PART 3 : Supir Budhe

1.5K 155 18
                                    

MOHON BIJAK DALAM MEMBACA INGAT BAIKNYA, LUPAKAN BURUKNYA^^***

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

MOHON BIJAK DALAM MEMBACA INGAT BAIKNYA, LUPAKAN BURUKNYA^^
***

Wajahnya terlihat oval, dengan potongan rambut berponi sebatas alis. Rambutnya lurus, namun sengaja dibuat acak-acakan. Terkesan bak pria messy dan cool, namun tak memungkiri bahwa rambutnya membuatnya tetap manis. Hidungnya benar-benar bangir, tetapi juga tidak membuat bibir berlekuk itu menjadi sangat tipis. Matanya berwarna hitam legam, mengedip ke arahku menunjukkan bulu mata lentiknya. Belum lagi, kulitnya yang mulus dan nampak terawat.

Dia benar-benar tampan, sungguh. Seperti patung maha karya sungguhan, rahangnya juga terpahat dengan hasil yang bagus. Ah, tidak! Tulang selangkanya benar-benar terbentuk dengan indah, mataku lalu beralih ke lengannya. Damn!

Sempurna!

Entah siapa dia, secara mendadak tubuhku langsung mematung dengan mata terus bergerak-gerak mengamati manusia yang tengah memakai kaos oblong berwarna hitam polos yang memperlihatkan dengan jelas bentukan lengan yang atletis ini. Namun, ketika mataku bertemu dengan tatapannya, aku melongo. Melihat pantulan diriku yang jernih di kornea matanya.

Selang beberapa detik, kesadaran itu akhirnya kembali. Mencoba menggelengkan kepala, agar tidak terlalu larut dalam lamunan tidak jelas ini. Lalu kembali menatapnya.

Pria itu terlihat lelah, matanya sayup-sayup kemudian tidak lama kembali terpejam, ia nampak sama sekali tidak sadar akan kedatanganku. Ah, lucu macam bayi wajahnya. Dia mungkin baru bangun dari tidur tampannya. Hingga tiba-tiba, tak ada angin tak ada hujan, tubuhnya kehilangan kestabilan, limbung dan dengan segera kutangkap menggunakan kedua tanganku.

Tanganku menahan tubuh itu. Rasanya berat sekali, macam tengah mengangkat lemari piring di rumah. Ternyata dia benar-benar tak sadar bahwa aku tengah berdiri di hadapannya.

Aku mengatupkan bibirku, guna menambah tenaga untuk menahannya. "Eugh ... kamu dengar aku tidak?" tanyaku. Sedikit kesusahan membuka suara. "Ayo bangun! Aku gak kuat nahan beban tubuhmu!" Aku berdecak mulai sebal, ketika merasa tenagaku mulai menipis.

Lalu berteriak, "HEI!" Tetapi pria ini masih diam, tidak menjawabnya. Dia ini pingsan apa pura-pura? Membuatku mau tak mau terus mengeluarkan kata-kata untuk membuatnya terbangun.

Serasa ingin menyerah. Napasku tersenggal-senggal meneriakinya. Karena tenagaku juga sudah hampir habis aku memutuskan untuk mendorongnya saja. Meskipun ada rasa tidak tega, mau bagaimana lagi? Tubuhnya itu hampir setinggi gorilla, sedangkan aku? Sudah tentu tidak setara. Laki-laki itu kemudian terhempas ke dinding dan tak lama terjatuh tepat di bawahku. Terbaring dengan posisi tengkurap.

Aku menutup mulutku dengan tangan kanan, terkejut karena pemandangan ini. Namun, terus bertanya-tanya dalam hati. Mengapa dia tak merasakan kesakitan sama sekali? Harusnya sakit, karena tubuhnya sempat terbentur ke dinding. Harusnya lagi ia langsung sadar dan terbangun, tapi ....

Cause I Meet You [TAMAT]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant