5

5.2K 652 5
                                    


SEBUAH majalah wanita meminta Jojo menjadi cover majalah mereka. Salah satu tim redaksi majalah itu mendatangi Jojo di studionya hari ini saat pemotretan berlangsung. Wanita itu bernama Regina, ia meminta Jojo memanggilnya Rere. Dan sesuai kesepakatan, majalah akan mendapat wawancara eksklusif bersama Jojo.

Mereka menata studio menjadi sangat comfy dan klasik. Background warna putih diturunkan. Dua sofa di letakkan di tengah, di sanalah Jojo dan Rere duduk. Sembari ditanya-tanya, si fotografer mengambil foto Jojo dari segala arah.

Tidak seperti Vijay, Rere sangat aktif bertanya. Rere bersifat ceria, terbuka, dan bersemangat. Jojo merasa kepribadiannya sangat berbeda dari Rere.

Pertanyaan-pertanyaan yang Rere ajukan tak berbeda dari pertanyaan yang Jojo pernah jawab. Tentang bagaimana pengalamannya bekerja dengan merek luar negeri, caranya bisa menjadi Jojo Lopelia yang sekarang, bakatnya, kesibukannya saat ini, rencana masa depannya. Rere selalu bisa mengembangkan jawaban pertanyaan itu dengan baik. Namun sayangnya, karena itulah Jojo merasa sedikit terganggu.

"Omong-omong asal lo dari mana, Jo?"

Jojo punya firasat pertanyaan ini akan menggiringnya ke pertanyaan yang mematikan. "Gue lahir di Banjarmasin tapi besar di Jakarta," Jojo menjawab singkat, memperkecil area di mana Rere bisa menggali pertanyaan lain.

"Oh, merantau ya? Keluarga lo juga di Jakarta?" Rere kembali melihat Jojo setelah mengetuk layar tablet-nya.

"Ya, masih di Jakarta juga." Dalam hati Jojo berharap Rere menyingkir dari topik ini.

"Kalau boleh tahu..." Jojo menggigit bibirnya. "Apa lo bisa cerita tentang orangtua lo atau masa kecil lo? Maksud gue, you know, kita semua ingin tahu siapa yang membesarkan Jojo hingga pencapaiaannya bisa sehebat ini," ujar Rere.

Jojo memaksakan senyum. Lidahnya kelu. Saat itulah mba Nadya masuk ke studio.

"Orangtua sangat mendukung gue jadi model dan bangga atas prestasi gue saat ini. Mereka penyemangat terbaik gue."

"Ada yang bilang lo besar tanpa ayah. Gimana menurut lo tentang itu?"

Sesekali Jojo melirik mba Nadya. Ia ingin tahu bagaimana menurut mba Nadya mengenai pertanyaan itu. Apakah ia boleh tidak menjawab?

Melihat mba Nadya yang mengangguk dan tersenyum menenangkan, Jojo merasa diberi dukungan.Rasanya aman karena walau orang lain tak suka mengetahui siapa dirinya, akan ada mba Nadya yang membelanya.

"Benar, waktu umur sepuluh tahun ayah gue pergi ke luar negeri buat sekolah dan kerja. Ibu gue jadi single parent untuk sementara waktu. Ayah gue pulang kembali ke Indonesia beberapa tahun kemudian."

Jojo melirik lagi ke tempat mba Nadya berdiri, ingin menunjukkan keberhasilannya menjawab pertanyaan itu tanpa terbata, tapi mba Nadya tidak ada di sana. Yang kini ada di sana bukan mba Nadya, melainkan Hiro.

"Jojo?" Pandangan Jojo kembali pada Rere. "Lo mau take a break dulu?" tanya Rere, sadar Jojo tidak konsentrasi pada wawancara mereka.

Jojo menggeleng. "Nggak usah, kita lanjutin aja." Mereka pun kembali ke proses interview. Namun Jojo tak bisa fokus. Ekor matanya berulang kali melirik pada Hiro yang sudah duduk di pojok studio, spot minim cahaya di antara alat-alat dan perkabelan.

Wawancara selesai. Pemotretan juga usai. Rere sudah pergi dan para kru pemotretan merapikan peralatan mereka. Pandangan Jojo berputar ke segala sisi studio, mencari mba Nadya. Sayangnya ia lagi-lagi cuman bisa menemukan sosok Hiro yang kini tengah giat mengetik di laptop dan memeriksa kertas-kertas di samping laptop.

JOJOWhere stories live. Discover now