✎ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 𝟷𝟽

1.8K 144 19
                                    



Matahari mulai menampakkan sinarnya, memancarkan cahaya terangnya pada pagi hari ini yang tak luput dari kediaman keluarga Lee, cahaya cerah matahari berusaha memasuki kamar yang bernuansa biru muda itu melalui celah celah gorden yang menutupi jendela.

Namun, sinar matahari tersebut tak berhasil membangunkan salah satu anggota keluarga Lee yang bernama Haechan itu, ia masih bergelut dengan selimut hangatnya dan masih mengarungi alam mimpinya.

Tak lama kemudian datang seorang wanita paruh baya menghampiri si bungsunya yang masih tertidur nyenyak. Beliau perlahan menyibak selimut yang menutupi tubuh mungil sang anak. Ia usap surai itu dengan sayang seraya melantunkan untaian kalimat yang terdengar sangat lembut.

"Sayang, bangun yuk ... ini udah pagi," katanya dengan sangat lembut.

"Eunggh ... "

"Bentar lagi, bunda. Haechan masih mengantuk," sahut Haechan.

"Adek ngga inget? Ini kan hari pertama adek masuk sekolah, adek ngga mau sekolah?" Da Hae masih mengusap surai itu dengan sayang.

Sontak saja ucapan sang bunda langsung membuat ia terbangun dari tidurnya dengan tiba-tiba yang menghadiahkan rasa pusing mulau menyerang kepalanya.

"Oh iya! Adek lupa — akh..." Haechan sedikit meringis sakit seraya memegang kepalanya yang terasa pusing.

"Tuh kan adek, jadi pusing kan ... lebih baik sekarang adek mandi terus siap siap," ujar Da Hae pada sang anak.

"Oke bunda!" balas Haechan terlampau semangat.

Sang ibu dari tiga anak itu hanya menggeleng kepala melihat kelakuan sang anak, setelahnya ia beranjak menuju almari sang anak berada untuk mempersiapkan keperluan yang akan dibutuhkan Haechan, mengingat ini adalah hari pertama untuk Haechan bersekolah formal.

Setelah Haechan selesai bersiap, ia mematut dirinya di depan cermin, Haechan memandang pantulan dirinya yang terlihat sangat keren dengan seragam sekolahnya bersama dengan senyuman yang terukir di wajah tampan dan menggemaskan itu, sedangkan sang bunda hanya mampu tersenyum saat melihat tingkah anak bungsunya yang menurutnya sangat menggemaskan.

"Bunda, adek udah keliatan keren kan?" tanya Haechan dengan senyum bahagia yang setia terukir pada paras rupawan itu.

"Tentu! Anak bunda sudah pasti sangat tampan," jawab Da Hae dengan senyum hangatnya.

"Berarti ayah tidak?" sahut suara bariton yang tiba-tiba memasuki kamar Haechan, dan melihat sepasang ibu dan anak itu sedang berbincang kecil.

"Tidak," jawab Haechan dengan sedikit menjulurkan lidahnya pada sang ayah, memang terlihat tidak sopan, tapi hal itu mengundang gelak tawa dari sang bunda, sedangkan ayah yang menjadi sasarannya pun hanya berpura pura marah.

"Yah ... anak ayah jahat, ayah ngambek deh," ucap Dong Wook yang berpura pura merengut layaknya anak kecil yang permintaannya tidak dituruti.

"Ayah udah ngga cocok kalau ngambek gitu hahaha," sahut si bungsu yang diakhiri dengan tawa renyahnya.

"Anak ayah nakal ya! Sini ayah gelitikin ... " Dong Wook mulai berjalan ke arah sang anak bungsu lalu menggelitikinya, yang di mana hal itu membuat sang anak merasa geli dan tertawa lepas.

Akhirnya Da Hae menghentikan kegiatan ayah dan anak tersebut dan menyuruh mereka untuk segera turun ke bawah dan memulai sarapan.

"Ayah tau ngga?" tanya Haechan yang kini bersama ayah dan sang bunda berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah.

My Family is My Strength [REVISI]Where stories live. Discover now