✎ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 𝟽

2.4K 166 6
                                    



Malam ini keluarga Lee melaksanakan makan malam tanpa kehadiran si bungsu kesayangan mereka. Makan malam ini pun terasa sepi, hanya terdengar dentingan sendok sajantanpa adanya ocehan dari si bungsu Lee seperti biasa.

Saat ini Haechan masih tidur dan badannya juga masih sedikit lemas sejak serangan kecil tadi siang. Jadi kini Haechan masih berada di kamarnya.

"Ayah sama Mark lanjutin makan dulu ya, bunda mau ke kamar adek sebentar," ujar Da Hae yang akan menuju kamar si bungsu dengan membawa nampan yang berisikan makanan juga obat-obatan yang harus dikonsumsi anak bungsunya tersebut.
.
.
.
.
.
Cklek!

Pintu kamar Haechan pun terbuka, memperlihatkan sang pemilik kamar yang saat ini masih tertidur nyenyak, namun masker oksigen sudah tidak lagi menghiasi wajah pucatnya.

"Adek, bangun yuk! Adek harus makan dulu," ucap Da Hae lembut pada anaknya berharap sang anak segera bangun.

"Eeuungh ... " Hanya terdengar lenguhan saja dari anak kesayangan keluarga Lee itu.

"Adek, udah waktunya makan malam," ujar Da Hae sekali lagi.

"Adek nggak mau makan, bunda," sahut Haechan pelan yang kini sudah membuka matanya.

"Adek masih lemas 'kan? Jadi adek harus makan biar nanti nggak lemas lagi."

"Yaudah deh, tapi adek cuma mau makan satu suap." Selalu begini saat Haechan sakit, ia akan susah untuk masalah makan.

"Kok satu suap sih? Lima suap ya sayang?" Kini malah sang bunda yang bernegosiasi pada si bungsu.

"Tiga suap atau adek nggak mau makan," balas si bungsu dengan sedikit ancaman di akhir kalimatnya.

Kalau begini Da Hae hanya mampu menghela nafas pelan saat si bungsu sulit untuk makan.

"Yaudah, tiga suap terus nanti adek minum obat, ya?" putus bunda yang menyetujui ucapan si bungsu.

Haechan hanya menganggukan kepalanya saja, setelah itu ia mulai menerima suapan dari bunda nya.

Setelah suapan ketiga berakhir, Haechan mulai meminum obatnya tanpa penolakan sedikitpun, karena yang ia inginkan saat ini hanyalah cepat-cepat tidur lagi.

"Dah ... sekarang adek tidur lagi ya, akan bunda temani di sini," tutur Da Hae seraya menyelimuti si bungsu hingga sebatas dada.

Kemudian Da Hae memeluk anak bungsunya itu dari samping. Jadi kini Da Has tidur di tepi kiri ranjang, sedangkan Haechan di sisi tengah.

Da Hae terus mengusap dengan lembut surai sang anak hingga ia mendengar dengkuran halus yang menandakan anak bungsunya sudah kembali terlelap mengarungi mimpi.

Sedangkan di lantai bawah tepatnya di ruang keluarga, kini Dong Wook dan Mark sedang berbincang-bincang kecil. Jam pun telah menunjukkan pukul 22.00 KST.

"Mark, pergilah ke kamarmu dan segera tidur nak. Ini sudah larut malam, besok kau harus sekolah 'kan?" ucap ayah lembut seraya mengusap surai sang anak kedua.

"Tapi Mark masih ingin nonton tv di sini Yah, lagian besok sekolah Mark diliburkan karena para guru akan menghadiri acara rapat," sahut Mark pada ayahnya.

"Oh begitu, yaudah ayah ke kamar adek dulu ya, nanti kalau kamu udah ngantuk harus cepat tidur walaupun besok kamu tidak masuk sekolah," balas sang ayah lembut sambil menasehati sang anak kedua untuk segera tidur.

"Iya, Yah. Selamat malam,"

"Selamat malam juga Mark." Dong Wook mengusak pelan tatanan rambut anak keduanya itu. Lalu ia berjalan menuju kamar si bungsu untuk melihat jagoan kecilnya.
.
.
.
.
.
.

My Family is My Strength [REVISI]Where stories live. Discover now