BAB 03 GOSSIP

13.6K 2.4K 161
                                        


"Kamu tu ngawur loh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kamu tu ngawur loh. Masa big boss ditawarin suruh berkonsultasi sama kamu. Ya terang aja ngamuk."

Sinta hanya terkekeh saat mendengar celetukan Ika. Mereka sedang makan di kantin sekolahan. Hari ini sebenarnya siswa semua sudah pulang karena ada rapat. Sinta dan Ika setelah selesai rapat memang memutuskan untuk makan soto di kantin. Dan tercetuslah nama Dewa yang membuat acara obrolan makin seru.

"Habisnya masak sombong banget. Duh. Sebel aku tawarin konsultasi, yang ada aku kena semprot. Tapi dia gak berani lagi tuh bilang mau mecat aku. Lha aku bilang kalau bapak mecat saya, berarti fix ada yang salah dengan diri bapak."

Ika terkekeh mendengar ucapan Sinta. Siang nan panas ini memang tidak menyurutkan dua insan itu untuk membicarakan bos utama mereka. Dewa harjodiningrat.

"Yo maklum wae to mbak Sin, dia kan emang anak orang kaya."

Sinta mencibir mendengar ucapan Ika. Dia memang tidak pernah mengatakan secara gamblang indetitasnya. Bahwa dia mempunyai Om yang tak kalah kayanya dari Dewa, sepupunya Atma dan juga Serkan juga kaya, tapi tidak ada yang seperti Dewa.

"Berarti dia ngapain sekarang tiap hari ke sekolahan? Bukannya dia tinggal ongkang-ongkang kaki juga dapat duit ya?"

Ika menganggukkan kepala dan menyesap es teh miliknya. "Ehmm tapi kayaknya dia ada persyaratan gitu. Dari pak Harjodiningrat langsung mbak. Kayak sinetron itu mungkin mbak, harus pegang sekolahan dulu atau aset apa gitu biar dapat warisan gitu kali ya?"

Ucapan Ika membuat Sinta menganggukkan kepala. Masuk akal juga, mengingat Dewa memang sepertinya fokus dengan sekolahan ini sejak kedatangannya. Bahkan pria itu tiap hari datang ke sekolah.

"Eh berarti dia juga pasti udah dijodohin dong. Anak orang kaya kan pasti udah dijodohin sama yang kaya juga ya mbak?"
Kali ini celetukan Ika membuat Sinta menganggukkan kepala lagi. Ah masa bodoh dengan Dewa, pikirnya. Yang penting pria itu tidak berani mengganggunya lagi.

"Kok makan gak ajak-ajak."

Suara itu membuat Sinta menoleh dan mendapati Doni, guru bahasa Inggris yang memang sejak pertama kali masuk ke sekolah ini sudah akrab dengan Sinta karena mereka dulu satu sekolah di SMA.

"Mas Doni tadi udah makan arem-arem 4 kok masih lapar."

Celetukan  Ika membuat pria berkacamata itu memerah dan membuat Sinta menendang kaki Ika di bawah meja.

"Yo ndak apa-apa to ka, wong masih laper kok ya Don."

Doni kini tersenyum dan duduk di depan Sinta, lalu memesan soto kepada Mbok Marni. 

"Nek cah ayu ki ngene lho Ka, bijaksana. Gak kayak kamu adanya cuma bully aja."

Ika langsung melotot ke arah Doni yang membuat Sinta kembali terkekeh.

"Yowes, mau beres-beres dulu dan rekap buku datang di perpustakaan. Tinggal dulu ya Mbak Sin, sekalian bayarin. Hehehe tanggal tua je mbak."

Sinta menghela nafas dan hanya menganggukkan kepala saat Ika bergegas keluar dari kantin. Sudah menjadi kebiasaan Ika kalau minta digratisi soto.

"Monggo pak Doni sotonya tanpa ayam."

Mbok Marni meletakkan satu mangkok soto di depan Doni.

