12. UKS

1.9K 145 11
                                    

Suara bising mulai terdengar masuk kedalam indera pendengarnya. Perlahan kesadarannya telah kembali meski tubuhnya masih terasa sangat lemah. Yeji membuka matanya dan langsung mendapati banyak orang diruangan itu. Dimana aku sekarang?

"Aku tau kau tadi melakukan kesalahan." Suara Soobin terdengar jelas. Ternyata sedari tadi teman-temannya menemani Yeji di ruang kesehatan.

"Iya, iya. Nanti aku lakukan shit up sepuluh kali." Balas Lia.

"Sepuluh kali?" Sahut Hueningkai.

"Kenapa? Kebanyakan?" Tanya Lia.

"Ahh, seharusnya kau lakukan itu dua puluh lima kali." kemudian mereka tertawa. Lia memukul pelan bahu Hueningkai. Dasar bule ini. Untung dia tampan.

Disela mereka tertawa Chaeryeong menyadari Yeji yang sudah siuman. "Kau sudah bangun." Chaeryeong yang duduk disebelahnya mendekat. Semua perhatian tertuju padanya.

"Kau mau minum?" Chaeryeong mengambil segelas air yang sudah disediakan diatas meja dibantu Lia yang membantu Yeji untuk bangun.

"Apa yang kau rasaan sekarang?" Tanya Lia.

"Kepalaku masih terasa pusing." Suaranya terdengar parau. Tubuhnya benar-benar sangat lemah.

"Aku sudah menelfon kakakmu untuk menjemput. lebih baik kau istirahat saja dirumah." Ucap Ryujin dengan nada penuh perhatian.

"Terimakasih." Ryujin mengangguk.

"Seharusnya kau jangan paksakan jika kondisimu sedang tidak baik." Ujar Beomgyu.

Ryujin sotak langsung melirik tajam pada Beomgyu. Menyuruh lelaki itu untuk menutup mulutnya. Beomgyu yang sadar dengan ucapannya langsung terdiam.

"Yeji sudah bekerja keras." Ucap Soobin yang dibenarkan juga oleh yang lainnya.

Saat latihan mau pun tadi perfomance Yeji selalu melakukan yang terbaik. Tidak peduli dengan kondisinya sekarang yang terpenting adalah penampilan yang luar biasa sukses mereka tunjukan. Itu adalah tujuan mereka dari awal tidak mungkin Yeji merusaknya hanya dengan alasan sakit.

"Dia bahkan masih sempat tersenyum diatas panggung. Kau sudah melakukan yang terbaik." Ucap Yeonjun.

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Pintu pun terbuka menampakan salah seorang siswa yang menyampaikan amanah dari guru Lee.

"Kalian semua dipanggil keruang kepala sekolah." Ucapnya.

Mereka segera beranjak dari tempatnya. Tadinya Yuna ingin menemani Yeji diruang kesehatan tapi Yeji menyuruhnya untuk pergi saja. Tidak apa dia ditinggal sendirian.

"Ada apa kita disuruh berkumpul disana?" Tanya Chaeryeong.

"Mungkinkah mereka akan membahas tentang hadiah yang dijanjikannya?" Sahut Taehyun.

"Ah, itu." Mereka tentu saja tidak lupa dengan hadiah yang dikatakan kepala sekolah. Kira-kira apa yang akan diberikan untuk mereka.


Diruang kepala sekolah

"Penampilan kalian sangat luar biasa. Aku bahkan berpikir kalau kita baru saja mengundang idol kesekolah ini." Puji kepala sekolah.

"Terimakasih." Ucap mereka setiap kali kepala sekolah melontarkan pujian.

"Mengenai hadiah yang saya janjikan." Semua terkesiap mendengarnya. "Kalian saya beri waktu untuk berlibur selama tiga hari. Dari pihak sekolah yang akan menyediakan semua fasilitas dan juga transportasi."

"Kita pergi liburan!" Girang mereka membuat ruangan itu seketika menjadi ramai.

"Apa kita juga akan pergi ke pantai?" Tanya Hueningkai.

"Iya." Kepala sekolah menjawab.

"Wah kita akan kepantai!" Ryujin, Chaeryeong, Lia, dan Yuna saling berhigh five satu sama lain.

"Tapi kalian bisa pergi ketika keadaan Hwang Yeji sudah sembuh."

"Siap!"


Ceklek!

