✎ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 𝟷

8K 451 13
                                    



Sinar mentari telah menyapa kota Seoul pada pagi hari ini, sebagai awal untuk melakukan segala aktivitas.
Tak lupa juga sang matahari ikut menyapa kediaman keluarga Lee, termasuk salah satunya di kamar si bungsu.

Berusaha masuk melalui celah-celah jendela untuk menerangi kamar yang bernuansa biru serta terdominasi oleh koleksi komik-komik yang ada di rak di dalam kamar tersebut. Di dalamnya juga banyak terdapat fasilitas-fasilitas mewah yang pasti diberikan untuk si bungsu. Dan juga di situ terdapat juga koleksi robot. Kamar tersebut lebih terlihat seperti kamar anak-anak ... yah karena si bungsu itu sangat manja dan tingkahnya seperti anak kecil.

Ya, dia Lee Haechan. Remaja yang kini berusia 15 tahun yang bisa dibilang manja- atau bahkan sangat manja. Tapi itu semua dikarenakan Haechan yang selalu dimanja oleh keluarganya. Keluarganya sangat memanjakannya dan memberikan kasih sayang yang sangat berlimpah.

Kenapa seperti itu? karena keluarganya tidak ingin Haechan merasa kekurangan sedikitpun. Mereka akan selalu mengabulkan permintaan si bungsu, kecuali hal-hal yang memang dilarang keras oleh keluarganya.

Keluarganya sangat menyayanginya dan juga sangat menjaganya, itu semua dikarenakan Haechan mempunyai fisik yang lemah, dia memiliki kelainan jantung sejak lahir.
Maka dari itu keluarganya sangat menjaga dan melindunginya, sehingga keluarganya menjadi sangat protective padanya.

Haechan saat ini sedang mengerjapkan matanya pelan untuk beradaptasi dengan cahaya yang masuk ke retinanya.

"Bun ... da," ucapnya pelan ketika telah membuka matanya sempurna.
Namun saat ia melihat ke sekitar kamarnya, dia tak mendapati sosok bunda yang sangat disayanginya.

Dia ingin turun dari ranjangnya dan menemui sang bunda yang pasti saat ini sedang menyiapkan sarapan yang dimana berada di lantai bawah.
Namun entah mengapa saat tadi ia membuka matanya, rasa sakit di dadanya telah menyapanya terlebih dahulu, sehingga saat ini ia ingin memanggil sang bunda pun tak mampu karena terhalau oleh rasa sakit yang makin lama tak tertahankan.

"Eungh ... sa ... kit," ujarnya dengan sangat lirih dan saat ini ia tengah mencengkram dadanya.

"Bunda ... sakit ... akh!" ringisnya dengan sangat pelan. Jujur saja saat ini rasa sakit di dadanya sangat menyiksa.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sedangkan di dapur....

Saat ini Da Hae sedang sibuk menyiapkan makanan untuk sarapan pada pagi hari ini. Tak lama kemudian sang suami datang dan memeluknya dari belakang seraya menghirup aroma masakan sang istri yang sangat dicintainya.

"Pagi, sayang! Hmmm ... aromanya enak sekali, aku jadi tidak sabar untuk merasakannya," tutur sang suami dengan nada yang sedikit manja.

"Hm, pagi juga. Ayah buruan bangunin anak-anak, gih! dan-"

"-Pagi bundaa!" Belum sempat sang bunda menyelesaikan ucapannya, sang putra kedua mereka telah terlebih dahulu menyapanya dengan semangat.

"Eh anak bunda yang satu ini udah bangun. Tumben di hari Minggu pagi pagi gini udah bangun, biasanya juga masih ngiler di bantal," tutur sang bunda dengan nada sedikit bergurau dengan anak keduanya tersebut.

"Hehe ... soalnya hari ini Mark pengen cari udara segar ke luar," sahut Mark dengan cengirannya.

"Oh ... kakak bangunin adek dulu, gih!" perintah sang bunda.

My Family is My Strength [REVISI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora