21

526 67 8
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Aurel memasuki kelasnya dengan panik. Buru-buru ditariknya tangan Tata yang sedang duduk manis menikmati lagu dari earphone-nya. Tata yang bingung refleks melepas salah satu earphone yang ia kenakan.

"Rel, kenapa sih? Pelan-pelan!" seru Tata kesusahan mengikuti langkah Aurel.

"Radit berantem, Ta! Nggak ada yang bisa ngelerai, makanya ikut gue sekarang!"

"Hah?" kejut Tata. "Di mana? Sama siapa?"

"Kantin! Sama Ghani."

Dengan segera, Tata berlari kecil diikuti Aurel menuju kantin. Tidak biasanya Radit begini. Kalau sudah sampai berantem, seharusnya masalah besar. Apa lagi lawannya Ghani, mereka hampir seimbang. Dari dulu Radit memang ribut sekali sejak Ghani mendekati Tata, meski tidak terlalu gencar.

Kenapa sih, ni anak.

***

"Dit, ya Gusti! Udah, Dit! Gila apa lo?" Tata menerebos kumpulan siswa yang sudah melingkari Radit dan Ghani. Beberapa ada yang berusaha memisahkan, sisanya diam saja menonton.

Keduanya sudah lebam di beberapa titik wajah mereka, juga berdarah di sudut bibir masing-masing. Pertemanan mereka sebelumnya baik-baik saja, sangat baik malah. Namun, setelah Ghani mendekati Tata, Radit sebegitu tidak memperbolehkan keduanya bersama. Pokoknya jangan, katanya. Tiap mereka berdua ke kantin, Radit selalu ribut. Tidak luput saat mereka bertukar pesan lewat Line, sama saja ributnya.

Tata menarik baju belakang Radit sekuat tenaganya. Masalah nanti kena pukul atau dia terdorong, Tata sudah tidak memikirkannya. Saat ini yang penting, mereka berdua selesai dulu.

"Lu mau bunuh anak orang, hah?!" bentak Tata sekerasnya.

Radit mendorong lawannya hingga Ghani cukup ke mundur beberapa langkah. "Tell her, Ghan!" bentak Radit menunjuk Ghani.

Ghani terdiam, laki-laki itu mengusap sudut bibirnya.

"Bilang kalo lu cuma jadiin dia taruhan!" lanjut Radit masih dengan nada tingginya.

Tata terkejut di samping Radit. Gadis ini masih berharap ada sanggahan dari Ghani, berharap ini tidak benar dan hanya kesalahpahaman. Namun, nihil. Ghani masih membungkam suaranya.

"You. sucks. Ghan," ucap Tata penuh penekanan di setiap katanya.

"I'm sorry, I reall am," akhirnya Ghani bersuara.

"Dit, UKS," suruh Tata. Gadis itu membantu Radit menuju UKS.

Radit menurut, ia berjalan di samping Tata.

***

Dari cerita Radit, ia mengaku kalau ia yang mengacum Ghani duluan. Terlanjur emosi, katanya.

"Ta, dia taruhan sama anak-anaknya buat dapetin lu! Gila apa! Gimana gue nggak emosi, hah?"

Tata yang membersihkan wajah Radit dengan lap dan air hangat sedikit menekankan usapannya di bagian yang lebam, membuat Radit mengaduh.

"Tuh, sakit kan. Kalo udah gini, siapa yang rugi? Kenapa harus berantem? Lu mau diskors?" omel Tata.

"Gimana gue nggak emosi?!" kesal Radit. "Ini tuh lu, Ta. Lu yang jadi bahan taruhan!"

"Terus kenapa? You can just tell me."

"Gue nggak bisa diem aja," ucap Radit.

Tata mengembalikan lap ke baskom penuh air, lalu memerasnya.

"Orang yang gue sayang dijadiin mainan," kata Radit merendahkan suaranya.

***

[✔] Not a Good Childhood Friend - 31DWCWhere stories live. Discover now