"Maturnuwun mbok, cen ayu tenan kok mbok iki."

"Halah ngerayu. Tadi Mbak Sinta juga dibilang ayu ya itu gak apa-apa wong memang ayu. Lha nek simbok mosok yo masih ayu?"

Doni kali ini menyeringai lebar. Tapi Sinta sudah menepuk lengan Mbok Marni.

"Mboten nopo-nopo mbok. Doni niku sik penting putih, mbok. Lha sapi diwedaki nggeh sami mawon Doni tetep muni ayu. [Doni itu yang penting putih mbok. Sapi dibedaki saja tetep bilang ayu]

Mbok Marni terkekeh dan Sinta mendapatkan pelototan Doni dari balik kacamatanya.

"Wes ah. monggo loh."

Mbok Marni beranjak meninggalkan mereka berdua. Sinta sendiri kini menghabiskan soto ayamnya yang tinggal kuahnya saja. Dia lalu mengambil tempe goreng dan memasukkannya ke dalam kuah soto itu. 

"Kebiasaan Sin, kuah lawuh tempe jenenge."

Sinta tersenyum mendengar celetukan Doni. Pasalnya kebiasaan makan tempe  goreng dengan kuah soto itu sudah sejak jaman SMA.

"Enake Don."

"Ada cappucino?"
Suara berat itu langsung membuat Sinta dan Doni mengalihkan tatapan ke arah Mbok Marni yang berada di balik etalase sotonya. Di depan mereka Dewa sudah menatap mbok Marni menunggu jawaban.

"Cappucino cincau ya pak?"

Dewa langsung menggelengkan kepala.

"Bukan. Kopi."

"Owh njeh enten [ada] kopi cap luwak apa yang kopi..."

Mbok Marni menunjukkan serentengan kopi yang memang dijual di kantin itu. Biasanya siswa-siswa suka memesan kopi seperti itu di sini.

Dewa makin terlihat muram dan sudah tidak berminat akan membeli sesuatu.

"Ck.. besok kantin ini saya hilangkan. Ganti cafe saja."

Mendengar hal itu Sinta yang tidak terima.

"Pak, ya gak bisa begitu. Kami sudah nyaman dengan kantin ini."

Ucapan Sinta yang lantang itu membuat Dewa menoleh ke arah mereka. Dewa seperti baru menyadari ada yang duduk di sana.

"Kamu lagi."

Dewa melangkah mendekati Sinta dan Doni yang masih duduk. Lalu menatap mangkok soto Sinta. 

"Ini bukan tempat pacaran."

Dewa menatap Doni dan Sinta bergantian. Lalu kini menatap Sinta dengan kesal.

"Atau kamu menerima konsultasi di sini?"
Sinta mendengus kesal mendengar cemoohan Dewa. 

"Kami sedang makan siang bapak. Kalau bapak bisa melihat."

Sinta menunjuk mangkuknya dan mangkuk Doni. Dewa kini menatap mereka berdua lagi, lalu tanpa berbicara apapun Pria itu malah duduk di sebelah Sinta. Membuat Sinta menggeser duduknya.

"Mbok saya juga mau soto."

Kening Sinta berkerut mendengar Dewa memesan soto. Dia dan Doni saling berpandangan dan melayangkan pertanyaan tanpa kata. Tapi Doni hanya mengangkat bahu.

"Emang bapak doyan soto? Jangan loh pak nanti alergi."

Sinta mengutuki mulutnya yang selalu saja kelepasan kalau ngomong. Dia mendapatkan tendangan di bawah meja dari Doni. Dewa langsung menoleh ke arahnya.

"Kamu pikir saya punya penyakit apa? kalau cuma makan soto saja saya tidak alergi. Tapi punya istri bawel kayak kamu itu saya alergi."

BERSAMBUNG

 HAHAHAHAHAH SONGONG EMANG SI DEWA TIMPUK RAME RAME YUUKK

DEWA CINTAWhere stories live. Discover now