6

4.5K 597 10
                                    


ESOKNYA mba Nadya tidak datang ke tempat kerja bersama Jojo ke sesi shooting untuk video klip musik. Ia bertanya-tanya mengapa mba Nadya juga tak mengirim pesan padanya. Apa yang terjadi? Kemarin saat mereka makan siang bersama di rumah mba Nadya, manajernya itu terlihat baik-baik saja.

Mba Nadya kelihatan oke sambil memotong sawi. Saat membuat teh sehabis makan siang juga oke. Saat mereka mengobrol hanya berdua tentang bayi dalam kandungannya, mba Nadya juga oke. Dan di momen terakhir, ketika mba Nadya mengingatkan besok ada kerja hingga mengatakan secara rinci waktu dan tempat, ia juga terlihat oke. Ada apa dengan mba Nadya? Apa ia sakit? Tapi kalaupun sakit, mas Evan yang seingat Jojo belum kembali kerja bisa menghubunginya. Kenapa tidak ada yang mengontaknya?

"Oke, cut!" Sang sutradara mengambil break. Jojo melangkah menuju kursi lalu duduk. Ia meraih botol plastik, meminum langsung dari mulut botol, yang biasanya selalu mba Nadya isi sedotan terlebih dahulu agar tak merusak make-up Jojo ketika minum.

Jojo membuka HP-nya, memeriksa. Namun tak ada pesan masuk. Ia beralih menelpon nomor mba Nadya. Tapi malah berakhir di kotak suara. Saat shooting kembali berlanjut Jojo tak bisa berhenti memikirkan ke mana hilangnya mba Nadya. Ia takut barangkali terjadi sesuatu dengan mba Nadya atau bayi yang dikandungnya.

Pikiran itu sedikit menjadi-jadi ketika ia melihat Hiro datang dari kerumunan kru.

Hiro? Apakah cowok itu datang kemari untuk menjelaskan ke mana mba Nadya? Ataukah mau melapor bahwa mba Nadya sedang sakit dan dilarikan ke rumah sakit subuh tadi? Atau jangan-jangan, mba Nadya....

Jojo tak bisa memikirkan alasan positif di balik misteri absennya mba Nadya. Maka dari itu, ketika shooting berakhir ia segera menuju Hiro. Pria itu sibuk ber-laptop ria dengan berkas di sebelahnya. Jojo merasa déjà vu.

"Hai, apa mba Nadya titip pesan lagi?" tanya Jojo tak sabaran. Hiro masih berkonsentrasi di laptopnya. Baru ketika Jojo mengetuk meja pria itu sadar dan menatap menengadah Jojo dibalik kaca mata bacanya.

"Oh, hai," Hiro menyapa.

"Ada titipan pesan dari mba Nadya nggak?" Jojo bertanya lagi.

Hiro mengerutkan alis. Saat melihat Hiro melepas kacamata bacanya, Jojo sudah lebih dari siap untuk mendengarkan jawaban. "Well, kalau disuruh nganter lo pulang ke apartemen adalah pesan berarti... ya, ada titipan pesan."

"Apa?" Jojo kaget.

Giliran Hiro yang mengangguk, "Iya."

"Bukan, maksud gue pesan keberadaannya. Di mana dia sekarang. Dan ngapain. Kenapa nggak masuk kerja dan nggak ngabarin gue?" Jojo tahu ia terdengar protektif. Tapi ia butuh jawaban, oke? Bukan pesan jemput ia dan mengantarnya ke apartemen itu lagi.

"Oh, Nadya," Hiro menutup laptopnya. "Dia sama Evan lagi liburan ke Hawai. Tapi lagi di pesawat, jadi HP-nya sementara dimatiin," katanya.

Jojo langsung terkejut. Ia tak berkedip sama sekali. Jadi mereka liburan?

"Kalau gue ngomong begitu lo percaya nggak?" Tiba-tiba Hiro bertanya.

Sekali lagi Jojo terbelalak. Kali ini menganga. Tunggu sebentar, jadi sebenarnya mereka liburan atau bukan?

Hiro tertawa mellihat ekespresi Jojo, "Mereka memang lagi liburan. Tapi cuman di rumah, kok,"jelas pria itu.

Oh, Tuhan, jadi daritadi Jojo dipermainkan? Jojo nampak kesal. "Gue serius, Mba Nadya di mana?" tanyanya sekali lagi dengan judes.

Hiro menanggapi keseriusan Jojo dengan lebih serius. Ia berhenti mengemasi barangnya dan berdiri, "Gue nggak tahu. Yang gue tahu, gue cuman di suruh nganter lo pulang."

JOJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang