chapter 4 'Ar

37 3 7
                                    

Kenangan mungkin bisa terlupakan

Tapi rasa dapat diingat dan dipercaya

Namun tetaplah berhati hati

~~

"Hei ngapain melamun, ntar kesambet mampus. " Kata Arez yang diselingi tawaan mengelitik yang membuatku ikut tertawa.

"He bocah kenapa ketawa? Ketawa gue nular ye."

"Iya, hehe." Jeda terjadi sesaat. Aku tidak suka dengan jeda karena terkadang harus ada rasa canggung diantaranya.

"Cuaca hari ini panas, gimana kalo gue beliin es krim sebagai ganti waktu itu?"

"Ayo ayo, cepat cepat." Kata-kata eskrim membuatku bersemangat. Aku langsung mengandeng tangannya menariknya untuk cepat berjalan menuju kedai es krim Mas Encik.

"Pelan-pelan napa njir, kaga juga keburu tutup masih siang juga." Suara Arez mengagetkanku.

"Maaf-maaf terlalu bersemangat." Hilang sudah harga diriku. Maafkan aku ragaku aku silakan salahkan pikiranku. Keringat Arez membuatnya tampak lebih ganteng daripada sebelumnya ditambah dengan kaos hitam menambah angka maksimal. Aku butuh es krim sekarang juga biar tidak meleleh di tengah taman.

"Udah melamunnya?" Dasar Arez baru aja kenal suka bikin kaget mulu.

"Iya udah udah, ayo jadi beli es krim nggak?"

"Ayo, udah mulai rame sini gue gandeng, takut ilang kaga mau gue dituduh ngilangin anak orang."

Tolong jantungku pada dangdutan, pikiranku jadi agak liar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tolong jantungku pada dangdutan, pikiranku jadi agak liar. Badanku rasanya tidak kuat menopangku seperti rampal diterpa angin, tapi kenapa terdapat rasa nyaman yang samar-samar menyelimuti.

Untung saja tokonya Mas Encik hanya berjarak sekitar tiga meter dari taman jadi jantungku bakalan aman. Seperti biasa toko es krim ini selalu ramai, tapi tenang aku punya koneksi di sini jadi tidak usah repot-repot mengantri.

"Rez kamu mau apa?"

"Coklat sama kopi ajalah." Jawabnya sambil tersenyum. Heran kenapa harus senyum, kadang hati ini tidak kuat melihatnya.

"Mas Encik, biasa satu sama kopi coklat satu."

"Siap-siap, tumben bareng sama cowok biasanya sendiri je," Kata Mas Encik dengan senyum penuh arti.

"Sekali-kali lah Mas." Setelah membayar es krim, aku dan Arez duduk di gezebo dekat toko es krim.

"Enak es krimnya?" Tanyaku pada Arez

"Enak, pantes aja selalu ramai."

Aku mengeluarkan HPku seperti biasa tidak ada yang ngechat aku, miris. Aku memutuskan untuk bermain PUBG saja. Aku bermain solo match karena teman squadku off semua. Aku bermain terlalu serius tidak menyadari kalau Arez melihat permainanku.

"Wih chicken." Ucapku dengan gembira. Jarang sekali aku dapat chicken kalau solo match.

"Keren njir, gila pro banget lu." Arez mengagetkanku untuk sekian kalinya. Aku hanya bisa menutup wajah malu.

"Muka lu lucu bener kalo kaget. Btw mau gak ke alun-alun kidul?" Tanya Arez.

"Mau, mau jarang-jarang aku bisa ke alun-alun kidul."

"Bentar gue ambil motor dulu."

Sambil menunggu Arez, aku membuka whatsapp chat sebentar. Ternyata grup kelas udah rame dari tadi.

--

' XI 4 IPSantuy'

Bayu: Eh tolong kasih tau Jojo tugasnya kemaren, udah gue chat sampe telpon juga kga bisa

Septi: Palingan lagi maen ff ntar telpon lagi

Bayu: Berdering tadi

Raga: Jo tugas lu buat peta Tokyo

Raga: Jo lu kaga ngucapin makasih? Udah gue kasih tau.

Raga: Anjir ngucapin makasih ape susahnya pintar.

Jojo: Apaan dah, iye iye makasih. Ganggu aja kalian.

Raga: Udah dikasih tau malah ngegas

Jojo: Gue masih inget bego. Mau ae lu di provokasi sama Bayu.

Raga: Wola

Raga telah mengeluarkan Bayu

Bambang: Halo ges . Kok udahan ribut lagi dong:)

Raga: Berisik

Bambang: Apa salah gue tolong. Gue cuma ketinggal liat kalian ribut

--

Sumpah grup kelas isinya orang-orang enggak beres semua. Heran bisa- bisanya mereka masih hidup.

TIN TIN....

Kulihat Arez sudah menunggu di seberang jalan sambil melambaikan tangannya. Setelah aku menyebrang Arez memberikanku helm dan aku naik ke motor ninjanya. Aku menjaga jarak dengan menaruh tas selempangku di depan.

"Pegangan ntar jatuh, gue juga nanti dituduh." Kata Arez.

"Iya bang ojek." Kataku sambil tertawa. Aku bingung mau pegangan gimana karena aku masih sedikit canggung. Akhirnya aku memegang jaket hitamnya. Setelah menempuh sekitar 15 menit kami sampai di alun-alun kidul. Kebetulan langitnya sedang bagus.

" Mampir ke angkringan di sana yuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

" Mampir ke angkringan di sana yuk." Kataku sambil menarik tangan Arez.

"Pelan-pelan napa kaga juga keburu tutup."

Sesampainya di angkring aku memesan kopi jos dan Arez juga memesan kopi jos juga.

"Heran, lu kok bisa suka kopi jos padahal buat beberapa cewek mungkin ngerasa jijik karena harus ada arangnya."

"Ya gapapa, enak sama unik juga. Harga juga murah." Kataku sambil menyeruput kopi jos yang sudah jadi.

"Selera lu unik juga. O iya kita belum kenalan secara formal. Nama gue Fahreza Candrasa Panggil aja Arez."

"Ehh harus kenalan formal?" Tanyaku.

"Ya iyalah, biar tambah sayang. Canda deng."

"Ya udah, namaku Areta Maharnisa panggil aja Areta."

" Nah gitu mantep gan."

Di angkringan Alun-alun Kidul Yogya. Kami menghabiskan waktu dengan bersenda gurau dan bercerita tentang banyak hal. Ditemani senja menambah indah kenangan yang sedang berlangsung.

_/_/_/_/_/_/_/_/_/

Terimakasih sudah mampir.

Aku harap kalian stay tune dan enjoy dengan cerita ini.

Jangan lupa beri bintang pada cerita ini.

Thank Youu

OlympusWhere stories live. Discover now