18

518 69 5
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***


Arghani Raihan : taaaa (33x)

Arinta Mahesa : udah ky dzikir

Arghani Raihan : udh dirumah?

Arinta Mahesa : udah

Arghani Raihan : kok gak ngabarin?

Arinta Mahesa : mak gue aja gak gue kabarin

Arghani Raihan : kan gue bkn mak lu

Arinta Mahesa : ya trs

Arghani Raihan : masa depanmu

Arinta Mahesa : bye maksimal (2)

Tata kembali meletakkan ponselnya. Malas kalau Ghani sudah membahas sesuatu yang menjurus ke sana. Misal Ghani membahas sesuatu yang biasa, yang asik-asik saja, pasti Tata dengan senang hati menghanyutkan diri dalam obrolan.

Ponsel Tata berbunyi, satu panggilan masuk. Tertera nama Radit di sana. Ia mengambil ponselnya dengan cepat, lalu menekan tombol hijau untuk mengangkat.

"Halo?"

"Password-nya?"

"Tata cantik bikin naksir."

"Ya, dua juta!"

"Jayus, males."

"Keluar yok, bosen."

"Mager banget."

"Di rumah ada siapa?"

"Gue lah."

"Monopoli yok."

"Mager, Radit."

"Tapi gue udah di depan rumah lu."

"Hah?"

"Ada McD."

"Serius?"

"Nggak, bercanda."

"Radit?!!!!"

"Yang serius mah rasa suka gue ke lu."

"..."

"Ta?"

"Bye maksimal!"

Tata menutup panggilan dari Radit itu. Dilihatnya list chat di Line, lima pesan masuk dari Ghani. Isinya empat memanggilnya dan satu pertanyaan.

Arghani Raihan : kok gue call tulisannya lu on another call?

Arinta Mahesa : ya lagi call sm yang lain kan brt

Suara ketukan pintu rumah Tata berbunyi. Semenit dua menit, ketukan berubah menjadi gedoran kencang. Tiga menit, tambah kencang seperti pintu mau didobrak.

"TATA BUKAAAAAAAAA!" teriakan terdengar.

"RADIT PINTU GUE NANTI JEBOL!"

Sialan, Radit. Terlihat seperti dikejar anjing anggara kalau sedang begitu. Tata turun dari kasur dengan malasnya, menuju pintu untuk membukakan Radit agar pintunya tidak benar-benar didobrak.

***

Tata menggelindingkan dua dadunya. Mereka benar-benar bermain monopoli. Hanya saja, yang tidak benar adalah perkataan Radit tentang McD, laki-laki itu malah membawa es buah buatan ibunya.

"Ta, hp lu bunyi mulu, berisik betul!" keluh Radit. "Siapa sih?" Dengan cepat tangan Radit mengambil ponsel Tata. Dilihatnya notifikasi yang tertera.

"Heh!" Tata berusaha mengambil balik ponselnya.

"Kok Ghani? Lu dapet Line dia dari mana?"

Mulai lagi Radit mah.

"Mana gue tau? Dia yang add gue."

"Ini ngajak jalan juga, lu mau?" Radit membaca pesan Ghani dari notifikasi.

"Hah?"

Tangan Radit bergerak mengetikkan empat angka, kode pin ponsel Tata. Tentu dia hafal, dari dulu kode pin Tata tidak berubah. Selalu saja pola dari angka nol, naik sampai ke angka dua.

Flash ponsel Tata tiba-tiba menyala lalu mati lagi.

"Radit! Lu ngefoto gue ya?! Sini balikin!" Tata mulai mendelik.

Radit mengembalikan ponsel milik Tata. Ditelitinya ponsel itu, Tata membuka kolom obrolan milik Ghani.

"KOK LU KIRIM KE GHANI?!" seru Tata. "Dia kan jadi punya foto gue! Gimana sih lu?"

Radit tersenyum. Setidaknya, Tata bukan marah karena ia mengambim fotonya tanpa izin, justru karena gadis itu tidak mau Ghani memiliki fotonya.

Dengan cepat Tata menarik pesan yang berisi foto candid-nya.

"APA LU SENYUM-SENYUM, HAH?"

Oh, Tata yang anggara.

***

[✔] Not a Good Childhood Friend - 31DWCWhere stories live. Discover now