9% Berlebihan

48 5 0
                                    

__

Jatuh memang sakit, tapi jatuhnya bersamamu sambil memelukmu itu terasa bahagia.
-Deviano Arkan-

__

•••

"Huu, abang sih gaya-gayaan pake nolongin segala, emangnya Spider Man? Iron Man? Hulk? Jatohkan? Mampus rasain." Sindir Mia sambil berdiri menatap abangnya yang tertidur lemas di atas kasur.

"Itu mulut apa tai? Kotor bener omongannya" tanya Arkan di iringi ringisan di bibirnya.

"Abang yang tai." Jawab Mia balik meledek Arkan lalu meninggalkan kamar Arkan.

Perla yang sejak tadi mengobati luka Arkan, terkekeh melihat keributan keduanya, lalu mengusapkan salep pada siku Arkan yang terlihat membiru.

"Tahan ya." Gumam Perla mengusap lembut punggung tangan Arkan.

Arkan yang merasakan sentuhan singkat itu tersenyum melihat cewek berambut panjang itu merapihkan kotak obat dan kembali meletakannya di atas nakas.

Arkan mengulurkan tangannya, mengusap pipi Perla dengan tangan besarnya "Makasih ya." Gumam Arkan sambil mengusap pipi Perla menggunakan ibu jarinya.

Perla tersenyum lesu, karena merasa sangat bersalah. Perla memegang tangan Arkan dengan kedua tangannya. "I'm sorry."

Arkan tersenyum. "No problem, itu bukan hal yang luar biasa."


"Itu gak biasa Kan, lo ngegelinding di eskalator." Perla mengerutkan dahinya bingung, bagaimana Arkan menganggap itu hal yang biasa? "Lo tau gak sih lo sama gua bisa aja mati di situ? Mati kejepit." Lanjut Perla tak habis pikir.

"Gua gak perduli selama itu sama lo." Jawab Arkan membuat Perla cukup kesal.


Perla memukul bahu Arkan yang terluka, mengabaikan cowok itu yang menggaduh kesakitan.

"Makan dulu ayo, ajakin Perlanya."

Perla menghentakan sedikit tubuhnya karena terkejut dengan suara bunda yang tiba-tiba muncul di ambang pintu. Arkan menertawai ekspresi Perla yang terkejut.

"Bun, kalo mau dateng ketok pintu dulu kek." Ucap Arkan pada bundanya masih terkekeh.

Bunda terkekeh mendengar kalimat anak sulungnya itu "Santai aja kali bang, bunda juga pernah muda." Jawab bunda kemudian berlalu sambil terus tersenyum karena anak sulungnya.

"Apa maksudnya pernah muda? Guakan sama anaknya gak ngapa-ngapain Maemunah." Ucap Perla di dalam hatinya, mengusap dadanya sabar.

"Sorry ya, bunda kadang suka gitu." Gumam Arkan pada Perla yang masih mengusap dadanya.

Arkan terkekeh mengusap pucuk kepala Perla "Lo lucu banget kalo kaget, ayo turun kita makan." Ajak Arkan.

"Bisa jalan?" Tanya Perla sebelum melihat Arkan berdiri dari tempat tidurnya.

"Yailah, ngeraguin? Ini gua bisa jalan elah." Arkan turun dari tempat tidurnya kemudian berdiri dengan gagahnya di depan Perla. Perla tersenyum, syukurlah kalau Arkan bisa berjalan. Setidaknya Perla tidak terlalu merasa bersalah.

Notsuitable [COMPLETED]Where stories live. Discover now