6: Kataware-doki; Forget

1.2K 118 28
                                    

Karena perpisahan abadi tidak selamanya datang dari kematian. Dan mungkin ini bisa jadi yang paling menyedihkan.
.

.

.
Note: Ini alurnya campuran hehe.

Note: Ini alurnya campuran hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔮 These days.

Felix dan Hyunjin menempati sepetak hunian yang sama sejak dua tahun yang lalu. Lokasinya tenang dan bersih, bonus balkon yang menghadap matahari terbit. Tinggal bersama berarti melakukan segala hal bersama-sama termasuk mandi dan tidur. Hal itu menunjukkan seintim apa hubungan mereka. Biasanya, mereka bekerja seperti memasak dan bersih-bersih berdasarkan pembagian jadwal piket, namun untuk beberapa waktu belakangan hanya Hyunjin yang melakukan segala hal. Saat ditanya mengapa, lelaki itu tersenyum dan beralasan hanya sedang senggang, hanya ingin, atau parahnya semakin mencintai Felix, jadi ia hanya mau lelaki bersurai ungu muda itu bersantai. Felix mendesis jijik ketika mendengarnya.

Malam ketika itu, keduanya menghabiskan waktu di dapur. Felix jengah dengan siaran televisi yang hanya itu-itu saja jadi ia memutuskan menunggui Hyunjin. Wajah Hyunjin menghadap serius penggorengan, dan Felix masih saja memandangi malas punggung lelaki itu dari meja makan. Kepalanya berbantalkan kedua lipatan tangan.

"Hei, mau kubantu?" vokal Felix yang serak menyuarakan kejenuhan.

"Tidak usah." Hyunjin menjawab cepat dengan tangan yang berkibas, ia tidak bermurah hati dengan membiarkan Felix ikut campur, lalu lanjut bersenandung asal.

Felix menegakkan tubuh. Ia menatap Hyunjin, memandangi punggung berbalutkan kemeja krem yang memperjelas kesan kokoh pun gagah, namun mendengus menahan tawa ketika rengekan lelaki jangkung itu mengudara perihal irisan bawang yang menyakiti matanya.

"Kalau memasak, mungkin aku lebih ahli. Kamu serius tidak mau dibantu?" Felix bukannya sombong, tapi fakta berbicara. Ia juga tengah bersimpati dengan beberapa irisan lain di jari Hyunjin.

Hyunjin bersikukuh menggeleng. Ia menoleh kali ini, mata mereka bertubrukan. Keredupan di mata Felix menimbulkan sesak, tapi pompaan kuat dalam diri Hyunjin masih sempat menyipta lengkung senang di wajah.

"Sudah, kamu kan..." Hyunjin terdiam menggantungkan kata-katanya, matanya sekali lagi melirik Felix yang kini kepalanya bersandar pada lengan yang bertumpu di atas permukaan meja makan. "... Kamu kan sedang tidak bisa memasak."

Ucapan Hyunjin memancing geraman berang dari Felix, lalu lelaki berpostur kecil itu berjalan pergi dengan langkah mencak-mencak sembari mengomel. Mungkin ke balkon kamar memandangi gemintang, karena belakagan tempat itu jadi amat fovorit.

Hyunjin terkikik di tempat, kemudian ia mengaduk kuah beraroma rempah yang makin memekat. Awalnya pemuda jangkung itu hendak mencicipi apakah garam pada sup-nya telah sesuai atau belum, namun ia tersadar jika air mata yang barusan jatuh dan mengenai bibirnya tercecap sangat asin di lidah.

INEFFABLE; hyunjin ft. felix || hyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang