Part 25.

1K 92 16
                                    

"Aahhh oppa hajima~" suara manja itu datang dari luar menuju ruangan kyungsoo. Nayeon yang mendengarnya pun langsung menatap ke arah pintu, dia tau itu suara yeri.

"Ayolah yeri, itu terlalu sulit" pintu ruangan terbuka, menampilkan kyungsoo dan yeri yang tengah bergandengan mesra.

"Kita sudah sangat lama tidak berjalan berdua, kau terlalu sibuk dengan pekerjaanmu" yeri mengerucutkan bibirnya, membuatnya semakin menggemaskan.

"Aku mengerti. Tapi besok kita ada rapat penting bersama perusahaan lain, jadi hari ini kita sangat sibuk" yeri tidak menjawab, dia masih mengerucutkan bibirnya sambil menunduk. Kyungsoo menghela nafasnya, melihat kekasihnya seperti itu membuatnya tidak tega. "Jika semua ini sudah selesai, aku janji akan membawamu ke tempat yang bagus. Eotteohkeoh?" Yeri mendongak, menaikkan jari klingkingnya ke dekat wajah kyungsoo.

"Janji?" Kyungsoo tersenyum, mengaitkan jari klingkingnya kemudian mengangguk. "Baiklah! Aku akan menunggu!" Yeri tersenyum bahagia, semakin cantik saat dipandang.

Yeri berjinjit, mencium sekilas bibir kyungsoo.

"Jangan lupa makan chagi, annyeong" yeri melambaikan tangannya sebelum pergi dari ruangan kyungsoo.

Kyungsoo memutar tubuhnya, menemukan nayeon yang sepertinya memperhatikannya sedari tadi. Seketika perasaan tidak enak muncul dalam benak kyungsoo, dia mengingat bagaimana yeri mencium bibirnya di depan nayeon. Nayeon yang sadar jika kyungsoo memperhatikannya pun berusaha tetap normal dan kembali bekerja, meskipun hatinya terasa sakit saat ini. Kyungsoo pun berusaha untuk tetap normal, berjalan ke meja kerjanya dan kembali bekerja.

Mereka harus terbiasa dengan keadaan itu, karena mereka tidak memiliki ikatan apapun.

~Dare~

Nayeon menatap dirinya sendiri dari pantulan cermin, entah sejak kapan air mata itu meluncur ke pipinya.

"Haha kenapa kau menangis nayeon-ah? Apa kau sedih karena orang yang begitu kau cintai berkencan dengan orang lain? Tapi... kau sudah tidak memiliki hubungan apapun dengannya selain bos dan sekretaris... kau tidak memiliki hak untuk melarangnya" nayeon mulai terisak, rasa sakit di dadanya benar benar memaksanya untuk menangis.

"Nayeon?" Nayeon langsung menoleh saat mendengar namanya disebut oleh seseorang, dilihatnya irene tengah berdiri di ambang pintu sambil menatap bingung ke arahnya. "Kau kenapa?" Irene langsung menghampiri nayeon setelah melihat wajah sembab gadis itu. Nayeon pun langsung mengahapus air matanya, berusaha menutupi kesedihannya.

"Aniyo, gweanchana" nayeon menggeleng sembari tersenyum, namun matanya yang masih sembab membuat irene sangat yakin jika nayeon baru saja menangis.

"Siapa yang menyakitimu? Katakan padaku" irene memegang bahu nayeon sambil menatap gadis itu.

"Tidak ada eonnie. Aku baik baik saja" nayeon tetap berusaha tersenyum.

"Kau bohong... aku tau seseorang menyakitimu" nayeon menggeleng, namun irene tetap tak percaya. "Kyungsoo?" Kini nayeon terdiam, dia ingin sekali menggeleng namun kepalanya terasa sulit untuk digerakkan. "Aku tau itu" irene langsung menarik nayeon keluar dari toilet itu.

"Aniyo! Eonnie hajima" nayeon berusaha menghentikan langkah irene yang membawanya ke ruangan kyungsoo, dia tau irene akan sangat marah pada kyungsoo.

"Dia keterlaluan" irene mengabaikan perkataan nayeon, tetap melanjutkan langkahnya menuju ruangan adiknya itu.

Pintu ruangan kyungsoo dibuka dengan kasar, membuat kyungsoo yang sedang sibuk dengan pekerjaannya menjadi terhenti. Kyungsoo menatap irene yang tengah berjalan cepat ke arahnya, dia pun melihat orang yang ditarik oleh irene sedari tadi. Ekspresi kyungsoo masih datar meskipun dia tau kakaknya akan memarahinya.

Dare✔Where stories live. Discover now