Kesalahannya

8.7K 1.1K 325
                                    

Revisi!
.


Riuh suasana disana masih menggema memenuhi ruang bersantai keluarga Min. Tidak ada hening yang membekukan sebab dua presensi di sana sibuk melempar suara paling tinggi.

Jungkook yang terlihat begitu fokus pada game yang ia mainkan dengan tangan yang sibuk bergerak lincah juga mulut yang beberapa kali menyampah dengan umpatan. Lalu Jimin sendiri terlihat jengah di abaikan sejak tadi, dia mencoba mengganggu Jungkook yang terlalu fokus bermain game.

Mereka memang hanya berdua. Sebab Hanna dan Kyunsoo sudah kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Yoongi sendiri sudah berangkat ke agensi beberapa jam lalu. Jadilah Hanna menyuruh Jungkook izin sekolah menemani Jimin yang masih sakit.

Tapi memang sepertinya Jungkook tidak tahu diri. Bukannya menamani Jimin, dia malah sibuk bermain game sejak tadi. Seolah memanfaatkan libur gratis yang Hanna berikan.

"Jungkook! Aku bosaaaan!"

Jimin kembali memekik sebal dengan nyaring suara yang mampu menulikan siapapun. Dia masih merengut dengan wajah di tekuk saat lagi-lagi Jungkook tak menggubrisnya.

"Ya sudah, kalau begitu aku bekerja saja!" serunya sembari hendak beranjak sebelum Jungkook menariknya untuk kembali duduk.

"Eh! Iya-iya, aku tidak akan mengabaikan Kak Jimin lagi," cegah Jungkook sembari mengalihkan atensi pada gamenya dan menatap Jimin sambil meringis pelan. "Jangan bekerja dulu dong. Ibu bisa menyuruhku tidur di kandangnya hally kalau tahu."

Jimin tersenyum penuh kemenangan. Di kembali mengambil duduk di sebelah Jungkook. "Baiklah. Tapi jangan abaikan aku lagi. Aku bosan tahu!"

"Salah sendiri tidak bisa main game!"

Jimin menatap Jungkook sebal. Wajahnya tertekuk dengan bibir mencebik kesal. Bocah itu seolah tertampar akan kalimat Jungkook sebab dirinya memang sangat payah dalam bermain game.

Setelahnya, hening kembali mengambil alih hingga merangkap cukup lama di antara dua bersaudara yang tak sedarah tersebut. Tidak ada percakapan lagi selama beberapa menit berlalu dengan bisu yang betah bersemayam.

Sampai suara Jungkook kembali terdengar setelah cukup jenuh dengan sunyi yang membentang. "Ngomong-ngomong Kak. Sepertinya, sikap kak Yoongi sedikit berubah. Apa ada sesuatu yang aku lewatkan?"

Jimin mengernyit bingung. "Berubah bagaimana? Lagipula apa yang terlewakan?"

"Masa tidak sadar sih. Kan semalam kak Yoongi yang menjagamu sampai demammu reda," jelas Jungkook dengan di akhiri jeda pelan setelahnya.

"Mungkin Kak Yoongi sudah mulai menerimamu lagi."

Jimin terdiam tidak menjawab, namun telinganya cukup mampu mendengar untai kalimat yang Jungkook suarakan. Yang membuat Jimin tenggelam akan kilas balik kejadian kemarin yang cukup meninggalkan sepenggal kenangan manis untuknya.

Jimin tidak bodoh untuk menyadari sikap Yoongi yang mulai mencairkan bekunya dan kembali menaruh secuil afeksi padanya. Terbukti dari insiden dirinya yang hampir tertimpa pot bunga kemarin, saat untuk kali pertama setelah duabelas tahun Yoongi kembali memeluknya, Jimin tahu sikap Yoongipun kian menghangat. Meski Yoongi masih bersikap dingin juga acuh tak acuh padanya.

Pagi ini pun saat Jimin terbangun dari tidurnya, hal yang pertama tertangkap di netranya adalah sosok Yoongi yang terlelap di sisinya. Membuat Jimin sadar betul jika Yoongi terjaga semalaman menjaganya.

Ada perasaan hangat yang perlahan membungkus sudut hati Jimin yang di penuhi luka. Bocah itu seolah melupakan fakta jika kemarin-kemarin hatinya terlampau sekarat dengan luka menganga.

Melodious [Sibling Brother] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang