Chapter 23: Flashback

19.1K 1.8K 14
                                    

"Jadi, dulu, tuh, Arka sama Fiko sahabatan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jadi, dulu, tuh, Arka sama Fiko sahabatan. Bisa dibilang best friend banget, lah. Bahkan banyak yang bilang, Arka sama Fiko, tuh, kembar."

"Kok bisa?" ucap Lala dan disusul Naura, "Maksudnya?"

Saat ini mereka tengah duduk di bangku panjang yang ada di taman. Disa duduk diapit oleh Naura dan Lala. Perempuan itu diminta untuk menceritakan kisah Arka dan Fiko dulu. Awalnya, Disa tidak mau. Namun, dipaksa oleh Lala. Gadis dengan rambut berkepang itu sangat penasaran setelah mendengar cerita singkat dari Galuh.

"Mereka dibilang kembar karena ada banyak kesamaan di diri Arka sama Fiko. Good looking, pintar, tinggi, hobi, kebiasaan, bahkan kepribadian dan keburukan mereka juga sama. Egois, suka ngatur-ngatur, cemburuan, dan yang paling nyebelin itu mereka kekanak-kanakan."

"Bisa gitu, ya? Berarti Arka sama Fiko klop banget, dong. Terus kenapa mereka jadi musuhan?" tanya Lala dengan alis tertaut.

"Nah, itu dia. 'kembar' yang aku jelasin tadi itu menjadi boomerang buat Arka dan Fiko sendiri. Dari awal, aku juga sedikit enggak percaya Arka ketemu sama orang yang hampir semuanya sama kaya dia. Nih, ya, mereka sama-sama hobi main futsal, pintar di pelajaran matematika, sering masuk peringkat 5 besar, apa lagi, ya? Pokoknya banyak, deh. Nah, karena mereka selalu menempati tempat dan porsi yang sama, lama-kelamaan mereka jadi saingan. Awalnya biasa aja, mereka bersaing tapi masih tetap temenan. Tapi, aku merasa Arka dan Fiko jadi musuhan itu karena Om Pras dan Pak Wahid."

Naura dan Lala membulatkan mata terkejut.

"Pak Wahid?" tanya Naura.

Disa menoleh. Ia pun mengangguk.

"Kalian pernah dengar tentang toxic parents?"

"Apa, tuh?" tanya Lala tidak tau.

"Orang tua yang ingin memberikan hal yang terbaik untuk anaknya tapi malah mendidik dengan sikap yang toxic. Gimana, ya, jelasinnya? Sebentar." Disa membuka ponselnya dan mengetikkan sesuatu di layar kolom pencarian.

"Nah, ini. Orang tua yang toxic parents itu punya rasa empati yang kurang, sering membandingkan, dan bahkan sering menyalahkan orang lain. Di pikiran mereka, segala hal harus tentang mereka dan kebutuhan mereka, tanpa memikirkan orang lain. Orang tua yang toxic juga sering menolak untuk mengakui pencapaian yang diraih anak. Mereka malah seringkali merendahkan dan tidak jarang membanding-bandingkan anaknya dengan orang lain. Fyi, di pandanganku Om Pras salah satu dari toxic parents itu. Aku pikir, Pak Wahid juga orang yang kaya gitu," ucap Disa membaca artikel yang ia buka.

Mendengar penjelasan Disa itu, pikiran Naura lantas berkelana pada cerita Galuh dulu. Tentang hubungan Arka dan papanya yang tidak dekat karena Pak Prasaja selalu menuntut Arka untuk menjadi yang terbaik. Tidak lupa curahan hati Arka yang merasa dikekang oleh papanya karena hal yang sama.

"Mungkin kamu udah tau, Ra, hubungan Arka sama Om Pras kaya gimana. Jujur aja, aku suka kasihan sama Arka yang selalu dituntut untuk melakukan apapun yang diinginkan sama papanya. Om Pras itu tipe orang yang perfeksionis dan parahnya lagi beliau jadi orang yang toxic parents. Gimana Arka mau enggak menderita coba?"

Mantan Rasa Pacar [END]Where stories live. Discover now