11. 🍁Di hukum bersama🍁

324 145 167
                                    

Happy Reading

𖥨ํ∘̥⃟⸽⃟🍁

Malam yang cerah tidak menggambarkan suasana hati Chesilya yang sedang merenung di balkon kamarnya. Gadis itu masih saja memikirkan pria yang membuat hatinya bingung. Tanpa ia sadari, ada seorang pria yang tengah memperhatikan dirinya. Pria itu mengusap wajahnya gusar. Ia semakin penasaran apa yang sedang di pikirkan oleh sahabatnya itu.

Chesilya menoleh ke belakang, ia tersentak kaget saat melihat Devan yang kini berada di hadapannya. "Astaghfirullah!"

Devan menyengir kuda. "Kaget, ya?"

Chesilya mencubit pinggang pria itu. "Sakit banget njirrr." Devan mengusap-usap pinggangnya yang terasa sakit. "Rasain!"

Devan mengikuti langkah Chesilya lalu tak lama gadis itu duduk di tepi kasurnya. Devan pun ikut duduk lalu ia menatap Chesilya serius. "Sil gue perhatiin daritadi lo ngelamun aja, kenapa sih??" tanya Devan penasaran.

"Dih sok tau, lo. Gak, kok. Nggak apa-apa," jawab Chesilya sambil tersenyum memaksa. Devan menganggukkan kepalanya. "Yaudah sana gih tidur, udah malem!" ucap Devan walaupun ia masih di hantui rasa penasarannya.

"Hm, lo nggak pulang?" tanya Chesilya yang terdengar menyuruhnya untuk cepat-cepat pulang. "Lo ngusir gue, Sil?"

Chesilya membulatkan matanya. "Eh, nggak gitu maksud gue!"

Devan tersenyum manis. "Iya, Sil, gue cuma bercanda, kok!"

"Yaudah gue pulang dulu, ya. Tidur yang nyenyak."

Devan mengedipkan matanya sebelah. "Good night, my dear!" Setelah berkata itu, ia langsung melangkahkan kakinya keluar dari rumah Chesilya.

****

"AHHHHH GUE TELAT BANGUNN!!" teriak Chesilya saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.55 pagi.

"ADUH 5 MENIT LAGI UDAH MASUK! GIMANA, DONG?!"

"APA GUE BOLOS AJA?!" Chesilya menggelengkan kepalanya cepat. "NGGAK-NGGAK! GUE NGGAK BOLEH BOLOS!"

"AH MENDING GUE GANTI BAJU AJA DAH NGGAK USAH MANDI." Chesilya pun langsung membuka lemari bajunya dan mengeluarkan seragam sekolahnya yang akan ia kenakan.

Setelah itu, ia mengganti pakaiannya dan mengeluarkan minyak wangi lalu ia semprotkan ke seluruh tubuh dan baju seragamnya. Kemudian, ia langsung mengoleskan bedak tipis ke wajahnya supaya tidak terlihat kusam dan bibir mungilnya yang ia oleskan lipbalm supaya tidak kering.

Tepat pukul 07.00 pagi ia sudah siap dan rapi. Ia langsung saja mengambil tas dan ponselnya, lalu tak lupa ia mengunci pintu kamarnya. Chesilya mencoba menghubungi Devan untuk meminta jemput. Tapi, saat ada pesan dari sahabatnya itu, ia jadi merasa kesal. Bagaimana tidak? Bahwa sahabatnya itu tidak sekolah karena izin. Jadi mau tak mau ia harus pergi menggunakan taksi.

Chesilya menghabiskan waktu dari rumah ke sekolah selama 15 menit. Sungguh sial, karena pintu gerbang sekolah sudah di tutup dan ada penjaga sekolah bersama Pak Jaya yang sedang mengintai murid yang kesiangan.

"Mampus gue! Sial! Sial! Sial!! Kenapa sih gue harus pake acara kesiangan segalaa!" kesal Chesilya, ia menghentak-hentakkan kakinya ke tanah.

"Gue harus kemana, nih?? Ah lewat belakang aja, dehh." Chesilya langsung pergi ke belakang sekolah. Namun, sayang seribu sayang, di sana sudah ada Bu Cahya yang sedang menghadap bersebrangan dengan dirinya. "Gimana dong? Masa gue bolos?" panik Chesilya.

Lalu, tak sengaja ia menginjak ranting pohon yang patah waktu ia melangkahkan kakinya mau pergi dari tempat ini sampai Bu Cahya memergokinya yang ingin kabur. "KAMU IKUT SAYA!"

Chesilya menelan ludahnya, tubuhnya seketika panas dingin. Lalu, ia merasakan ada yang menarik tangannya dan mengajaknya untuk kabur. "Cepet lari!"

"HEI KAMU ALFA, JANGAN KABUR!"

Langkah Chesilya dan Alfa terhenti saat di depan sana sudah ada Pak Jaya yang sedang menatapnya nyalang. "Mau kemana kalian?!"

Situasi semakin panik. Mereka sudah tidak tahu mau kabur lewat mana lagi. Di belakang sudah ada Bu Cahya dan di depan mereka sudah ada Pak Jaya. Mereka saling tatap. Chesilya melihat ke arah kanan yang tidak ada siapa-siapa begitu pula dengan Alfa yang sedang menatap ke arah kiri. Tanpa banyak pikir, mereka langsung melangkahkan kakinya ke arah yang salah.

Brukk!

Chesilya menelan ludahnya susah payah. Ia melihat wajah Alfa yang sangat dekat dengannya. Posisi Chesilya yang sangat tidak menguntungkan. Mereka merutuki kebodohannya masing-masing. Chesilya yang berada di kiri berlari ke arah kanan dan Alfa yang berada di kanan berlari ke arah kiri. Alhasil, mereka bertabrakan dan saling jatuh dengan posisi Chesilya berada di bawahnya.

Alfa meringis kesakitan saat telinganya tiba-tiba di tarik oleh Bu Cahya. Alfa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat matanya bertemu dengan Chesilya yang sedang merapikan rok dan seragamnya. "Aduh buu!"

"KALIAN INI SANGAT TIDAK DISIPLIN!" ujar Bu Cahya wajahnya merah padam. "IKUT SAYA!"

****

"Capek banget, sihh. Badan gue pegel-pegel nihh jadinya," keluh Chesilya, ia merentangkan tangannya ke atas lalu ke samping.

Bagaimana tidak? Ia baru saja hormat di lapang bendera selama 30 menit dan sekarang ia harus membersihkan gudang belakang bersama pria itu.

"Lo sekali lagi ngomong, gue tinggalin lo," kesal Alfa yang sudah beberapa kali mendengar keluhan yang Chesilya keluarkan. "Ish. Udah sana gih lo pergi jauh-jauh dari gue. Gue aduin ke Bu Cahya tau rasa, lo!" Chesilya mendelik kesal ke arah Alfa.

"Ck, tukang ngadu dasar!"

"Ih gue ini yang ngadu bukan lo," sinis Chesilya. Sementara Alfa hanya memutar bola matanya malas. "Up to you!" Alfa pun langsung pergi dari hadapan Chesilya membuat gadis itu melongo tak percaya.

"WOY, FA?! INI DIKIT LAGI BELUM BERES WOI!" teriak Chesilya, ia menghentak-hentakan kakinya ke tanah. "DASAR COWOK RESE!" Sungguh ia sangat kesal sekali. Apalagi ke Bu Cahya, gara-gara guru bk itu ia harus di hukum bersama Alfa—pria yang sangat menyebalkan.

"ISH SIALAN!"

𖥨ํ∘̥⃟⸽⃟🍁

Stay in Here [TERBIT]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant