25-Hilang!

46 16 10
                                    

Hari ini adalah hari pengumuman pemeringkatan UTS semester ganjil. Semua murid sekolah seperti biasanya. Murid-murid pintar pasti akan berdegup ria seperti Vanuel sekarang ini. Walaupun pengumuman hasil UTS diumumkan pada istirahat pertama, tapi Vanuel sudah mulai berdebar.

Setelah melakukan rutinitas paginya, Vanuel pun bergegas ke kelasnya dengan Zidan yang mengekorinya dari belakang.

"Lo yang anterin gue ke BK kan Van?" tanya Zidan yang sekarang mensejajarkan posisinya dengan Vanuel.

"Bukan. Sekarang, lo yang kesana sendiri. Gue capek bolak balik ruang BK terus. Jadinya kaya gue yang keliatan punya masalah." Vanuel pun menambah kecepatan kakinya.

"Kalo gitu, gue juga nggak mau pergi ke ruang BK. Bodo amat kalo misalnya gue sampe di cari ke kelas atau nggak." kata Zidan dan mempercepat langkahnya melebihi Vanuel.

Vanuel pun mendengus kasar. "Yaudah! Gua anter lo."

***

Vanuel dan Zidan kembali berjalan ke kelas mereka dengan Zidan yang membawa surat pemanggilan orang tua di tangannya.

Mereka memasuki kelas tanpa sepatah katapun. Anak-anak kelas mereka juga sudah mengetahui kebiasaan mereka yang datang terlambat. Karena semuanya pasti ulah Zidan.

Srek

Zidan melemparkan surat itu ke atas meja. Bec pun hanya meliriknya sekilas.

"Sabar Fred," kata Bec singkat. Ia sibuk memainkan Hp-nya saat ini.

"Cuma terlambat doang gue harus dapet surat pemanggilan orang tua. Padahal orang tua gue taunya kan, gue disiplin." curhat Zidan secara tidak langsung dengan Bec.

"Berani berbuat berani tanggung jawab." kata Bec lagi yang malah kena pukul di bagian lengan oleh Zidan.

"Alah geblek lu. Lagian kan ada alasannya gue terlambat." ujar Zidan sendu.

"Apaan?"

"Biar gue tambah deket sama Vanuel. Kan gue bisa keluar masuk ruang BK bareng dia." kata Zidan semangat dan kalimat sendunya tadi pun telah menguap.

"Jadi lo lagi kasi tau strategi lo ke gue yang notabenenya rival lo?" tanya Bec yang sekarang menatap Zidan.

"Emmm, oh iya ya." kata Zidan yang baru sadar. "Ah bodo amat. Daripada lu, diem aja. Nggak ada strategi, nggak ada action, nggak ada kemajuan. Berasa nggak ada saingan gue. Jadi nggak semangat."

Bec tidak menimpali perkataan Zidan dan terus berkutat dengan Hp-nya.

Disisi lain, Vanuel amat senang. Karena, strateginya berhasil. Hal itu dibuktikan dengan surat yang ia tulis dan ia letakkan dikolong meja, sekarang sudah raip dan  berganti menjadi usus ayam yang sama seperti yang sebulan lalu ia terima. Surat pun tidak lupa menghiasi usus ayam itu. Hanya ada kata "Selamat Menikmati" di surat itu, namun berhasil membuat kupu-kupu diperut Vanuel berterbangan.

"Sepertinya dugaan ku benar. Bahwa kau itu Beta. Dan pengumuman pemeringkatan UTS akan menjadi jalan untuk mencari tau siapa namamu yang sebenarnya." kata Vanuel amat pelan dengan perasaan yang tidak karuan. Bercampur rasa senang dan sedikit gugup. Ingatkan Vanuel untuk fokus pada pelajaran Fisika setelah ini.

***

Kriinngg Kriiinggg

Bel istirahat berdering, semua siswa berhamburan keluar kelas. Tujuan mereka pun berbeda-beda. Ada yang ke kantin dan ada yang langsung mengerumuni mading sekolah. Suasana sangat ramai di depan mading sekarang. Mereka rela berdesakan untuk melihat pengumuman hasil UTS, seperti berebut pembagian sembako. Bahkan lebih parah dari itu.

VAZI Where stories live. Discover now