bab 7

5.6K 366 62
                                    


Asap putih membumbung tinggi, membuat sebuah atap tembus pandang di atmosfer, mengingat kembali masa lalu membuat Levi semakin menyesal atas sifat bajingannya yang telah melukai hati Eren. Melihat air mata Eren pada hari itu membuat pria bersurai hitam tersebut ingin merengkuhnya dalam-dalam, namun dia tau, dia tidak akan bisa mencapai Eren kembali.



Hari sudah malam, dimana matahari bertukar posisi dengan bulan. Brsama dengan bintang ia kemudian memperindah langit hari ini, membuat orang terkagum atas pemandangan langit berbintang har ini. Levi mendongakkan kepalanya, memperhatikan langit malam yang tampak ramai.



Hari ini adalah hari yang terlupakan baginya, dia kembali bertemu dengan Eren setelah sepuluh tahun. Bocah kesayangannya tersebut tidak banyak berubah, wajahnya masih tetap sama seperti yang dulu. Mengingat hal tersebut perlahan membuat hatinya menghangat.



Doa Hanji benar-benar terkabulkan, doa yang mana dia menginginkan agar Levi jatuh cinta kepada Eren. Lihatlah dia sekarang, tersenyum tipis memandangi langit berbintang, yang dalam benaknya bintang-bintang tersebut berubah menjadi senyuman Eren.



Lamunannya seketika terganggu karena dering telepon. Ya, sekarang Levi tidak membuat ponselnya dalam mode sunyi lagi, hal itu cukup merepotkan baginya. Melihat nama yang tertera dilayar, Levi lantas menjawab panggilan orang tersebut.



"Yo, Levi."


"Apa maumu?"


"Aku ingin mengundangmu ke café milikku, semacam reuni kecil-kecilan. Apa kau mau? Oh, tentu saja itu semua gratis."


"Siapa saja yang kau undang?"


"Kau, Erwin, dan Hanji. Lagipula sudah lama bukan kalian tidak ke café ku?"



Levi bergumam pelan, dia kembali menghisap rokoknya sebelum menjawab pertanyaan dari temannya tersebut. "Baiklah, aku akan datang." Setelah mengatakan hal tersebut, Levi langsung saja memutus panggilan secara sepihak. Dia kembali memandangi langit ditemani dengan sebatang rokok di tangan.



"Eren, aku akan mendapatkanmu, kembali."



Sementara itu diwaktu yang sama, pada salah satu apartemen, terdapat seorang pria yang sedang duduk di balkon dengan selimut menutupi tubuhnya. Secangkir the hangat berhasil menenangkan pikirannya, mungkin dia akan menghilangkan kebiasaan merokoknya.



Kepalanya menunduk, memperhatikan the yang memantulkan keadaan wajahnya. Sungguh berantakan, bahkan Eren hampir tidak mengenali dirinya sendiri. Benar-benar bukan seperti dirinya saja, menangis lalu memberantakkan kamarnya sendiri. Beruntung saja Armin yang mau membantu membereskan kamarnya.



Mengingat kembali masa lalu dengan Levi membuat Eren ingin meneteskan air matanya kembalinya, dirinya masih ingat dengan perkataan Levi yang melukainya begitu dalam. Namun Eren tidak memungkiri jika dirinya masih menyimpan perasaan kepada pria tersebut.



"Kau jahat, Levi. Kau membuatku benci kepadamu tapi kau juga membuatku cinta kepadamu," gumam Eren pelan sambil memandangi cangkir tehnya dengan tatapan kosong.



Tanpa Eren sadari, Armin berdiri di balik pintu balkon, iris matanya memandang sedih sahabat terbaiknya tersebut. Tidak tahan dengan pemandangan Eren yang menyendiri, Armin ingin sekali membantunya namun dia tau jika Eren membutuhkan waktu untuk pulih dari luka lama.



***



"Eren, kau baik-baik saja?"



Eren tersentak kaget, dia menolehkan kepalanya linglung. Mendapati bahwa sang manajer menatap dirinya dengan tatapan khawatir, tangannya menepuk bahu Eren untuk menyadarkan pria tersebut karena sedari tadi dia asyik melamun.

Forgive Me | Riren [COMMISION]Where stories live. Discover now