PENCARIAN

104 9 0
                                    

"Halo, Ayu? Sudah ada kabar?"

"Belum, Mbak."

"Oh, kalau begitu, boleh tahu Mas Arya uda cari ke mana aja?" tanya Selena yang menelepon Rahayu dalam perjalanan pulang ke apartemennya.

"Kata Mas Arya, dia sudah cari ke tempat mereka suka jalan, Mbak. Di Mess tenpat tinggal Mar Ray juga ga ada, Mas Arya juga sempat hubungin satpam di Mess, nanti kalau Mas Ray pulang, satpamnya akan segera kabarin. Tapi sampai saat ini juga belum ada kabar. Anak-anak juga sempet nyariin ke tempat-tempat umum tapi ga ketemu juga."

"Ok, Yu, terima kasih."

"Mbak Selena kenapa sih?" balas Ayu dengan perasaan kecewa.

"Kenapa gimana?"

"Ya gitu deh, Mbak Selena sudah mainin perasaan banyak orang."

"Yu, saya ngaku saya salah. Tapi untuk masalah siang ini, saya juga punya alasan sendiri. Yu, untuk malam ini aja, jangan ngomongin ini lagi, please,"

Mendengar suara Selena yang terdengar lelah dan sedih, Rahayu terdiam sebentar. Rahayu sangat kecewa dengan kelakuan Selena tadi siang, tetapi Rahayu lupa, kalau kejadian tersebut juga menyakitkan bagi Selena.

"Mbak Selena ga apa-apa?" tanya Rahayu dengan nada suara yang sedikit merendah.

Selena tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Dengan seluruh kejadian hari ini, Selena sadar, dia tidak sekuat penampilannya. Walaupun demikian Selena tidak bisa mempelihatkannya kepada orang lain.

"Yu, terima kasih. Saya tau, hari ini kamu sudah sangat lelah. Tapi tolong kabarin saya kalau ada berita tentang Raymond."

"Mbak Selena juga istirahat ya. Mbak Selena juga pasti sudah sangat lelah."

"Mmm, saya tidak bisa istirahat sekarang, sampai saya menemukan Raymond."

"Mbak Selena mau nyari Mas Ray tengah malam gini?"

"Aku ambil mobil dulu, lagi OTW ke apartemen," jawab Selena.

"Mbak Selena ini udah malam, bahaya, Mbak."

"Kamu ga usah khawatir, aku bisa jaga diri. Minta tolong aja, kalau ada kabar, tolong segera kabarin. Aku tunggu, sampai jam berrapapun juga."

"Baiklah, Mbak, kalau begitu, hati-hati."

"Sekali lagi, terima kasih, Yu," kata Selena mengakhiri percakapannya dengan Rahayu di telepon.

Selena segera menutup teleponnya. "Ray, Ray, kenapa kamu harus ada di situasi yang salah. Seandainya kamu tidak ada di ruangan itu, aku bisa luruskan masalah ini dan tidak akan menjadi masalah besar seperti ini. Tapi kenapa kamu harus ada di ruangan itu."

Tak lama kemudian Selena segera turun dari taksi, dan beranjak naik ke apartemennya. Ia bergegas mandi, dan bersia-siap untuk pergi lagi. Seandainya orang-orang tahu bahwa sesungguhnya Selenalah yang paling mengkhawatirkan Raymond, tetapi untuk Selena, hal itu tidak masalah. Selena tidak peduli pendapat orang terhadap dirinya. Saat ini fokusnya hanya menemukan kekasihnya.

Apa sebaiknya aku membiarkan Raymond untuk menenangkan dirinya dahulu? Setelah semuanya tenang, Selena baru akan mencoba bicara pelan-pelan. Akan tetapi, siang tadi, Selena melihat motor Raymond melaju meninggalkan gedung In One TV dari jendela kantor. Kecepatan laju kendaraannya sungguh membuat hati Selena khawatir. Tidak, malam ini, Selena harus memastikan kalau Raymond baik-baik saja, maka dia bisa tenang.

Selena segera mengambil kunci mobilnya dan mulai berkeliling Kota Jakarta. Di dalam hatinya ia merasa seperti orang bodoh yang mencari jarum dalam setumpukkan jerami. Tapi, itu lebih baik daripada hanya berpangku tangan dan tidak melakukan apa-apa.

Selena mengendarai mobilnya ke tempat yang pernah mereka lalui berdua. Nasi goreng mas Joni yang tampak masih ramai dengan pengunjung. Dilihatnya satu persatu setiap orang yang berada di dalam tenda itu, hingga akhirnya Selena yakin, Raymond tidak ada di sana. Mobilnya kembali menembus kegelapan Jakarta, tempat berikutnya yang ada di pikiran Selena hanyalah café tempat dahulu Raymond melamarnya. Tempat yang cukup jauh dari apartemennya.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, ketika Selena sampai di café itu. Beruntung sekali café itu buka 24 jam. Walaupun Selena tidak menemukan Raymond, setidaknya Selena bisa memesan sesuatu yang hangat untuk perutnya yang berbunyi begitu kencang.

"Susu coklat panas," pesan Selena sambil membayar minumannya.

Selena segera duduk dan perlahan-lahan menyeruput minuman hangatnya. Dilihatnya gedung supermarket tua yang sudah dihancurkan dan kini sedang mulai didirikan bangunan lain. Jika saja Raymond mengajaknya kemari saat ini, Selena pasti sudah tidak mengenali tempat itu.

Satu per satu memori Selena kembali dalam ingatannya, betapa jauh kakinya sudah melangkah bersama Raymond. Dari peristiwa yang terjadi di tempat ini, sampai sekarang, sampai Selena yakin ia tidak akan pernah melepaskan Raymond, tapi kini sepertinya Raymondlah yang sudah melepaskannya pergi.

Setelah minumannya habis, Selena segera kembali ke mobil. Tak lama kemudian, telepon genggamnya bedering kembali.

"Yu?" jawab Selena.

"Mbak Selena, barusan aja Mas Arya ngabarin. Mas Ray uda ketemu, Mbak Selena tidak perlu khawatir," kata Rahayu.

"O ya? Di mana?"

"Sebentar ya Mbak, Ayu tanyakan lokasi pastinya sama Mas Arya. Kalau sudah, nanti Ayu share locationnya."

"Thank You God. Ayu aku tunggu ya, locationnya," jawab Selena lega.

Selena segera melajukan mobilnya, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan Raymond padanya. Hanya saja Selena merasa hatinya sudah sedikit lega, setidaknya pencariannya malam ini membuahkan hasil.

BALIK KE KOTAWhere stories live. Discover now