37. More than Pain

4.1K 213 12
                                    

Bagian Tiga puluh tujuh.

Please don't give me injuries, again.

-The Cold Princess-

Moza mulai memasuki area sekolahnya. Ketika melewati gedung ruang guru, dirinya terdiam beberapa detik. Kenapa para siswa keluar dari dalam gedung?

Seorang gadis berjalan mendekatinya. "Hallo, Moza!" sapanya.

Moza menaikkan sebelah alisnya, menatap bingung gadis jangkung di hadapannya. Siapa lagi jika bukan Alia.

"Udah ambil kartu ujian?" tanya Alia.

Mata Moza membelalak. Aih, kartu ujian? Ini tanggal berapa?–batinnya. Ia langsung membuka ponselnya dan melihat tanggal 29 dan alarm penanda yang rupanya sudah berbunyi sejak 20 menit yang lalu.

Ia bahkan lupa jika hari ini adalah hari pertama ujian akhir semester dimulai. Ya ampun, ia sudah lebih dari satu minggu tidak membaca buku sama sekali.

"Za, udah ambil?" tegur Alia kembali sambil melambaikan tangannya di hadapan wajah Moza yang terlihat melamun.

"Ah, belum." Moza menggeleng kemudian menatap gadis periang di hadapannya. "Satu ruangan sama Darren?"

Alia menggelengkan kepalanya. "Beda, Za. Kenapa emang?"

Moza menggeleng. "Tolong bilang ke Darren," ucap Moza. "Belajar yang rajin," lanjutnya.

Alia tersenyum kemudian mengangguk. "Pasti."

Moza berjalan meninggalkan Alia untuk memasuki gedung, dan mengambil kartu ujiannya. Namun, sebelum langkahnya memasuki teras gedung, suara dari Alia kembali terdengar.

"MOZA!" panggil Alia.

Moza menoleh, melihat Alia yang berjalan mendekatinya kembali. Gadis itu kemudian menarik lengan kiri Moza,  dan membuka telapak tangannya. Terdapat darah yang sudah mengucur deras. Ternyata, lukanya kembali terbuka.

Alia mengusap darah di telapak tangan Moza dengan tisu miliknya. "Ini kenapa?"

Moza segera menarik lengannya kemudian berlari meninggalkan Alia. Sedangkan Alia terdiam sejenak menatap punggung Moza yang menjauh dari pandangannya.

"Lukanya lebar banget, mana darahnya tadi sampe ngucur. Apa gak sakit, ya?"

👑👑👑

Moza sedang berusaha menutupi lukanya dengan plester. Sayangnya, plester miliknya terlalu kecil untuk lukanya yang lebar. Ia terus mencuci telapak tangannya agar darah tidak mengalir terus-menerus. Jika dibiarkan tanpa plester, ia takut luka itu kembali terbuka seperti tadi pagi.

Sebenarnya, luka itu adalah luka yang ia buat dua hari yang lalu. Dan kenapa luka itu harus terbuka di hadapan orang? Ah, Moza menyesali perbuatannya yang tidak memberi plester di lukanya sejak awal. Sekarang, luka itu bertambah lebar.

Moza terdiam, menatap dirinya di depan cermin sambil berpikir untuk kelanjutannya bagaimana. Hingga satu ide terlintas di benaknya. "Ke UKS?"

Moza langsung berbalik. Berlari menuju UKS sebelum lukanya kembali mengeluarkan darah. Ia membuka pintu UKS, dan di sana sepi. Dokter yang biasa berjaga di UKS pun nampaknya belum datang. Akhirnya Moza mencari sendiri peralatan P3K untuknya.

Moza jarang ke UKS, dan ia tidak tahu di mana tempat peralatan P3K itu. Sudah hampir lima belas menit, ia belum juga menemukannya, bahkan lukanya sudah kembali mengeluarkan darah.

The Cold Princess [COMPLETED]Where stories live. Discover now