27. 🍁Janji Alfa🍁

253 118 162
                                    

Hanya laki-laki pengecut yang tidak bisa memegang omongannya!

Happy Reading

𖥨ํ∘̥⃟⸽⃟🍁

Chesilya sedaritadi mondar-mandir tidak jelas di dalam kelasnya. Kebetulan kelasnya itu sedang jamkos alias jam kosong. Gadis itu nampak sedang berpikir keras. "Gue masih ragu sama ucapan Alfa kemarin nembak gue! Dia itu beneran apa cuma main-main aja, ya?" gumam Chesilya.

"Gue takut kalo gue beneran udah sayang sama dia, eh dia malah pergi ninggalin gue gitu aja."

"Apa iya gue harus tanya langsung ke Alfa?"

Chesilya masih menimang-nimang pikirannya. Apa Alfa akan menjawabnya dengan jujur? Pikirnya. Ia sedikit ragu akan perasaannya pada Alfa, tapi kalau rasa itu semakin kuat bagaimana? Ia tak mau menanggung resiko yang begitu besar jika Alfa hanya memainkannya saja.

"Gue ajak Alfa jalan aja kali ya sekarang habis pulang sekolah?"

Tiba-tiba Chesilya jadi teringat pada rumah pohon yang ada di rumah Alfa. Chesilya jadi senyum-senyum sendiri saat teringat pertama kalinya ia bermain ke rumah pohon itu. Bahkan sampai tertidur di sana.

"Eh, Sil? Istighfar, Sill!" celetuk Rara melihat Chesilya senyum-senyum sendiri.

"Maksud lo?" Chesilya tak mengerti.

"Bilang astaghfirullahaladzim!" suruh Rara dan Chesilya pun menurut. "Astaghfirullahaladzim."

Rara tersenyum puas. "Semoga tidak jadi gilanya ya, Sil!"

Chesilya melebarkan kedua matanya. "Lu ngatain gue gila?!"

"Salah sendiri lu senyum-senyum sendiri gitu."

Chesilya berdecak sebal. "Tau ah! Sana gih baca buku lagi."

Rara menggelengkan kepalanya. "Udah tamat. Gue laper ayok ke kantin!"

"Mager. Sana gih ke Vega aja."

"Vega lagi sibuk baca buku, Chesil."

"Yaudah ganggu aja gih!" Rara menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dasar temen nggak ada akhlak!" Chesilya menjulurkan lidahnya membuat Rara berdecak kesal.

"Yaudah gue sama Karin aja." Chesilya menatap Rara datar. "Yaudah gih sana!"

"Awas lo kalau tiba-tiba mau nitip." Chesilya memutar bola matanya malas. "Nggak akan Rara!"

****

Alfa menggenggam tangan Chesilya saat gadis itu sudah keluar dari kelasnya. "Fa gue mau main ke rumah pohon dulu, ya."

Kening Alfa berkerut. "Tumben?" Chesilya mengedikkan bahunya. "Eum ... gapapa sih pengen aja."

"Oh. Btw tadi Karin ada nggak?"

"Ekhm, ada," jawab Chesilya cepat. Dalam hati, gadis itu mengumpat pelan.

"Kenapa?!"

"Nggak papa sih. Gue cuma nggak liat aja."

Chesilya membulatkan bibirnya seperti huruf O. "Kangen lo?"

Alfa mengangguk singkat membuat hati Chesilya semakin panas.

"Eh ... eh tungguin, Sil!" teriak Alfa ketika Chesilya berlari kecil meninggalkan dirinya yang begitu saja. "Kenapa dah?"

****

"Lo duduk di sini gue mau ganti baju dulu!" ucap Alfa membuat Chesilya mengangguk singkat.

"Nyokap lo mana?"

"Nyokap gue masih kerja."

"Yaudah gue duluan aja ke rumah pohonnya." Alfa menggaruk-garuk kepalanya pelan seraya menatap punggung Chesilya yang akan menghilang. "Aneh."

Alfa menghela napasnya lalu melangkahkan kakinya ke kamar. Hanya 10 menit, pria itu langsung duduk di samping Chesilya yang sedang memainkan ponselnya. "Lu kenapa, sih?"

Chesilya mengernyitkan dahinya. "Lu ngomong ke gue?"

Raut wajah Alfa berubah. "Bukan ke tembok!"

