bab 6

3.9K 336 186
                                    

10 tahun yang lalu



Buku diangkat perlahan, iris hijau zamrud diam-diam mengamati seseorang di depan sana. Mengamati pemuda dengan surai eboni yang duduk dekat jendela perpustakaan, dirinya begitu fokus membaca buku yang ada di tangannya, hal itu membuat ketampanannya semakin bertambah. Jantung Eren seketika berdegup lebih kencang dari biasanya.



"Jadi kita ke sini untuk menguntit Levi-senpai?" Tanya Armin sambil memindahkan halaman buku ke halaman selanjutnya. Eren yang mendengar itu jelas mengernyit kesal, tidak terima karena dikatakan penguntit oleh sahabatnya tersebut, padahal apa yang dikatakan oleh Armin adalah sebuah kenyataan.



"Ssst, aku hanya mengamati senpai dari jauh."


"Tapi itu kerjaannya penguntit, Eren."



Levi mendengus, dia tau bahwa adik kelasnya tersebut mengamati dia sedari tadi. Levi hanya berpura-pura tidak mengetahui karena baginya lucu ketika melihat Eren yang melotot mengamati dirinya dari kejauhan.



"Bocah yang menarik, mungkin mempermainkannya sedikit akan menyenangkan," batin Levi sambil memutar pulpennya dan menyeringai secara perlahan.



Tidak lama kemudian bel masuk telah berbunyi, Eren dan Armin lantas segera mengembalikan buku ke rak lalu segera pergi ke kelas mereka. Begitu juga dengan Levi yang segera meletakkan bukunya kembali ke dalam rak.



Tatapan kagum melayang ke arah Levi begitu dia berjalan di koridor sekolah menju kelasnya. Terkenal akan keteladanannya, membuat Levi menjadi siswa yang paling populer di Maria High School.



Banyak perempuan yang menyukai dirinya, tidak peduli akan fakta bahwa perkataan Levi sangat sadis. Begitu juga dengan Eren, dia merasa jika Levi sangatlah keren hingga dia tidak sadar jika dia mulai menyukai pemuda tersebut.



Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat, bel pulang sekolah segera berbunyi. Para murid segera mengemas tas mereka dan pulang ke rumah. Tidak dengan Eren yang masih membersihkan kelas karena kedapatan jadwal piket sepulang sekolah. Hal itu membuat dia sangat kesal, padahal hari ini dia ingin cepat-cepat pulang ke rumah dan bermain game yang baru saja dia beli.



Setelah merasa kelasnya sudah bersih, Eren segera mengambil tasnya dan buru-buru berjalan ke loker sepatu. Namun langkahnya terhenti begitu menyadari ada seseorang yang bersandar pada dinding dengan tangan yang disilangkan di dada. Eren menolehkan kepalanya perlahan dan terlonjak kaget karena orang tersebut adalah Levi.



"Le-Levi-senpai?!"



Levi hanya diam dengan posisi yang sama, iris biru kehitamannya menatap intens iris hijau zamrud milik Eren. Hal itu membuat Eren semakin salah tingkah, tatapan yang diberikan Levi membuatnya seketika membeku. Levi melangkah mendekat, tangannya terulur lalu mengelus permukaan pipi Eren.



Wajah Eren memanas seketika, detak jantungnya tidak bisa dikendalikan, pikirannya kosong seketika. Yang dia bisa lakukan hanyalah pasrah terhadap apa yang dilakukan Levi kepadanya.



Mata Eren terbuka lebar saat merasakan sensasi lembut yang bersentuhan dengan bibirnya. Belum sempat dia merespons apa yang terjadi, Levi sudah memeluk pinggulnya erat dan memasukkan lidahnya. Kaki Eren hampir saja melemas jika dia tidak segera mendorong Levi menjauh.



"Apa yang senpai lakukan?!" Tanya Eren tidak percaya sembari menutup mulutnya dengan punggung tangan, wajahnya memerah sempurna berkat ciuman tersebut. "Tentu saja menciummu," jawab Levi dengan santai, bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.



"Tapi kenapa?!"



"Karena aku menyukaimu."



Eren membeku, seolah tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar. Levi, pemuda di hadapannya saat ini, orang yang dia cintai, kini malah menyatakan perasaan kepadanya. Eren secara spontan jatuh terduduk, membuat Levi kaget lalu berlutut di depan pemuda tersebut. 'Tenaga kakinya terasa menghilang karena pernyataan cinta dari Levi.

Forgive Me | Riren [COMMISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang