28

578 66 2
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Ghan, emang gue keliatan suka sama Radit?"

Saat ini, Tata sedang mengobrol bersama Ghani. Bukannya sengaja, tadi ia sedang mengambil buku di lokernya dan bertemu dengan Ghani yang tengah melakukan hal yang sama. Yah, mau tidak mau mereka akhirnya berjalan berdampingan karena arah yang mereka tuju sama.

"Iya?" Ghani memiringkan kepalanya. Jawaban yang lebih seperti pertanyaan. "Yah, kayak cewek-cewek biasanya kalo suka sama orang."

Ghani ini satu dari beberapa siswa yang cukup digandrungi siswi sekolahnya. Ia anak basket, tinggi, cukup tampan, dan—seperti siswa populer pada umumnya—playboy. Tata yang tidak terlalu peduli tentang siswa populer dan semacamnya, baru ngeh saat ia dikirimi surat. Sebelumnya, ia cuma tahu saja, itu pun dari Aurel dan Instagram Radit.

Sebagai playboy yang cukup menjebak banyak siswi, tentu ia tahu bagaimana reaksi gadis-gadis kalau sudah jatuh pada pesona seseorang.

"Nggak sih, lu nggak kayak gitu," ralat Ghani. "Cuma ya..., gitu deh! Pokoknya keliatan suka."

Tata berdecak. Lagi-lagi ia tidak mendapatkan jawaban yang jelas.

***

Di kamarnya, Tata cuma guling-guling saja dari tadi. Menatap langit-langit kamar, menoleh ke kanan, ke kiri, lalu kembali menatap atas. Pikirannya ke mana-mana.

Tata menoleh ke arah ponselnya yang tadi berbunyi. Ia mengeceknya.

Halah.

Tata kembali meletakkan ponselnya itu. Cuma notifikasi Instagram, tidak penting.

Radit bangke : u up?

Kali ini, gadis itu tersenyum.

Sial, sudah seperti kasmaran betulan.

Arinta Mahesa : wasup

Radit bangke : ngga

Radit bangke : just check up on u

Tata memeluk gulingnya sambil menghadap  ke kanan. Bibirnya melengkung sempurna.

Arinta Mahesa : papa nggak plg mlm ni

Radit bangke : oh, good

Di tempatnya, Tata benar-benar senyum-senyum sendiri. Seperti orang gila. Oh, ralat, seperti orang kasmaran. Ia sendiri juga heran kenapa begitu, tapi tidak sanggup menahan bibirnya untuk tidak melengkung.

Jantungnya berdebar lebih kencang ketika ada panggilan masuk. Panggilan yang sebenarnya sedang ia harap-harapkan sekarang.

"Halo, Dit?"

Tata tersenyum. Ia begitu senang.

"Kok lu belum tidur?"

"Belom ngantuk nih," sahut Tata. "Kenapa nelpon?"

Halah, padahal Tata juga mengharapkan panggilan itu.

"Just check up on you. I think I already told ya."

"Kan udah tadi, di chat."

"Pengen denger lu ngomong."

Sial. Sial. Sial. Pipi Tata merona. Ia geli sendiri, merasa seperti anak SMP yang baru pertama jatuh cinta.

Baiklah.

Malam ini, Tata menyadari sesuatu. Tata berhasil memastikan sesuatu.

***

[✔] Not a Good Childhood Friend - 31DWCWhere stories live. Discover now