"Oh." Alfa geram, ia menarik lengan Chesilya sehingga gadis itu kini berhadapan dengannya. "Kenapa?!"

Chesilya menelan ludahnya susah payah ketika mendengar suara dingin milik Alfa. Tatapan pria itu berubah menjadi tajam. "Nggak papa, Alfa!"

Alfa menyipitkan matanya. "Gue tau lu bohong Chesil."

"Lo cemburu?" lanjutnya membuat mata Chesilya melebar. "Nggak!"

"Terus lo kenapa?!"

Chesilya tertawa hambar. "Gue kenapa?" ujarnya seraya menunjuk ke arah dirinya sendiri. "Gue kenapa?!"

Alfa mengangguk cepat. Gadis di hadapannya ini membuat emosi ia menaik seketika. "Iya kenapa?!"

"GUE JUGA NGGAK TAU ALFA! GUE NGGAK TAU KENAPA?!"

"LU TAU?! GUE KESEL SAMA LO WAKTU TADI NANYA TENTANG KARIN DAN DENGAN BODOHNYA LO NGANGGUK WAKTU GUE TANYA LU KANGEN KARIN ATAU NGGAK!"

Alfa menahan tawanya untuk tidak keluar. Gadis di hadapannya ini benar-benar bodoh! "Katanya nggak cemburu?!"

"Mau bilang cemburu gimana kalau perasaan gue ke lu aja masih ragu, Fa."

"Gue juga masih ragu akan perasaan lu buat gue." Alfa menatap Chesilya cepat. "Lo nggak percaya ke gue, Sil?"

Chesilya menggelengkan kepalanya cepat. "Bukan gitu. Gue cuma masih belum yakin aja."

Alfa menghembuskan napasnya pelan. "Gue bener-bener sayang sama lo, Sil. Gu—"

"Terus cewek yang lo maksud itu siapa?" potong Chesilya cepat. Pikirannya sudah melayang ke arah perkataan Alfa pada waktu itu.

Alfa mengerutkan dahinya. "Cewek yang mana?"

Chesilya memutar bola matanya malas. "Cewek yang pernah lo ceritain ke gue, Fa! Lo pernah cerita tentang cewek yang lo suka! Siapa ce—"

"Lo! Cewek yang gue suka itu lo, Sil!!"

"Masa?" tanya Chesilya. Gadis itu masih belum percaya.

"Iya! Lo sadar gak sih sama cerita gue tentang cewek itu? Itu semuanya tentang lo!!" ujar Alfa, ia sedikit kesal.

"Terus Karin? Karin siapa lo?"

"Gue kan tadi bilang kalo Karin itu sahabat gue!"

"Nggak lebih, Sil!" lanjut Alfa.

Chesilya menghela napasnya sejenak. Otaknya sedikit panas gara-gara perasaan yang sangat aneh menyerang dirinya. Pikiran ia melayang kemana-mana.

"Gue takut waktu gue bener-bener sayang sama lo, eh lo malah ninggalin gue gitu aja, Fa," ujar Chesilya.

Alfa tersenyum. "Gue gak akan pernah mainin perasaan lo, Sil! Gue bener-bener sayang sama lo! Bahkan gue berpikir buat ninggalin lu aja kagak pernah.

"Lu masih belum percaya ke gue?"

"Buk—"

"Gue tau perasaan lu masih ragu. Tapi gue mohon sama lu buat percaya ke gue, Sil. Kalau masalah Karin, dia itu Cuma sahabat gue, nggak lebih! Bahkan dia yang pertama kali tau kalau gue suka sama lo."

Alfa menggenggam tangan Chesilya erat. Gadis itu menundukkan kepalanya. "Sekali lagi gue ngomong sama lo, kalau gue bener-bener sayang sama lo, Sil. Lu jangan berpikiran kalau gue cuma mainin perasaan lo. Karena faktanya, gue nggak punya niat itu sama sekali!"

Chesilya menganggukkan kepalanya pelan. "Tatap gue, Sil!"

Chesilya menggeleng pelan, enggan untuk menatap kedua mata Alfa. Pria itu tersenyum tipis, lalu menarik Chesilya ke dalam dekapannya. "Percaya ke gue, Sil! Lu bisa pegang omongan gue!"

𖥨ํ∘̥⃟⸽⃟🍁

Stay in Here [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang