[14] Empatbelas : Tak Kuasa

1.5K 75 2
                                    

14. Tak Kuasa

Kami sudah menjalin kedekatan dan menghabiskan waktu satu minggu dengan cukup baik. Kukatakan cukup baik karena itu berjalan lancar dan aku merasa kita terbuka satu sama lain, terkecuali perihal Riko, aku tidak ingin membahasnya. Aku merasa yakin dan aman untuk ke depannya menjalin hidup bersama seorang Reza, pria yang begitu mudahnya menggantikan posisi Riko. Meski tentu tidak langsung mencintainya, setidaknya aku tahu menurutku Reza pria baik, dia memanjakanku dengan waktunya. Waktu yang seharusnya menjadi waktu bekerjanya, ia habiskan untuk mengenal lebih dekat denganku. Hingga segala persiapan pernikahan itu pun, akhirnya berjalan juga. Usai sudah semuanya. Kini, adalah detik-detik tersisa menuju kehidupan baru. Ya. Detik selanjutnya akan membawaku kepada dunia yang kutunggu-tunggu.

Aku gugup. Gugup sekali. Sedari tadi kuarahkan pandanganku ke bawah, menghindari tatapan dari ribuan pasang mata di sekitarku saat ini.

Ah, pakaian ini sangat memengaruhiku. Detik yang semakin berjalan ini, sungguh membuatku ingin segera membuang napas lega. Namun, belum saatnya. Itu akan terjadi setelah Reza mengucapkan ijab kabul, tepatnya ...

Hari ini.

"Reza Mahardika bin Hardi. Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Mitha Meilisa binti Fikri, dengan maskawin emas duaratus gram dan seperangkat alat salat dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Mitha Meilisa binti Fikri dengan maskawin yang disebutkan dibayar tunai." Reza menyebutkan kalimat sakral itu dengan lancar.

"Bagaimana para saksi? Sah ...?"

"SAH ...."

Semua orang mengucapkan hamdallah, lalu disusul dengan doa yang dipimpin penghulu. Usai mengamini doa, kami sama-sama mengembuskan napas lega. Lantas setelahnya kuraih tangan Reza ke depan wajah untuk menciumnya sebagai tanda kalau kini aku sudah sah menjadi istrinya.

Aku mendongak perlahan. Ragu yang sempat membelenggu memudar begitu menangkap tatapan mata dari seorang Reza. Ia tersenyum penuh arti. Sesuatu yang membuatku sangat yakin bahwa ia akan membawaku ke dalam dunia yang lebih bahagia.

Ya. Semoga.

****

Tuhan. Inikah kebenaran dari khayalanku dulu?

Ketika yang kupikirkan seorang pria yang duduk bersamaku di kursi pelaminan adalah Riko, mantan kekasihku, kini seketika membuatku tak percaya. Takdir-Mu kau buat tanpa duga-duga.

Tuhan. Sangat berterima kasih jika ini adalah jalan menuju yang lebih baik. Aku, Mitha, belum mengenal lebih seorang Reza. Waktu satu Minggu bukanlah waktu yang cukup. Namun, kupercaya bahwa mengenal setelah menikah tak selalu membawa pada keburukan. Justru aku yakin bahwa semua yang akan dijalani terasa baru, tak lagi membosankan seperti yang sudah-sudah kujalani bersama Riko sebelumnya.

Aku merasa lega, meskipun sebenarnya tak seorang pun tahu dengan sedikit perasaan aneh yang sedari tadi terasa mengganggu hati kecilku. Seperti ada rasa ketakutan dan keraguan. Tetapi berulang kali kucoba menahan dan memantapkan diri bahwa kali ini waktunya berbeda lagi. Semuanya dimulai dari awal lagi. Hidupku kini sepenuhnya bersama Reza, milik Reza, dan untuk Reza.

"Mitha."

Deg.

Tubuhku menegang seketika. Suaranya tepat di sampingku. Di samping tempat dudukku.

Kutolehkan kepala hati-hati. Begitu terkejutnya mendapatkan wajah Riko, ia tengah memakai pakaian kemeja dibalut jas berwarna putih dan celana seirama. Pakaian yang bersanding dengan pakaian pengantinku saat ini.

Luka [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang