PS 17

10.1K 367 40
                                    

"Mazaya rindu kakak," seru Mazaya tanpa sadar. Dia seolah merindukan kakak kandungnya. Ilona juga yang membuatnya sedikit ekspresif sekarang.

Padahal Mazaya termasuk orang yang tidak pandai mengekspresikan apa yang dia rasakan, lebih banyak memendam semua perasannya. Karena tidak akan ada yang peduli dengan perasannya.

Ilona tersenyum hangat sambil mendekap tubuh kurus Mazaya dengan sayang. Ketulusan dan kepolosan gadis ini membuatnya sudah menganggap adik. Adik yang selalu ia jaga, seorang adik yang bisa ia beri masukan.

Seumur hidup, baru kali ini Mazaya merasa jika hidupnya diperhitungkan. Selama ini dia hanya menjadi butiran debu.

"Iya. Aku juga."

"Kakak pergi honeymoon makin cantik saja," tambah Mazaya polos. Ilona hanya tersenyum. Dia jelas sangat berbahagia sekarang. Pujian gadis pucat di depannya seolah Mazaya anak kecil lima tahun. Tapi, Ilona tahu gadis itu tulus.

"Tentu saja. Karena setiap hari mandi sperma." Ilona mencari asal suara dan mendapati Hannah di depan dengan tangan di depan dada.

Melepaskan pelukan, Ilona melotot ke arah Hannah.

"Maklum ya. Ibu-ibu haus belaian ya seperti itu," balas Ilona tak mau kalah.

"Pisang. Please, jangan berbicara vulgar di depan anak-anak." Mazaya hanya menutupi wajahnya, malu karena ucapan vulgar teman se kantornya. Apakah dirinya dianggap anak-anak? Tapi, dia memang jarang sekali mendengar kata-kata vulgar.

"Mazaya sudah besar, Kak. Hanya belum terbiasa saja," jelas Mazaya.

"Sudah, jangan didengarkan, ya. Ini masalah orang dewasa, Mayo belum sampai di situ, jangan memikirkan hal yang macam-macam." Mazaya hanya tersenyum malu.

"Eh, Mayo. Kamu ada kekasih, kan? Perkenalkan dong, penasaran nih,” kata Ilona. Mazaya hanya tersenyum miris, dia merasa hubungannya telah kandas. Darren juga tidak lagi menghubunginya.

"Nanti ya, Kak. Kami sedang renggang."

"Eh, kenapa? Kalau ada masalah itu diselesaikan. Harus dewasa, masa begitu saja renggang. Kalian bukan lagi anak kecil. Harus serius, sampai menikah," nasihat Ilona. Saking terlampau dewasanya dirinya sekarang dia dan Darren sudah jadi suami-istri minus status.

"Beda orang beda pemikiran juga, Kak"

"Sayang dong. Mayo harus menarik perhatian dia, seperti pakai baju seksi atau dandan yang cantik. Jangan terlalu polos seperti ini, nanti dia bosan," tambah Ilona pada bawahannya.

"Mazaya tidak tahu, Kak. Kami pacaran sudah empat tahun tapi seperti bukan pacaran," curhat Mazaya sambil menunduk dan memainkan jari-jari tangannya.

"Kenapa lama sekali? Bahkan melebihi cicilan motor. Sudah seperti cicilan mobil saja. Harusnya minta dinikahi." Mazaya meremas bajunya. Ah, menikah bagaimana bahkan status pacaran saja dia merasa salah satu pencapaian terbesar dalam hidupnya. Mazaya merasa genre hidupnya adalah romusha. Tak ada genre romance.

Darren menjadikan dirinya seorang pekerja paksa bukan seorang kekasih.

"Pacar Mazaya masih kuliah, Kak."

Ilona langsung terbatuk. Sial! Dirinya juga punya kekasih yang masih kuliah. Apa pelet anak kuliahan sekarang begitu kuat? Hingga keduanya sama-sama tertarik pada anak kuliah.

PENDONOR SPERMAWhere stories live. Discover now