9 | Kesekian Kalinya

410 24 3
                                    

Karena aku tidak ingin terjebak dalam situasi yang tidak pernah aku inginkan.
-Elvano Ivander-

Rara mengetuk-ketukan pulpennya ke meja menunggu balasan dari Belva. Lima menit sudah dia mengirim pesan dan belum Belva balas juga. Rara mencoba mengalihkan kegiatan dengan membaca buku.

Beberapa saat terdengarlah suara getaran ponselnya. Rara langsung meraih ponselnya dan melihat apakah Belva yang membalas pesannya tadi.

Perlahan Rara memcermati kata demi kata dari balasan pesannya. Dia langsung keluar kelas untuk pergi ke UKS. Karena guru yang mengajar tidak datang jadi Rara tidak perlu repot-repot untuk meminta izin kepada gurunya.

"Van, kok bisa pingsan?" tanyanya ketika baru sampai di UKS.

Vano mengedikkan bahunya. "Udah diperiksa. Kasih obat tuh!―" tunjuk Vano terhadap obat yang ada di atas nakas. "―Gue cabut."

"Thanks ya."

Kemudian Vano memilih untuk kembali ke kelasnya. Sebenarnya dia keluar kelas karena ingin ke toilet, namun langkahnya terhenti ketika Kania memanggilnya tadi dan berakhir disini, di UKS bersama Belva, lagi.

Setelah beberapa lama Belva mulai tersadar dari pingsannya. Perlahan dia mengerjapkan matanya. Menatap sekelilingnya. Bau khas ruang UKS langsung tercium di penciumannya.

"Bel, lo udah sadar. Makan dulu gih! Terus minum obat."

Rara membantu Belva untuk duduk. "Gue bilang apa, lo harusnya mau dengerin kata gue. Jadi kayak gini kan? Kesehatan itu lebih penting dari segalanya, Belva." Papar Rara.

"Iya, bawel."

Setelah itu Belva memakan bubur yang sudah Rara belikan tadi di kantin sebelum Belva bangun tidak lepas bantuan dari Rara. Dan sekarang terlihat seperti seorang ibu yang sedang menyuapi anaknya yang sangat sulit diberitahu.

"Vano loh yang nolongin." Celetuk Rara.

"Ternyata dia bisa baik juga ya, setau gue kan orangnya dingin gitu. Eh, tau-taunya baik."

"Namanya juga manusia. Gak bisa ditebak." Sahut Belva.

Kadang bisa baik walau kepaksa, kadang nyebelin tingkat dewa. Batin Belva mengimbuhi perkataannya.

***

Sepulang sekolah, Belva mengajak Rara untuk pulang bersamanya. Karena hari ini Rara tidak membawa mobil, jadi Rara pun menyutujui ajakan Belva.

Di tengah perjalanan pulang, Belva memberhentikan mobilnya di sebuah mini market untuk membeli sebotol air minum.

Saat dia baru saja keluar dari mini market, Belva melihat seorang laki-laki yang diam-diam mengambil dompet dari dalam tas seorang wanita tanpa diketahui si pemilik dompet itu.

Belva yang menyadari jika orang itu adalah jambret langsung memukul orang itu dari belakang. Namun, tidak semudah itu Belva bisa mengalahkan jambret itu. Jambret itu bukanlah tandingan yang pas untuk Belva.

"Astaga! Jambret! Tolong!" pekik wanita itu.

Tak lama setelah itu, beberapa security yang ada disana langsung membekuk jambret tersebut.

"Ini Tante, coba di cek dulu, siapa tau ada yang hilang atau gimana?" tanya Belva sembari memberikan dompet milik wanita yang seumuran dengan Mamanya itu.

"Masih lengkap, kok. Makasih ya, Nak."

"Itu pasti sakit, Tante jadi nggak enak. Kamu ikut Tante pulang ya, biar Tante obatin."

Indisposed ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora