16

536 71 2
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Tadinya, Tata mau menceritakan perihal obrolan mamanya dan budenya, Ratna. Namun, ia kubrakan. Masalahnya, belum pasti. Dari pada Radit sudah mencak-mencak duluan, lebih baik nanti saja kalau sudah pasti.

Suasana hati Radit sepertinya sedang baik sejak ia menggoda Tata di dalam bioskop tadi. Sedangkan Tata, gadis itu masih cemberut kesal karenanya.

"Udah dong, Ta. Chatime mau?" rayunya berjalan di samping Tata.

"Kesel gue sama lu tuh," kata Tata.

"Mau nggak?"

"Nyebelin banget sih!" seru Tata.

"Mau nggak, Taaaaaaaaa?"

"Mau."

Radit tersenyum puas, lalu tertawa kecil. Gadis di sebelahnya ini, lagi kesal masih saja tidak mau menyiakan barang gratisan.

"Kaya anak kecil lu," kata Radit mengacak pelan rambut Tata.

"Ih, Dit!" Tata merapikan rambutnya.

"Apa sih, marah-marah mulu," kata Radit.

Tata malah memainkan ponselnya.

"Oh, gara-gara yang ini ya?" Laki-laki itu mengaitkan tangannya dan Tata dengan cepat, kembali mengecupnya singkat.

"RADIT!" seru Tata tambah kesal, gadis itu sampai memukul lengan Radit.

Radit tertawa puas sambil memegangi lengan yang tadi dipukul Tata. Tidak sakit sebenarnya, cuma lumayan terasa. Sepertinya gadis itu benar-benar kesal, ia mengerahkan tenaga yang cukup di pukulannya tadi. Tidak apa-apa, yang penting ia suskes menggoda gadis di sebelahnya.

Radit sialan. Sialan, sialan, sialan!

***

"Nih," kata Radit menempelkan satu gelas choco mousse dari Chatime.

"Dingin, anying." Tata mengambil uluran Radit.

"Ya biar adem, nggak marah-marah mulu," kata Radit.

"Lu nggak minum?" tanya Tata menyeruput minumannya.

"Nggak, nggak terlalu suka."

"Masa? Bukannya dulu suka? Lu sukanya apa sekarang?"

"Kamu."

"RADIT!"

***

Mobil Radit berhenti ketika sampai di depan gerbang rumahnya. Mobil Adi tidak tampak, mungkin tidak di rumah. Beberapa hari, papa Tata itu tidak pulang. Entah menginap di selingkuhan nomor berapa, Tata sudah tidak peduli.

"Bilang apa?" tanya Tata.

"Sama-sama."

"Ulangi," kata Tata.

"Iya, makasih, Ibu Negaraaaaaaa."

"Nah." Tata membuka pintu mobil. "Makasih juga."

"Sini cium tangan," suruh Radit mengacungkan tangannya.

"Ogah!" Tata memukul pelan tangan Radit. "Sering-sering ya?"

"Paan?"

"Traktirannya lah! Dadah!" Tata keluar dari mobil Radit, lalu menutup pintunya.

Radit membuka jendelanya. Melambai pada gadis itu, lalu menjalankan mobil menuju rumahnya, yang berada tepat di samping rumah Tata. Sedangkan Tata masih berdiri menatap mobil Radit di pinggir gerbang, menunggunya sampai terparkir sempurna dan pemiliknya masuk.

Setelah suara gerbang Radit yang tetutup terdengar, barulah Tata membuka gerbang rumahnya. Hari ini, Radit cukup nekat. Padahal, biasanya tidak pernah begitu. Tata jadi mulai berpikir aneh-aneh. Apa benar Radit suka padanya? Toh, Ghani juga bertanya begitu waktu itu.

Gadis itu menggelengkan kepala atas pikirannya tadi, lalu mulai masuk ke rumahnya.

Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk satu lengkungan sempurna. Tata tersenyum.

***

[✔] Not a Good Childhood Friend - 31DWCWhere stories live. Discover now