Bab 36 (Rahasia)

128 14 2
                                    

"Bahkan ejekan kecil saja bisa membuat mental seseorang down, karena tidak semua orang dengan kekuatan mental yang sama."

***

Tidak banyak berpikir. Karel dan Yudha sudah sampai di rumah sakit sejak beberapa menit yang lalu. Dan sekarang, mereka berdua masih menunggu dokter keluar dari UGD, Nada tengah diperiksa sekarang.

"Rumah pohon?" tanya Sumandra yang sudah ada di sana. Ia tidak menyangka jika putrinya yang sempat hilang itu ternyata selama ini berada di rumah pohon. Merasa dirinya sangat bodoh karena tidak memeriksa tempat itu.

Karel dan Yudha mengangguk. Lalu ketiga orang itu teralih pada pintu ruangan yang terbuka. Seorang dokter keluar dari sana dengan bibir yang sedikit terangkat.

"Keluarga Nona Nada?"

Sumandra langsung mendekat. "Saya Ayahnya. Bagaimana, Dok?"

Dokter itu kembali tersenyum. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Pasien hanya mengalami kelelahan. Namun, sepertinya pasien butuh banyak istirahat."

Setelah dokter meninggalkan tempat, Sumandra dan dua remaja itu langsung masuk menemui Nada. Sengaja tidak ada Reno, Arasya, Refina, dan Fanisa. Karel sudah mengabari jika Nada sudah ditemukan dan sudah dibawa ke rumah sakit. Namun, saat mereka ingin menemui Nada, Karel menolak. Karel berpikir, tidak untuk saat ini mereka bertemu Nada. Mungkin besok saat keadaan Nada sudah mulai membaik.

Tak lama, Nada dipindahkan ke ruang rawat inap.

"Nada, maafkan Ayah. Ayah harusnya nemenin kamu di rumah, Sayang." Sumandra terus mengusap puncak kepala Nada yang belum juga sadarkan diri. Sementara Karel dan Yudha yang masih di sana hanya berdiri di samping Sumandra tanpa berbicara apapun.

Di sana Yudha merasakan sesuatu yang benar-benar sesak. Nada adalah sahabatnya. Beberapa waktu yang lalu ia dan Nada sempat berbaikan, dan karena fakta baru di mana Sinta berkata bahwa Nada menyukai dirinya dan Nada berusaha menyingkirkan Kania, hal itu membuat Yudha marah besar padanya. Sebenarnya Yudha tidak tahu pasti apakah Nada benar-benar berusaha menyingkirkan Kania, namun hal itulah yang dibenarkan otaknya pada saat kejadian beberapa hari yang lalu di atap sekolah.

Hari semakin larut, dan Nada belum bangun juga. Sumandra menyarankan agar Yudha dan Karel segera pulang ke rumah masing-masing, biar besok saja ke rumah sakit lagi jika ingin mengetahui perkembangan Nada, mumpung besok hari minggu, sekolah pasti libur.

Kedua cowok muda itu tentu saja menuruti apa kata Sumandra. Terlebih orang tua masing-masing pasti sedang mengkhawatirkan mereka jika hingga besok mereka tidak pulang ke rumah.

***

Kurang lebih pukul sembilan pagi, Arasya, Refina, Fanisa, Karel, Reno serta Sinta dan Yudha sudah mengunjungi rumah sakit. Mereka sudah tidak sabar ingin mengetahui kondisi Nada. Sayangnya, beberapa remaja itu terlihat kecewa ketika sampai di ruang inap Nada. Nada belum juga sadarkan diri.

Karena kondisi Nada yang sebenarnya tidak apa-apa, gadis itu hanya tertidur lelap kata dokter, jadi teman-temannya yang datang itu diperbolehkan untuk masuk bersamaan ke ruang inap Nada.

Mereka duduk lesehan di samping ranjang Nada, dengan wajah lesu dan sangat khawatir tentunya.

"Kalian sudah sarapan?" Sumandra menyapa teman-teman Nada dengan senyumnya yang terlihat sendu. Sungguh lelaki yang kuat, dia masih sanggup tersenyum setelah apa yang ia alami. Kehilangan perempuan tercintanya, dan kedua anaknya yang tak kunjung sadarkan diri.

Yang lain mengangguk dan berkata sudah sarapan. Dengan balasan senyum yang sopan tentunya.

"Om, sudah sarapan?" tanya Yudha yang terlihat khawatir melihat tatapan Sumandra yang amat sendu.

Endless Origami [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang