Guru Cantik

251 46 2
                                    

Hampir setiap hari, Raya dan Biru berangkat ke sekolah bersama-sama, entah mereka naik angkutan umum, atau naik motor vespa matic dengan Biru. Kebiasaan itu mereka lakukan sejak masih SD. Awalnya, karena Biru selalu dapat perundungan dari teman-teman sekolahnya ketika berjalan menuju sekolah. Raya saat itu marah dan berhasil menghajar anak laki-laki yang selalu mem-bully Biru, sejak saat itu, Raya berjanji untuk menemani Biru berangkat sekolah setiap pagi.

Dan akhirnya, kebiasaan itu tertanam hingga usia mereka menginjak 17 tahun. Ya, 10 tahun berangkat sekolah bareng, tidak membuat keduanya bosan. Aneh. Namun itulah mereka. Seperti sekarang ini, Biru dan Raya diantar oleh Jan. Jan harus menemui Ibu Guru mereka yang bernama Juni Aprilia.

Di mobil, Jan menyetir, ditemani Raya yang duduk di sampingnya, sedangkan Biru duduk di kursi belakang.

Jan mengusap dagunya, ada sekelebat rasa penasaran dalam benaknya, "Bir, lo kagak suka apa sama Raya?"

Biru sontak menegang, "apaan sih, Om? Enggak penting banget!" hardiknya.

Jan terkekeh, "gue juga pernah muda kali, Bir." Jan melirik pada Raya, "setelah lulus SMA, Raya mau gue jodohin, sama anak temen gue."

Jantung biru seketika berdegup kencang. Sedangkan Raya langsung melotot pada Jan.

"SERIUS, YAH?!" tanya Raya, dari garis wajahnya, kentara sekali Raya sumringah, "siapa, Yah? Ganteng enggak? Kenalin dong!"

Kini giliran Biru yang melotot, "Ya! Kok Yaya mau sih dijodohin? Inget ya, Yaya harus kuliah! Katanya mau jadi Arsitek? Huh?"

Raya menoleh ke belakang, "Bir, nikahnya 'kan bisa nunggu Yaya selesai kuliah. "Kemudian Raya tersenyum pada Jan, "ya 'kan, Yah?"

"Oh, ya jelas. Biru, nanti gue juga kenalin ke lo, calon suami Raya."

Biru menghela napas berat. "Terserah!"

*****

Gerbang SMA Prayamuda masih terbuka. Setelah Jan mematikan mesin mobilnya, Raya dan Biru bergegas keluar dari mobil itu. Jangan tanya ekspresi wajah Biru yang biasa datar dan dingin seperti tembok sekolahan itu kini menjadi seperti apa.

Mendengar Raya mau dijodohkan membuat seorang Angkasa Biru Kelana kalang kabut! Raut wajahnya seperti ingin menerkam orang. Bagai ada aura kegelapan menyelimuti Biru— angker! Biru berjalan sendiri, meninggalkan Raya yang masih berjalan di belakangnya.

"Bir! Tungguin Yaya!" Raya berlari mengerjar Biru. Namun langkah pria itu begitu cepat, hingga Raya lelah mengejar Biru. "Hosh ... hooshh, Bir, tungguin!"

Sedangkan Jan dengan gaya modisnya— iya, modis, Jan mengenakan kaus hitam polos berbalut kemeja kotak-kotak di luarannya, blue jeans melekat di kaki jenjangnya, sepatu converse hitam putih menemani derap langkahnya menapaki anak tangga menuju gedung sekolah Raya.

Singkat kata, Jan terlihat seperti— hot daddy. Tunggu dulu! Tidak hanya pakaiannya yang modis, Jan memiliki wajah yang begitu tampan dengan bulu kasar memenuhi rahangnya. Tubuhnya terlihat atletis, membuat kaum hawa jadi zina mata.

Dan ya, memang ini yang para guru wanita tunggu-tunggu. Biru bermasalah di sekolah, mereka kedatangan Adam Lavine versi Indonesia.

"Ruangan Ibu Juni Aprilia di sebelah mana?" tanya Jan pada wanita berseragam guru yang sedang duduk di meja piket.

Wanita itu sontak menganga, matanya tak berhenti berkedip, melihat ketampatan seorang Januari Subekti. Walau faktanya, ini sudah kesekian kalinya Jan datang ke SMA Prayamuda, namun, Jan masih membuat para guru wanita di sekolah itu terhipnotis oleh pesonanya.

Raya di Langit BiruWhere stories live. Discover now