⁷ KITE

172 24 2
                                    

hari ini terlalu panas rasanya. padahal, jarum jam baru injak angka sembilan pagi, tapi, teriknya matahari sudah tidak dapat terelak.

terhitung dua jam penuh yang menjemukan hati telah dilalui. hoseok sungguh dapat meraba atmosfer panas yang merebak di sekelilingnya. canggung, rasa bersalah, takut. semuanya menyatukan kekuatan hingga membuat pemuda manis itu kewalahan.

diliriknya olive yang tengah sibuk (atau memang sengaja menyibukkan diri agar tidak berbicara dengan hoseok) menyiram bunga-bunga di halaman rumahnya seraya membelakangi sang pacar. sedangkan si pemuda hanya duduk tercenung di kursi teras sembari menyesap sepi yang memenuhi udaranya. hoseok bertamu sejak pagi tadi. niat hati dari semalam ingin meminta maaf dan berjanji akan menceritakan semuanya kepada olive. namun, olive pun tampaknya masih konsisten dengan kekesalannya.

bukan hoseok namanya, jika dia tidak menjajal berbagai cara agar bisa membuka percakapan dengan olive. misal: bertanya basa-basi yang padahal sudah basi, melempar guyonan yang bahkan tidak lucu, hingga menggoda olive yang berakhir dibalas oleh tatapan setajam bilah pedang.

oh, tuhan!

olive yang sedang menahan kesal setengah mati adalah olive yang paling menggemaskan di muka bumi ini, setidaknya bagi jung hoseok.

"wah ... sudah berapa lama aku duduk di sini?" celetuk hoseok, tentunya tidak diindahkan oleh gadis di hadapannya itu.

tangan olive senantiasa bergerak untuk memberi nutrisi pada tanamannya. tapi, diam-diam, olive telah siap sedia membuka telinga selebar-lebarnya supaya bisa menangkap vokal hoseok yang terus berusaha menginterupsi kegiatannya.

"ah, aku jadi ingat sesuatu," kata hoseok lagi, "kau tahu, 'kan, jungkook baru berulang tahun kemarin? dia heboh sekali saat bercerita padaku, kalau dia dapat hadiah barang couple dari pacarnya. how romantic they are, am i right?"

kali ini, olive sedikit menaruh minat. dia menjawab tanpa balik badan barang satu derajat pun.

"uh-huh. and then?"

"hm? nothing. just wondering how it feels, heheh."

kata-kata hoseok sukses menarik sudut bibir olive secara perlahan. ia sedang membayangkan wajah lucu hoseok yang mengatakan hal barusan dalam kepalanya. olive merasa lumayan beruntung karena hoseok tidak bisa melihat air mukanya yang tengah menahan tawa. ingat, olive masih ingin kesal, walau kenyataannya sangat sulit agar tidak terkecoh oleh tingkah laku si pemuda jung itu.

"yeah, it will be nice."

"and it will be nicer if we do it too~"

tampaknya, hoseok sudah bisa bernapas sedikit lega. matanya menangkap pundak olive yang kelihatan bergetar. gadis itu pasti mati-matian menahan tawanya agar tidak meledak seketika.

"olive ... ayolah. aku tahu kau tidak akan pernah bisa tahan berlama-lama marah padaku. iya, 'kan?" nada bicara hoseok yang tengah menggoda olive begitu kentara. apalagi kedua alisnya yang naik-turun dan senyum yang sengaja dimiringkan, padahal olive pun tidak melihatnya.

"oh, ya? anda percaya diri sekali, hoseok-ssi," balas olive yang mulai membalikkan badan. meletakkan selang air di bawah, kemudian, menatap pemuda di depannya dengan sorot yang menantang.

hoseok diam. dan olive juga. entah mengapa, tiba-tiba mereka malah melakukan lomba adu tatap tanpa melontarkan sepatah kata apapun. tentu saja itu jadi kesempatan kecil buat hoseok. dia membawa punggungnya untuk bersandar sembari melipat tangan di dada.

mau tahu bagaimana keadaan si gadis? dia hampir terkecoh tatkala melihat aura hoseok yang lebih mengintimidasi dengan gaya seperti itu. gila, kalau boleh jujur, he really is a hot guy.

"pertahananmu boleh juga, nona manis."

tidak, tidak, tidak! olive langsung mengatupkan kelopak mata dan membuang pandangan ke mana saja. dia kalah, dia memang tidak sekuat itu menghadapi pemuda dengan sejuta pesona serupa hoseok.

"aku tidak kalah, ya! berhubung ada debu yang masuk ke mataku, jadi aku mengalah saja untukmu!" kata olive cepat, secepat langkahnya yang berjalan memasuki rumah. disusul hoseok yang mengekor di belakangnya.

"memangnya siapa, sih, yang sedang bertanding? kau yang mulai duluan, tahu, hahaha."

"diam."

"ya ampun, oliveku lucu sekali!"

˖⋆࿐໋₊

tak!

suara nyaring sendok stainless steel yang dihempas begitu saja ke atas meja terdengar agak mengerikan. tangan hoseok yang tadinya hendak membawa sepotong lobak ke dalam mulutnya, tiba-tiba melayang kikuk di udara.

"jadi, kau mau pergi, ya? satu bulan penuh? bahkan, kau sudah menyiapkan semuanya? tanpa memberitahuku? pacarmu? kenapa-"

"ow, calm down, honey. calm down. apa kau mau aku mengulang penjelasanku lagi?"

kepala olive yang sejajar mata sang lawan digeleng pelan. bibirnya berkerut lucu dan matanya memicing sengit. bahkan, hoseok tidak reaktif untuk membiarkan ia melampiaskan rasa gemas yang meluap.

"jadi ... iya, begitu ceritanya. aku menyebalkan, ya?"

"menyebalkan. sangat-sangat menyebalkan!"

tengkuk hoseok mendadak kaku dan dingin, tangannya tergerak untuk mengusapnya secara halus. kendati begitu, hoseok masih berusaha untuk membawa sepotong lobak (yang tadi sempat tertunda untuk dimakan) ke dalam mulut yang terasa dehidrasi. akhirnya tanpa distraksi, hoseok berhasil melakukannya.

membuat pengakuan kecil memang berat. terlebih, hoseok sudah seperti tertangkap basah bersembunyi di balik sebatang pohon bambu.

cengir hoseok terdengar bersama nada bicara persuasif, "nanti aku belikan es krim, deh... tapi, jangan marah lagi," katanya. "atau nanti, kubawakan banyak boneka sebagai buah tangan untukmu."

hoseok sudah bilang, olive itu bukanlah tipe gadis yang bisa berlama-lama menaruh amarah pada pacarnya. jadi, secepat lilin yang meluruh di bawah sorot mentari, olive pun luluh di bawah embel-embel manis dari hoseok.

rasa kesalnya dilepas begitu saja, seperti anak kecil yang melepas layang-layang ke atas langit, walaupun sebenarnya agak tidak rela.

aku sayang hoseok!






it's been a
long time, sorry:(

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 15, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

monchéri [on hold]Where stories live. Discover now