Yeji yang sedang memejamkan matanya terbangun saat mendengar suara pintu terbuka dan kembali menutup. Suara langkah kaki terdengar mendekat tanpa ada suara lain yang ditimbulkan selain dari sepatunya.

"Siapa itu?" Tanya Yeji dengan hati-hati.

Tidak ada suara yang membalasnya. Yeji terkesiap bangun. Tiba-tiba Yeji merasa atmosfer diruangan itu berubah atau hanya perasaannya saja. Suara langkah kaki itu terhenti. Hening. itu yang terjadi didalam ruang kesehatan. Sungguh ini benar-benar hal yang sangat tidak disukainya. Perasaan negative muncul membuat dirinya penasaran dan sekaligus takut. Yeji benci suasana seperti ini.

"Boo!!"

"Aaa!!!" Dengan sekuat tenaganya Yeji melemparkan bantal yang ada disampinya. Setelah itu suara gelak tawa mulai terdengar sangat puas.

"Choi Yeonjun!!" Yeji berteriak kesal.

"Hahaha. Apa kau takut?" Tanya Yeonjun masih dengan tawanya. Belum pernah sekali pun dia melihat seorang Hwang Yeji benar-benar ketakutan seperti tadi.

"Itu sangat tidak lucu Yeonjun ssi!" Ketusnya. Yeonjun paham jika sudah seperti ini. Lebih baik dia diam sekarang.

"Ini." Yeonjun memberikan sebuah roti dan susu rasa pisang pada Yeji. Kemudian mengambil lahan kosong disamping ranjang dan mendudukinya.

"Untukku?" Yeji bertanya dan Yeonjun mengiyakan.

"Sepertinya kau sudah terlihat baikan."

Yeji mulai meminum susu rasa pisang yang diberikan Yeonjun. "Tubuhku masih terasa lemas."

"Apa yang dikatakan kepala sekolah tadi?" Tanya Yeji.

"Mengenai hadiah."

"Hadiah apa?"

"Mereka memberikan kita waktu liburan selama tiga hari." Ucap Yeonjun

"Benarkah kita semua pergi liburan!" Yeji terlihat sangat girang. Yeonjun ikut senang melihat Yeji yang begitu girang. Tangannya meraih puncak kepala Yeji lalu mengusapnya dengan gemas.

"Kita akan pergi setelah keadaanmu sembuh." Ucap Yeonjun.

Yeji terdiam. Perlakuan Yeonjun barusan membuatnya canggung. Bukankah mereka tidak sedekat itu. Yeonjun tersenyum tapi, kenapa dia melakukannya.

Yuna datang memasuki ruang kesehatan dengan membawa sebuah roti dan susu  rasa pisang. Tapi sepertinya sudah ada yang lebih dulu membawakan itu semua.

Yeonjun bangun dari tempatnya. Seperti mempersilahkan Yuna untuk menemani Yeji sedangkan dirinya hendak beranjak pergi dari sana.

"Kalo begitu aku pergi sekarang." Pamit Yeonjun dengan ucapannya bernada sedikit canggung. Ia sadar perlakuannya tadi membuat Yeji tidak nyaman.

Setelah Yeonjun pergi dari sana. Yeji teringat suatu hal. Dia bertanya pada Yuna.

"Bagaimana ceritanya aku bisa ada disini?"

"Kau tidak ingat? Kau memanggil Yeonjun sebelum pingsan."

Yeji ingat. Sebelum dirinya jatuh ia memanggil Yeonjun karena dia yang berada paling dekat dengannya.

"Aku benar-benar terkejut saat menoleh kebelakang karena kau terlihat seperti memeluknya. Rupanya kau pingsan." Kata Yuna. "Aku sempat berpikir kenapa kau tiba-tiba memeluknya." Lanjut Yuna dengan tertawa kecil.

"Lalu siapa yang membawaku kemari?" Tanya Yeji.

"Yeonjun dan Soobin memangkumu ."

"Oh, seperti itu." Lirih Yeji.

"Aku membelikan ini untukmu tapi dia sudah lebih dulu." Yuna mengeluarkan susu dan roti dari kantung plastik. "Kenapa Yeonjun perhatian sekali padamu." Ucap Yuna yang kemudian meminum susu rasa pisang yang sudah dibelinya tadi untuk Yeji.

"Benar. Kau juga berpikir begitu?"









To Be Countinue...

STAY WITH ME [TXT X ITZY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang