✎ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 𝟷𝟷

2.1K 158 9
                                    

Pagi ini di kediaman keluarga Park sedang melaksanakan kegiatan rutin di pagi hari yaitu sarapan.

Mereka menikmati acara makan itu dengan khidmat,hingga tiba-tiba Jeno berucap, "Ma ... nanti pulang sekolah Jeno akan pergi ke rumah sakit."

"Loh, mau ngapain?" Bukan nyonya Park yang bertanya, melainkan tuan Park yang terheran-heran dengan ucapan sang anak.

"Mau jenguk sahabat Jeno yang lagi sakit," jawab Jeno.

"Emang dia sakit apa?" Kini giliran nyonya Park yang bertanya.

"Dia sakit jantung dan sekarang dia koma. Itu loh ma ... yang diceritain kakak kemarin, tetangga sebelah," jelas Jeno pada nyonya Park.

"Ohh, tapi nanti jangan sampai malam ya ... dan jangan sampai kecapekan," tutur nyonya Park pada Jeno.

"Siap ma!" ucap Jeno menanggapi penuturan sang mama.
.
.
.

.
Pagi ini Mark melewati koridor menuju kelasnya dengan langkah lesu.
Karena sang adik yang biasanya menjadi penyemangat pagi untuknya, kini sedang tertidur lelap dan tak tahu kapan akan bangun.

Taeyong yang melihat Mark berjalan dengan lesu pun menanyakan apa yang membuat temannya itu terlihat tidak bersemangat.

"Lo kenapa, Mark? Keknya gak bersemangat gitu," tanya Taeyong heran.

"Hahhh ... adek gue koma," jawab Mark lesu.

"Hah? Adek lo yang waktu itu? Kenapa dia bisa koma?" tanya Taeyong penasaran.

"Iya, dia sebenarnya sakit dan kemarin dia kena kejadian yang nggak mengenakkan," jawab Mark.

"Emang adik lo sakit apa?" tanya Taeyong yang makin penasaran.

"Adik gue sakit jantung bawaan dari lahir," jelas Mark.

Taeyong langsung dibuat terkejut oleh ucapan temannya itu. Dia tak menyangka anak itu ternyata mempunyai penyakit jantung yang bisa merenggut nyawanya kapan saja.

"Sorry, Mark." Taeyong menyesal menanyakan hal tadi yang mungkin membuat mood temannya semakin buruk.

"Gapapa santai aja," tutur Mark.
.
.
.
.
.

Kini Da Hae sedang duduk di kursi sebelah ranjang sang anak yang kini masih tertidur lelap, dan kondisi Haechan pun masih naik turun. Haechan kini masih berada di ruang ICU.

Dong Wook berangkat ke kantor, itupun karena paksaan bunda yang menyuruhnya untuk pergi ke kantor.

"Adek ... kapan adek mau bangun?Adek nggak kangen sama bunda?" ujar Da Hae lirih pada Haechan yang kini masih setia menutup matanya.

"Apakah mimpi adek sangat indah sehingga adek nggak mau bangun?" tanyanya lagi walau ia tahu tak akan ada yang menjawab semua pertanyaan yang keluar dari mulutnya.

"Bunda udah kangen banget sama adek ... bunda kangen dengar ocehan dari adek," ucap Da Hae yang kembali menangis ketika melihat sang anak yang biasanya cerewet kini hanya mampu terdiam membisu.

Kini Da Hae sedang menggenggam tangan kanan sang anak yang kini terkulai lemah. Sesekali ia mengecup punggung tangan sang anak dengan lelehan air mata.

Saat dirinya sedang mengusap pelan punggung tangan sang anak, tiba-tiba jemari Haechan meremat kuat genggaman itu dan setelahnya, tubuh Haechan mulai kejang-kejang juga nafas Haechan yang naik turun dengan begitu berat.

Da Hae yang melihat sang anak kejang-kejang pun langsung histeris dan dengan segera menekan tombol darurat yang ada di atas ranjang pesakitan Haechan.

"Haechan! Jangan seperti ini, nak ...
Hiks," ucap Da Hae yang kini sudah bergetar melihat sang anak yang seperti itu.
.
.
.
.
.
.

My Family is My Strength [REVISI]Where stories live. Discover now