CHAPTER 6 (hukuman yang menyakitkan)

5.1K 301 27
                                    

"Woy bangun," ucap Alan kasar

Alan membangunkan Veisya dengan cara menendang tubuh rapuh Veisya dengan kakinya. Seolah-olah Veisya adalah sebuah kuman yang harus dibasmi.

"Eungh," erang Veisya

Veisya mengerjap-ngerjapkan matanya berkali-kali. Dia menyesuaikan sinar matahari dengan penglihatannya. Veisya langsung berdiri tegap setelah melihat Alan yang menatapnya garang.

"Para hidung belang kasih berapa? Aku baru sadar ternyata kamu adalah pelacur," ucap Alan tanpa memikirkan perasaan Veisya

DEG

Rasanya sangat sakit saat Kakaknya sendiri mengatakan bahwa dia adalah pelacur. Veisya hanya bisa meratapi nasibnya yang selalu disalahkan.

"Aku bukan pelacur kemarin aku pulang terlambat karena aku kerja lembur," ucap Veisya sendu

"Pantes lembur, kan kamu layaninya banyak jadi dapet uang juga banyak," balas Alan

"Kak itu_"

Plak

"Simpan airmata buayamu bodoh! Itu tidak mempan bagiku," ucap Alan lalu pergi dari rumah

Veisya meraba pipinya sebelah kiri yang terasa perih. Tapi yang lebih perih itu adalah hatinya.

"Kapan aku disayang sebagai adikmu?" Gumam Veisya

Tanpa Veisya sadari ternyata ada seseorang yang melihat kejadian itu. Orang itu mengepalkan tangannya lalu dia pergi.

⚰⚰⚰

"Kenapa Papa memperkerjakan seorang gadis mungil?" Ucap Juan sedikit tidak suka

"Namanya Veisya bukan gadis mungil," balas Rudi

"Juan tidak suka dia Pa, Juan ingin dia dipecat sekarang," ucap Juan dingin

"Belajar sana dan berhentilah membuat ulah," ucap Rudi dingin

Rudi berdiri dari duduknya, dia menatap Juan dengan lembut.

"Perlakukanlah Veisya dengan baik. Dia seorang gadis yang tidak mendapatkan kasih sayang," lanjut Rudi

Rudi pergi dari rumah menuju ke cafenya.

"Cih, merepotkan," decih Juan

Juan lebih memilih di rumah daripada dia belajar di sekolah. Tidak ada yang berani mengeluarkan Juan dari sekolah karena Neneknya pemilik sekolah itu.

Di tempat lain...

"Aduhhh, terlambat nih," ucap Veisya cemas

Veisya berlari sekencang-kencangnya, sesekali dia menabrak orang karena tidak memperhatikan jalan. Sebenarnya Veisya sudah menunggu angkot tapi angkot tidak datang-datang juga maka dari itu dia memutuskan untuk berlari saja karena dia tau kalau dirinya sudah terlambat.

Veisya mengatur napasnya setelah sampai di depan rumah yang besar nan mewah. Veisya berjalan perlahan dan mengetuk pintu. Pintu itu terbuka lalu terlihatlah seorang laki-laki yang menatapnya dingin sambil bersedekap tangan di dada.

"Terlambat"

"Maaf," lirih Veisya

"Sekarang, lo kerjain pr fisika gue," perintah Juan

"Eh?" Kaget Veisya

"Kamar gue di atas, pintu warna hitam," ucap Juan

Karena perintah dari majikan, Veisya pun mengerjakan pr milik Juan. Untung saja dia sudah belajar dari Bunga makanya dia dapat mengisi soal itu dengan mudah.

Broken Girl (COMPLETED)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें