Chapter 25: Kepastian

17.9K 1.8K 21
                                    

Naura menyembunyikan tangan di saku jaket hoodie berwarna hitam yang dipakainya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Naura menyembunyikan tangan di saku jaket hoodie berwarna hitam yang dipakainya. Baru saja turun dari mobil, ia sudah merasa kedinginan. Angin malam berhembus setelah gerimis beberapa menit yang lalu. Lala dan Disa yang berdiri di sampingnya ikut mengeratkan jaketnya. Fikri mengunci mobilnya dan berjalan mendekati ketiga gadis itu.

"Katanya langsung masuk aja. Anak-anak yang lain udah nunggu di dalam," ucapnya.

Mereka mengangguk lantas mengikuti langkah Fikri memasuki gedung.

"Woah, pantesan aja kita enggak ada teman boncengan. Sama Fikri semua ternyata. Maruk banget, lo, Bro," ucap Udin yang langsung menyapa kehadiran mereka.

Anak-anak yang lain tertawa sedangkan Fikri menjitak kepala Udin.

Udin tergelak. "Arka mana?" tanyanya.

Naura mengedarkan pandangannya. Melihat satu-persatu cowok sekolahnya yang sudah berkumpul. Arka belum hadir di sana.

"Loh, belum datang? Aku kira udah sampai duluan," ucap Disa.

Galuh dan Fiko hanya menyimak. Sedari tadi, mereka sudah mengabari Arka, tetapi tidak ada tanggapan dari cowok itu. Pesan mereka tidak dibalas. Telepon pun tidak diangkat. Mereka kira Arka akan berangkat bersama Disa.

Naura dan Disa bersitatap. Kedua gadis itu seolah memiliki pertanyaan yang sama.

"Kamu enggak ada kabar dari Arka?" tanya Disa.

Naura menggeleng. "Enggak. Aku sama sekali belum chat sama Arka."

"Mungkin lagi di jalan. Tunggu aja dulu. Entar juga bakalan sampai. Lagian timnya si Fendy juga kayaknya belum lengkap," ucap Fikri menengahi.

Naura, Lala, dan Disa duduk. Bergabung bersama Galuh dan Fiko.

"Kalau Arka enggak ke sini gimana? Jangan-jangan dia dilarang keluar sama papanya."

Ucapan Lala itu mampu membuat anak-anak lain memusatkan perhatian mereka terhadap Lala. Galuh menatap intens Lala membuat gadis itu seketika merasa kikuk.

Udin memecah kesunyian yang terjadi beberapa detik itu. "Ey... Enggak mungkin, lah. Masa Arka disuruh di rumah terus. Positif thinking aja Arka lagi otw ke sini."

"Tapi, yang dibilang Lala bisa jadi benar," ucap Fiko membuat Udin terdiam.

Galuh menoleh ke arah Disa. "Tadi, lo enggak ke rumah Arka?" tanyanya.

Disa menggeleng. "Enggak."

Naura mengambil ponselnya dari dalam tas. Ia lalu mencoba mengirim pesan kepada Arka. Namun, ternyata media sosial laki-laki itu tidak aktif.

Di saat mereka sibuk memikirkan Arka, tiba-tiba seseorang datang dari arah pintu masuk.

Udin yang menyadari keberadaan seseorang itu pun lantas menyedekapkan tangannya. "Kan... kan... Gue bilang juga apa. Itu Arka."

Mantan Rasa Pacar [END]Where stories live. Discover now