Hari Minggu ini tidak ada acara yang menarik. Gue putuskan untuk jalan-jalan di taman dekat kompleks siapa tau ada hal menarik.
"Mak, aku dolan ," (Mak, aku main) Teriak gue minta izin dengan Emak.
"Karepmu le, koe arep nggo Tobil po Bozong?" Tanya Emak. (terserah nak, kamu mau pake Tobil apa Bozong?)
"Tobil wae, luwih keren." (Tobil saja, lebih keren)
"Yo, ngati-ati le." (ya hati-hati nak)
Gue mengambil dua helm, gue punya firasat hal menarik bakal terjadi. Tobil berdiri tegap dan kinclong. Lalu aku melirik Bozong, sedikit karatan dan penuh debu.
"Tobil kamu bakal selalu di hatiku,"
Gue lalu berangkat dengan Tobil, motor ninja gue, menuju taman dekat kompleks .
Seperti biasa Tobil gue parkirin di kedai es krim Mas Encik.
"Mas jagain Tobil ye Mas, jangan sampe lencet. "
"Iye rez sante. " Kata Mas Encik.
Sesampainya gue di taman, gue cuma berkeliling sekitar taman saja. Sama saja di rumah tidak ada hal yang menarik. Tiba-tiba aku menemukan sesuatu yang menarik di bawah pohon beringin. Seorang gadis yang familiar di benak gue. Gue putuskan pergi ke sana. Ternyata benar dugaan gue, dia gadis yang gue tabrak tempo lalu.
"Permisi boleh duduk di sini?"
"Ah iya silakan duduk," Jawabnya.
"Sepertinya kita pernah bertemu."
"Iya," Jawabnya sambil tersenyum.
Bener dugaan gue. Senyumannya manis mengingatkan gue pada dia, tapi sepertinya dia sudah bahagia. Jujur gue kangen sama dia. Daripada galau terus mending mulai lembaran baru.
"Senyummu manis. Kenalin gue Arez, lu?
"Namaku Areta salam kenal."
Pandangan gue beralih sejenak ke pohon talok di seberang gue. Udah lama gue kaga makan talok. Pengen gue ambil, tapi ada orang pacaran. Herannya kulit mereka kaga mecing, perpaduan mereka kaya kopi susu. Mengganggu estetika pohon talok. Gue mengalihkan pandangan gue ke Areta. Dia melamun ke arah langit sambil senyum.
"Hei ngapain melamun, ntar kesambet mampus." Kata Gue sambil ketawa liatin orang kopi susu keselek talok. Bocah sebelah gue malah ikutan ketawa padahalah dia kaga liat juga. Sawan pasti butuh rukiyah.
"He bocah kenapa ketawa? Ketawa gue nular ye."
"Iya hehe."
Buset dah bocah satu ini dari tadi bilang 'iya' mulu. Susah diajak ngomong. "Cuaca hari ini panas, gimana kalo gue beliin es krim sebagai ganti waktu itu?"
"Ayo ayo, cepat cepat," Setelah dia menjawab, dia menarik tangan gue. Rasanya gue kaya anjing yang harus nurut, sepertinya perhitungan gue salah. Gue kira dia bakal nolak.
"Pelan-pelan napa njir, kaga juga keburu tutup masih siang juga."
"Maaf-maaf terlalu bersemangat," Setelah dia bicara, dia melamun lagi menatap muka gue. Gue tau gue ganteng kaga usah ditatap juga tetep ganteng.
"Udah melamunnya?"
"Iya udah udah, ayo jadi beli es krim nggak?"
"Ayo, udah mulai rame sini gue gandeng, takut ilang kaga mau gue dituduh ngilangin anak orang," Gue udah kaga mau diseret-seret kaya anjing. Harga diri gue ntar jadi mines kuadrat.
"Rez kamu mau apa?" Tanya Areta.
"Coklat sama kopi ajalah," Gue kasih Areta uang 20 ribu. Setelah dia pergi memesan, gue duduk di gazebo. Tiba-tiba HP gue getar. Ternyata chat dari Bambang.
~~
Bambang
Lu udah di Indo?
Udah dari kemaren, nape?
Besok lu udah masuk?
Mungkin, kalo kaga mager
Halah kau ni, aku nak
ketemu kau lah
Najes
I love you
Hate too
Abang jahat sama dedek
Y
~~
Akhirnya es krim gue dateng. Sudah lama gue kaga makan es krim buatan Mas Encik. Rasanya tetep sama kaya dulu.
"Enak es krimnya?" Tiba-tiba saja Areta bertanya pada gue. gue kira dia melamun.
"Enak, pantes aja rame."
Tiba-tiba saja dia bermain PUBG. Jarang cewe main PUBG biasanya main cacing sampe cacingan. Gue liat permainannya, gila pro banget. Setelah dia menang 1 match, gue aja dia ke Alun-Alun Kidul. Setelah mendapat persetujuan, gue mengambil Tobil dari parkiran. Gue melihat Areta senyum sendiri, gue inisiatif membunyikan klakson. Pandangan Areta menuju gue dan gue melambaikan tangan.
"Pegangan ntar jatuh, gue juga nanti dituduh."
"Iya bang ojek," Sial harga diri gue jadi mines kuadrat.
Sesampainya di Alun-Alun Kidul, gue liat ada angkringan lumayanlah ngopi-ngopi dulu gan. Awalnya gue ragu buat ajak Areta, tapi diluar dugaan ternyata dia suka ngopi. Kami menghabiskan senja di Alun-Alun dengan bermain PUBG dan melihat pagelaran wayang dengan lakon Ramayana.
"Wihh keren banget kaya liat bioskop," Ucap Areta.
"Yodah besok kapan-kapan nonton lagi ae, gue anterin pulang dah malem."
"Alhamdulilah aku enggak usah keluar duit, hehe."
Gue mengambil Tobil kesayangan gue dan mengantarkan Areta ke kompleks Grogol 7. Kenangan dulu terlintas di benak gue sekilas. Di sekitar kompleks ini kenangan masa kecil dengan seseorang berkumpul melebur menjadi satu dengan harmonis dengan akhir yang tragis.
"Rumah lu sebelah mane?" Tanya gue.
"Stopppp."
"Anjir jangan dadak ngape, untung kaga jungkel."
"Maap langitnya baru bagus." Kata Areta tersenyum sok imut, tapi emang imut.
"Heleh, dah sono lu masuk ntar masuk angin, hati-hati ye," Ucap gue pada Areta.
"Lah kebalik harusnya aku yang bilang hati-hati."
"Dahlah sama ae, gue pulang dulu ye," Pamit gue.
"Iya hati-hati." Gue memacu si Tobil dengan kecepatan normal. Ingatan masa lalu di sini menghantui gue. Kenangan manis yang selalu berakhir tragis membuat perasaan gue tercampur dan tidak berarah.
"Gue kangen, gue berharap lu bahagia dan baik-baik saja."
_/_/_/_/_/_/_/_/_/
Terimakasih sudah mampir.
Aku harap kalian stay tune dan enjoy dengan cerita ini.
Jangan lupa beri bintang pada cerita ini.
Thank Youu
YOU ARE READING
Olympus
Teen Fiction_+ Seandainya dewa perang tidak kalah _+ Seandainya pemburu lebih tangkas dan cerdik _+ Seandainya kompas tidak menunjukan arah yang salah _+ Seandainya dewi cinta tidak ragu _+ Seandainya bulan tidak berkhianat kata seandainya bisakah memperbaiki s...
