Pria Itu Lagi

16 2 0
                                    

Sore itu, beberapa orang dari tim motor trail Bandung mulai berdatangan. Misi mereka tuntas. Bantuan pun sudah disampaikan pada korban terdampak gempa. Terlihat pakaian dan motor trail yang asalnya bersih, kini kompak berubah menjadi coklat tertutup tanah perbukitan yang longsor ke jalan. 

Entah seperti apa medan yang harus mereka lewati. Tapi satu hal yang aku salut, mereka bilang "ini panggilan jiwa".

Kegemaran mereka bermain motor trail, saat itu bukan sekedar berkendara seperti biasa, tapi dalam rangka membatu saudara sebangsa yang terkena bencana. Itu luar biasa.

Tapi aku memandang berbeda. Aku rasa itu bukan saja panggilan jiwa, tapi panggilan Tuhan.

Tuhan lah yang menggerakan banyak orang berdatangan membawa banyak bantuan pula untuk para korban. Ada bantuan berupa makanan, pakaian hingga uang tunai. Setiap harinya bantuan yang berdatangan tak pernah berhenti. Tuhanlah yang menjamin rezeki mereka semua, para korban terdampak bencana, tanah bergerak, longsor dan banjir bandang Kabupaten Bogor.

Aku pun bergegas ke toilet yang terdapat di masjid sekitar untuk bersalin pakaian. Pakaian yang ku kenakan saat liputan sudah banyak terlumuri keringat dan lumpur yang menutupi jalananan.

Saat tiba di toilet wanita yang posisinya berdampingan dengan toilet pria, aku melihat topi hitam yang tak asing buat ku, terpajang di sela-sela tembok pembatas antara toilet pria dan wanita.

"Kaya topinya Thariq," gumam ku dalam hati. Aku pun memutar pandangan ke dalam masjid. Ternyata dia sedang sholat.

Aku pun melanjutkan niat ku untuk berganti pakian. Sampai aku selesai dan keluar dari toilet wanita, topi hitam itu masih bertengger di tempat tadi. Aku pun pergi meninggalkan masjid.

Bersambung...

Warna Warni Liputan Seorang JurnalisDonde viven las historias. Descúbrelo ahora