1. Jung Aerin

1.2K 68 15
                                    

Pada siang hari yang seharusnya merupakan siang yang panas dan terik kini digantikan dengan sadisnya hembusan angin dengan rintik air yang ganas dari langit yang tiada henti mengguyur bahkan awan yang hitam legam mendominasi cuaca pada siang hari ini.

Sosok perempuan yang kira-kira berumur 14 tahun tersebut sedang berjalan pulang menuju rumah setelah menyelesaikan semua kegiatannya disekolah. Langkah pasrah dan pelan disaat hujan mengguyur bumi dengan derasnya tak membuatnya takut sedikitpun.

Ia adalah Jung Aerin, yang tak menghiraukan dinginnya air hujan serta gemuruh yang berteriak sewaktu-waktu. Kebanyakan orang akan memilih untuk menyelamatkan diri mereka dari keadaan seperti ini, namun tidak berlaku untuk Aerin entah apa yang ada difikirannya saat ini.

Aerin sesungguhnya merupakan sosok anak perempuan yang dingin, jarang tersenyum namun memiliki paras cantik dengan tubuh kurus bak seorang model, juga memiliki talenta dan kelebihan lainnya. Ia merupakan siswa berbakat di sekolahnya, selalu menempati peringkat pertama dikelasnya, bahkan ia sering mendapatkan juara dalam Olimpiade Sains dan Lomba Acting yang diadakan antar sekolah maupun tingkat Nasional. Tinggal disebuah rumah yang pantas disebut Istana, dan mengenakan semua barang-barang yang harganya tak terkira mahalnya. Siapa orangtua yang tidak bangga bila memiliki anak seperti Aerin dengan segudang kepintaran juga bakat yang tak dapat diragukan lagi. Namun ternyata tak semua kehidupan berjalan dengan baik-baik saja, begitu juga dengan Aerin. Siapa yang tahu dibalik semua yang ia miliki terdapat suatu hal yang akhirnya merubah sifatnya sampai seperti itu.

Kini Aerin sudah sampai dirumah yang didesain seperti istana di Eropa, namun keadaannya kini basah kuyub dengan kulit putih nan pucat, akibat memaksakan diri berjalan ditengah derasnya hujan.

Namun tak ada sedikitpun keluhan yang keluar dari mulutnya, hanya pendangan tajam disertai aura dingin dari tubuh kecilnya.

Ia membuka pintu rumah perlahan berharap suasana didalam rumah baik-baik saja. Namun sebaliknya kini seisi rumah sudah hancur berantakan, dimana pecahan botol wine mendominasi mendominasi ruangan tengah tersebut. Hal seperti ini sudah terjadi berulang kali sedangkan Aerin yang muak hanya diam menyaksikan pertengkaran tersebut bagaikan makanan sehari-harinya.

Kejadian seperti ini sudah terjadi berulang kali, sedangkan Aerin yang tak mampu berbuat hanya diam menyaksikan pertengkaran hebat yang terjadi antara kedua orangtuanya itu.

Appanya selalu pulang kerumah dengan membawa perempuan lain ke rumah, sedangkan Eommanya frustasi akan keadaan suaminya yang kini tengah mabuk dengan memeluk wanita lain selain dirinya.

Kejadian seperti ini sering terjadi didalam keluarganya bahkan hampir setiap hari, kadang ia selalu merasa bahwa kehidupan ini hanyalah berisi tentang penderitaan semata, tak ada canda tawa ataupun keharmonisan didalam keluarganya lagi yang dulunya ia dapatkan dari kedua orangtuannya.

Perasaannya hancur tak tersampaikan, air mata yang berlinang hanya dapat ia tanggung dalam kesendiriannya. Ingin rasanya Aerin mengakhiri kehidupannya didunia ini, agar ia tak dapat merasakan semua yang menghancurkan keharmonisan keluarganya. Tetapi ia masih berharap agar orangtuanya dapat kembali berbahagia, walaupun hanya dapat berharap dari secuil rasa cinta dari diri kedua orangtuanya. Itulah yang Aerin inginkan, bukan pertengkaran yang menyayat hati setiap harinya.

Aerin menatap pertengkaran didepan matanya tersebut hanya menghembuskan nafas pasrah, bagaikan tayangan TV belaka.

Kini ia lebih memilih untuk melangkahkan kakinya untuk menuju ke kamar dan membersihkan dirinya dari sisa kegiatannya di sekolah.

Disaat sebelum ia memejamkan matanya untuk menuju alam mimpi, Aerin merasakan suatu cairan mulai mengalir deras dari hidungnya yang tidak lain adalah caiean darah, dengan segera ia mengambil beberapa helai tissue untuk menghentikan aliran darah tersebut dari lubang hidungnya. Ia tahu akan keadaan tubuhnya, tapi baginya mengeluh adalah sia-sia sekaligus tindakan yang tidak ia sukai, sekalipun ia menggigil dengan tubuh putih nan pucat yang ia miliki, demikian juga dengan rambutnya yang sering berjatuhan karena rontok setiap harinya ia abaikan.

Sikap lamanya kemungkinan sudah tidak berlaku lagi dihadapan keluarganya, gadis tersebut telah digantikan dengan gadis yang pendiam, dengan sikap acuh bahkan keras terhadap dirinya sendiri.

Hidup didalam sebuah keluarga yang hancur menjadikan dirinya harus menutup wajahnya dengan berlapis-lapis topeng kebahagiaan, agar seolah-olah ia tidak pernah mengenal setual yang bernama kesedihan, kesendirian dan kehancuran didalam kehidupannya, begitu juga apabila pada saat ia tertawa dan bergembira namun didalam hati menangisi keadaan dirinya sendiri. Ia seolah-olah adalah orang yang paling berbahagia didunia ini, sehingga tak ada seorangpun didunia ini yang mengetahui kesedihannya bahkan kehancuran hidupnya.

Aerin ingin sekali memberitahu dunia akan kehidupannya, mengadu dan memeluk seseorang untuk melampiaskan kesedihannya walaupun hanya dengan menangis.

Seiring berjalannya waktu, perlahan ia sadar bahwa didunia ini tidak hanya dirinya saja yang menderita, karena didunia ini masih ada lagi yang lebih menderita dari pada dirinya. Bahkan Aerin bertahan dan mencoba untuk menyikapi semua kehidupan yang ia jalani dengan kedewasaannya yang tentu belum wajar dimiliki untuk anak seusianya. Didalam pandangan dirinya Aerin tidak memiliki siapapun selain Tuhan yang maha kuasa. Ia percaya penuh bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan berat yang melebihi batas kemampuan anak-anaknya.

Keesokan harinya Aerin mulai bersiap untuk berangkat ke sekolah, namun kini ia kembali dikejutkan dengan panggilan dari Eommanya.

"Aerin, ayo berangkat bersama kami, sekaligus Eomma dan Ajusshi yang akan mengantarmu," panggil Eomma Aerin, sedangkan Aerin yang dipanggil tidak menjawab dan langsung masuk kekursi belakang.

Aerin selalu benci dengan susana yang seperti ini. Menyaksikan drama Eommanya yang berbagi canda tawa dengan seorang laki-laki yang katanya adalah teman dekatnya di perusahaan tempat Eommanya bekerja.

Terkadang Aerin bingung sendiri akan keadaan keluarganya, Appanya sudah memiliki perempuan baru selain Eomma nya yang masih memiliki status sebagai suami istri bahkan tidak satu kamar lagi dengan Eommanya.

Namun setiap pagi sebelum bekerja, Eommanya selalu saja dijemput oleh laki-laki yang sama yang tidak lain adalah tuan Lie. Namun mengapa orangtuanya selalu bertengkar dimalam hari? Mereka melakukan hal tersebut seakan tak memiliki kesalahan, namun kenyataannya bahwa mereka sama-sama memiliki kesalahan.

Eomma Aerin selalu pulang larut malam dengan diantar Tuan Lie, sama seperti tadi pagi. Sedangkan Appanya juga pulang malam dalam keadaan mabuk apalagi sering membawa wanita kerumah. Mereka bersalah namun tidak ada yang ingin memgakuinya, kedua orang itu selalu saja meresa benar sehingga Aerin harus sebisa mungkin menyiapkan mental dengan baik, sekalipun harus melihat rumah yang bak istana tersebut berantakan disertai pecahan-pecahan botol wine ataupun Vas Bunga yang dihancurkan tanpa menimbulkan kesalahan.










BERSAMBUNG ➡EPISODE #2

[2/2]  Thanks Yerin Eonnie [ Gfriend FF By.wyohana406 ]Where stories live. Discover now