15

547 75 11
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Ta, gue duluan ya, udah dipanggil anak-anak," kata Ghani menunjuk teman-temannya yang sudah melambai. "Lain kali kita nonton berdua, oke?" Laki-laki itu mengedipkan satu mata lalu berlalu.

"Heh, cacingan lu?" sahut Radit sewot.

"Sewot banget, Pak," kata Tata.

"Abisnya, cowok centil banget," ucap Radit rongseng.

"Kok lu yang kesel?"

"Ya jengkel liatnya, dih."

"Apaan banget lu, buset," cibir Tata mengambil alih satu wadah pop corn dari tangan Radit.

"Jangan sama dia kek, Ta," kata Radit. "Asli, jangan."

"Kenapa si?" Tata mengambil satu pop corn lalu memasukkannya ke mulut.

"Nggak ikhlas gue," sahut Radit.

"Ayok, masuk. Teater dua udah dibuka itu."

Radit berjalan mendahului Tata. Tangannya yang menggenggam tangan Tata membuat gadis itu hampir saja menjatuhkan satu wadah pop corn berukuran besar karena terkejut.

***

"Ta, ngantuk," bisik Radit ketika film sudah mulai masuk satu jam pertama.

"Film action begini kok ngantuk sih lu," balas Tata.

"Tidur ya," ucap Radit.

Laki-laki itu meletakkan kepalanya di pundak Tata, mencari lengkukan ternyaman untuk bersandar. Tangan kirinya meraih tangan kanan Tata, mengaitkan kelima jarinya ke jari-jari Tata. Keduanya terasa pas, baik kepala mau pun jari-jari mereka, seolah tercipta sempurna berpasangan.

Degup jantung milik Tata tiba-tiba tidak bisa berkompromi, begitu keras sampai Tata takut Radit mendengarnya. Gadis itu sudah tidak punya kuasa untuk menolak perilaku Radit. Badannya lemas, wajahnya memanas.

Mungkin warnanya akan terlihat sedikit merah muda jika lampu biskop dinyalakan.

***

Radit masih mengerjapkan mata setelah dibangunkan oleh Tata. Film sudah selesai terputar, lampu bioskop jugs sudah menyala. Namun, laki-laki itu belum sepenuhnya bernyawa. Bahkan, tangan kirinya masih menggenggam tangan Tata.

"Dit, melek, woi!"

"Bentar, ngumpulin nyawa dulu," kata Radit menguap sekali lagi.

"Udah sepi, tau. Nggak enak sama mbak-mbaknya."

"Pules banget gue tidur," kata Radit.

Laki-laki itu mengangkat tangan kirinya yang menggenggam tangan Tata. Mengecup tangan Tata singkat lalu melepasnya.

Sialan, jantung Tata tambah tidak bisa berkompromi. Sialnya lagi, Radit berperilaku biasa saja saat Tata mati-matian untuk tidak salah tingkah.

"Ayo," ajak Radit berdiri. "Katanya nggak enak sama mbak-mbaknya?"

"Ntar," ucap Tata. "Badan gue lemes, anjing."

"Jangan salah tingkah dong, Ta," kata Radit iseng.

"RADIT!" seru Tata rongseng.

"Ampun!" ucap Radit tertawa, lalu keluar melewati Tata. Ia mendahului gadis itu.

Sial. Anying, anying, anying.

***

[✔] Not a Good Childhood Friend - 31DWCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang