GAMERS | 11

26.4K 1.4K 6
                                    

Sebelumnya aku mau ngasih tau, kalo sudut pandang cerita ini jadi orang ketiga, itu tandanya cerita udah memasuki konflik, jadi jangan heran ya kalo kadang ceritanya pake sudut pandang orang pertama terus ganti lagi jadi sudut padang orang ketiga^^

Oh iya, Raya juga kadang suka ngomong aku ato gue. Jadi harap maklum juga karena pribadi Raya itu lembut.

Suasana terlihat tegang ketika aku dan Noel duduk di ruang tengah, rumah Raka. Aku, Vani dan Dimas—oke Dimas nggak tahu tempat malah buka buku pelajaran—saling menatap seolah berbicara lewat telepati.

Aku nggak tahu apa yang tengah terjadi antara Raka dan Noel tapi yang pasti mereka lagi perang dingin entah karena apa. But wait, apa mereka saling kenal?

"Eum, jadi, maaf sebelumnya aku telat dateng kesini.." Aku membuka suara membuat mereka semua berpaling kearahku.

Vani mengangguk, "dua jam, Ray!"

Aku nyengir sembari meringis, "maaf, abis aku lupa sih kalo kita ada kerja kelompok. Maaf banget! E tapi aku bawa cemilan buat kita!"

Mata Vani menyipit, "nyogok lo?"

"Jadi ngapain ada orang lain disini?" kami semua menoleh ke arah sumber suara. Terlihat Raka yang jelas-jelas menebarkan pandangan tidak suka kearah Noel. Dan Noel, oh come on dia malah menanggapinya dengan acuh.

"Rak! Lo kok nanyanya gitu sih?" sewot Vani sembari memukul lengan Raka yang tak dibalas bahkan tak terdengar suara ringisan sedikitpun.

"Gue disini cuma mau nungguin Raya doang, kalo lo keberatan, gue bisa nunggu diluar!" Noel beranjak dari duduknya lalu mengambil jaketnya dari sofa.

Aku mendongak, "noel?"

Tangan Noel mengusap rambutku, "nggak papa! Aku tunggu diluar, ya?" setelah itu ia benar-benar pergi keluar rumah. Mungkin Noel duduk di kursi depan sambil bermain hp.

Raka pun mengangkat bahunya lalu meraih stik game dan mulai melanjutkan permainannya tadi. Tanpa diikuti oleh Dimas.

"Woi! Raya udah dateng nih! Malah main lo!" sahut Dimas.

"Sisain aja tugasnya buat gue!" jawab Raka tanpa menoleh.

"Eh kutil, sini lo! Ngapain ngambek-ngambek nggak jelas kayak gitu? Nggak malu ama Raya hah?" tanya Vani kesal.

"Apaan sih lo!"

"Wah! Lo!" aku menghentikan Vani yang akan melempar pena kearah cowok itu.

"Raka, kalo lo masih marah, gue bisa kok suruh Noel pulang. Maaf ya, gue main ajak dia aja! Dia cuma mau nganter gue doang kok!" ujarku. Setelah itu terlihat Raka menghembuskan nafas kasar lalu membalikkan badannya  kearah kami.

"Ayo mulai!"

🎮🎮🎮

"Selesaii!!" Vani meregangkan badannya hingga berbunyi tulang yang beradu.

Aku pun lega karena tugas ini akhirnya selesai. Perutku lapar dan aku juga haus. Pas sekali Vani mewakilkan rasa hausku.

"Eh Rak! Gue ambil minum ya? Seret nih abis makan ciki!" Memang selama mengerjakan tugas kami juga memakan cemilan yang kubeli tadi. Jadi ingat kalo itu semua dibeli pake uang Noel, hehe.

"Bikin sendiri sana!" ujar Raka yang sudah tak seperti tadi. Maksudnya nada bicaranya. Wajahnya masih sama seperti tadi. Entah apa yang membuatny kesal.

Aku pun mengikuti Vani ke dapur. "Coba liat kulkas, Ray!"

Aku pun menurutinya. "Ada minuman jeruk dingin!"

[PS #1] My Boyfriend Is A Gamers (on Going)Where stories live. Discover now