◇ PROLOG ◇

27 4 2
                                    

Kelopak 00.

Sejak hari itu, sang Bintang Kecil mulai menyadari bahwa kilau cahayanya memiliki makna.

★☆★


Jakarta, 20 Juni 2019.

Ting!

Dentingan terdengar seiring dengan terbukanya pintu Eunoia Florist--toko bunga terkenal di Kota Jakarta--dan langkah kaki cepat. Langkah kaki tak beraturan itu bersumber dari seorang lelaki dengan hoodie hitam membalut tubuhnya.

Langkahnya terhenti begitu ia tiba di kasir. Ia menoleh ke segala sudut, mencari seseorang. Tidak mendapat batang hidung dari orang yang dicarinta, ia menolehkan kepala pada petugas kasir yang tengah membaca koran dengan santai. "Pak, Bunda ke mana?"

Lelaki paruh baya itu menoleh menatap putra sulung atasannya. "Teteh Rista lagi pergi ke pemakaman. Barusan dapat pesanan besar-besaran, Den. Kayaknya yang meninggal orang berada," jawabnya.

"Siapa yang meninggal, Pak?"

"Siapa itu namanya ... cowok yang terkenal gara-gara eksperimennya? Kakak kelas kamu juga, ganteng orangnya."

Mendengar kalimat itu, Bintang seketika bungkam. Ia jelas tahu siapa yang dimaksud oleh Pak Retno. Hanya saja, informasi itu datang terlalu tiba-tiba. Ia belum siap menerima fakta bahwa seseorang yang dikaguminya pergi dalam arti yang sebenarnya.

"Permisi."

Suara lembut itu membuat Bintang tersadar kembali dari lamunannya. Ia menatap gadis yang berdiri di depannya dengan senyum tipis terlukis, dan tiga buket bunga azalea berada dalam genggaman. "Ini semua totalnya berapa?" tanya gadis itu seraya menyerahkan ketiga buket itu ke atas meja.

"Tujuh puluh lima ribu, Neng."

Gadis mungil itu merogoh saku jaket birunya, kemudian menyerahkan satu lembar uang seratus ribu kepada Pak Retno. "Boleh saya minta kertas memo satu lembar?"

Kali ini giliran Bintang yang beraksi. Dengan sigap ia meraih satu kotak kecil berisikan berbagai macam alat tulis. "Satu doang?" Melihat gadis itu mengangguk, dia menyerahkan satu lembar kertas memo berwarna merah muda, senada dengan warna bunganya.

Tangan mungil gadis itu terlihat menari-nari lincah menuliskan sesuatu. Baik Bintang dan Pak Retno tidak ada yang tahu apa yang dituliskannya karena tertutup oleh kedua tangan gadis itu.

Iris hitam Bintang memperhatikan gadis itu intens. Meski sedang dalam masa liburan semester, dia tetap mengenakan seragam. Dan kebetulan, seragam yang membalut tubuh mungilnya adalah seragam SMA yang akan Bintang masuki nantinya.

Fokus Bintang tidak terpecahkan meski gadis mungil itu mulai melangkah pergi. Perlahan, punggungnya menghilang bergantian keheningan yang kembali menyapa.

Satu hal yang tidak diketahui oleh siapapun. Semesta diam-diam tengah menuliskan skenario mengenai kisah mereka berdua.

Entah itu skenario terburuk atau justru sebaliknya, yang jelas hal itu akan menjadi bagian dari kehidupan mereka.

Bersambung ke
Kelopak Pertama ...

Hai! Saya datang kembali dengan cerita baru.

Selamat menikmati tingkah manis Bintang yang berjuang untuk Azalea dengan segala kesempurnaannya. Semoga suka ♥.

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara berkomentar dan memberikan bintang untuk Bintang ♥

Sweet Love,

Dilila Denata.-

AZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang