Sok Keren

4 0 0
                                    

Hari ini adalah hari minggu dan entah karena hal apa kak Hei dan kak Dedi mengajak aku untuk latihan di luar sekolah, kata mereka aku harus sesekali melihat secara langsung cara orang bernyanyi di hadapan orang banyak dan tentunya dengan menghayati semaksimal mungkin. Seperti yang aku tahu kak Heidar memang orang yang perfectionist, ia ingin di perpisahannya ini ia menampilkan hal yang tidak bisa dilupakan karena baginya acara perpisahan ini adalah cara terakhir bagi mereka dalam menyampaikan rasa yang mungkin selama 3 tahun disembunyikan ya aku iyakan saja ajakan kedua kakak itu, lagian ini acara terakhir mereka dan aku sudah mengatakan akan ikut serta ya walau dulu dipaksa sih. Kami mendatangi sebuah konser dalam ruangan, konser ini di bintangi oleh pemain band clasik yang terkenal dengan lagu mereka yang enak didengar

"Kak harus ya hari mingguku diganggu kek begini?", tanyaku kesal. Bahkan di hari minggu pun aku masih disuruh untuk latihan

"Ya, sekali kali kita itu harus melihat sebelum dilihat. Menyukai sebelum nantinya disukai dan hidup sebelum akhirnya mati", beber kak Hei

"Apaan sih kak gak jelas banget, pribahasa nyolong di mana emang kak?", tanyaku menyindir

"Dirimu ini semakin hari semakin berani ya sama kakak kelas yang ganteng ini" tunjuk kak Heidar pada dirinya sendiri. Benar-benar dari mana rasa percaya dirinya yang tinggi itu

Sudah 20 menit menunggu kehadiran kak Dedi namun batang hidupnya tak kunjung muncul. Wah sepertinya kak Dedi sengaja tidak datang dan bermalasan di rumah pikir ku negatif

"Sampe kapan kak kita nunggu kak Dedi, keburu lumutan kalo gini mah", rengekku kesal karena sudah menunggu di depan pintu masuk selama lebih dari setengah jam. Ingat ya sudah setengah jam, manusia yang ngaret itu adalah manusia paling mengesalkan, sebenarnya sih masih banyak manusia mengesalkan lainnya tapi ngaret termasuk dalam ketegori ini juga

"Gue coba telpon dulu, bentar", jawab kak Hei yang sudah menaruh telponnya di dekat telinganya

"Hallo bajingan?", ucap kak Hei yang sedikit ngegas. Wah sepertinya akan ada kemarahan nanti di latihan vokal yang akan datang. Karena kak Hei memang orang yang perfectionist dan lihatlah kemarahannya akhirnya muncul

"Maaf dar, gua gak bisa dateng. Kucing gua ngelahirin dan disekitar rumah gua gak ada bidan, dah dulu ya udah mau lahiran nih", jelas kak Dedi dari baik sambungan. Penjelasan tidak masuk akal keluar dari mulut pedas kak Dedi yang suka marah. Sejak kapan kak Dedi suka berhumoria ? Itu lebih menganehkan bagiku

kak Hei menghela nafas, pada akhirnya ini lah yang terjadi saat berteman dengan manusia yang hanya datang kalo ada payment nya

"Ayo", jelas kak Hei yang sudah berlagak masuk duluan

Ruangan yang kumasuki akhirnya dapat kulihat isinya setelah tadi hanya melihat lihat dari luar tidak jelas. Aku mengekori kak Heidar yang masuk membelah lautan manusia yang ramai

"Kak tunggu!", panggilku yang mulai kehilangan jejak kak Hei. Oh kak Hei tolonglah untuk peka. Adik kelasmu yang kecil ini tidak bisa berjalan menerobos lautan manusia yang ramai ini

"Kak tunggu dulu!!", pekikku lagi dna lagi tidak ada respon darinya. Aku akhirnya kehilangan jejak kak Hei dengan keadaan aku diimpit dua wanita gemuk yang sedang menghayati lagu yang sedang dinyanyikan

"Aku nyerah ajalah, nunggu di tribun belakang bukanlah ide buruk juga", pikirku yang merasa mungkin aku akan mati jika terus membiarkan tubuhku terhimpit 2 wanita gemuk dan ditambah manusia lainnya

Aku sudah hendak hampir berbalik kebelakang, mengamati dari belakang karena itu bukan ide buruk. Ternyata kak Heidar yang tak melihatku berjalan dibelakangnya kembali lagi dan melihat aku yang sudah hampir menyerah melawan manusia besar di antara manusia besar lainnya

"Ngapain sih, sini ikut gue cepet!", setelah mengatakan itu kak Hei mengambil tanganku dan menarikku kembali menerobos gerombolan manusia

"Kak aku dibelakang aja gk papa, aku bisa mati kak", teriakku yang masih diseret kak Hei maju ke depan. Terlalu bising membuat aku harus menambah volumeku

"Udah ngikut aja kenapa sih", kak Hei balas berteriak. Entah berapa lama pegangan kami berpaut diantara puluhan manusia yang menghadang jalan kami, genggaman kak Hei begitu kuat dan...hangat?

Akhirnya aku sadar kenapa kak Dedi memilih tidak ikut. Penyanyi pada konser ini cukup terkenal dan yah ruangan ini lumayan kecil untuk menampung mereka. Salah-salah aku bisa mati karena berebutan oksigen. Apa kak Hei tidak memikirkan kemungkinan itu

Dan akhirnya, dengan perjuangan yang amat ekstra aku bisa berada di barisan terdepan bersama kak Hei dengan masih memegang tanganku. Mungkin ia takut aku akan lari lagi dan mencoba menunggunya di tribun belakang tapi sebenarnya itu mungkin saja masih akan aku lakukan

Lagu sudah berganti menjadi lagu lain. Lagu Maudy Ayunda tentang perasaan seseorang yang sedang mencintai orang lain, penyanyi dari band ini cukup menarik. Bagaimana ekspresi sang vokalis seperti sedang jatuh cinta dengan beberapa orang yang ikut bernyanyi terbawa suasana. Aku menghela nafas, bagaimana aku bisa bernyanyi dengan impulsif seperti itu, muka datar seperti aku apakah bisa membawakan lagu perpisahan di acara nanti, membuat perasaan orang lain menjadi tersampaikan? Aku? Bagaimana bisa? Perasaannku pada seseorang dulu saja tidak tersampaikan

Saat aku berada di titik sedang berpikir dan ragu, kak Hei yang masih memegang tanganku menoleh kearahku dengan senyuman khas sambil sedikit terkekeh pelan

"Apa yang lu takutin? Bernyanyi aja sekarang, lepasin semua perasaan yang lu simpen. See, mereka aja bisa ngelakuinya, kenapa lu gak bisa?", ucap kak Hei menunjuk segerombolan manusia

"Aku gak takut. Jadi kakak bisa lepasin tangan aku sekarang", jelasku akhirnya

"Waduh, sorry gak sengaja", jawabnya

"Modus ya?", ucapku seperti yang dia pernah ucapkan padaku dulu

Diam sejenak dan kami tertawa bersama. Kemudian ia kembali menatap kedepan panggung mencoba menghayati mungkin. Aku kembali menoleh ke arah kak Heidar, menatapnya dengan senyumku. Kak Heidar adalah orang yang membuat masa SMA ku nampak menyenangkan sekaligus mengesalkan. Tapi tetap saja aku masih terjebak nostalgia masa lalu, aku benci mengatakannya tapi aku masih menyukai orang itu yang pergi saja saat aku mengatakan aku menyukainya. Apa begitu cara memperlakukan seseorang yang menyukaimu

Kami menikmati musik dengan, ya jujur saja membuat aku merasa bahagia. Rasanya aku meluapkan emosiku dengan loncatan kegembiraan dan nyanyian kebahagiaan yang aku dendangkan

"Kak Hei, makasih", ucapku disela-sela keributan lagu yang sedang bergemang. Entah ia mendengar atau tidak, tapi aku sangat berterima kasih untuk hari ini. Aku merasa lahir kembali, perasaanku dulu mungkin terlalu besar sampai aku melupakan perasaanku masa kini. Tapi manusia memang harus trus berjalan kedepan untuk masa depan

Konser berakhir begitu juga waktuku bersama kak Hei. Saatnya pulang dan memberanikan diri bahwa aku harus melupakan apa yang sudah berlalu. Kami berjalan ke stasion bus terdekat

"Kak Hei", panggilku saat jalanku terhenti dan membelakanginya

"Kenapa?", tanyanya menoleh padaku

"Terima kasih untuk semuanya", sambungku lagi

Dia tersenyum dan berjalan mendekatiku. Tepat di depan aku berdiri ia memegang kedua pundakku

"Jangan terlalu sering kesal dan sedih. Banyakin bersyukur kalo jadi manusia. Sakit hati bisa buat kita jadi sakit", jelasnya yang kembali jalan ke depan

"Dasar sok keren", ucapku tanpa di dengarnya

"KakHei tunggu!", teriakku

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 20, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FLY and FALL "Thanks"Where stories live. Discover now